VIII | Ferris wheel

1 1 0
                                    

Indah kini duduk bersama dengan Faiz, ia sedang menjelaskan materi Pada Faiz dengan serius.

Faiz hanya diam memperhatikan indah, dia merasa bersalah pada indah karena mengomeli indah; terlebih lagi ia berlagak sok keren pada saat indah datang tadi.

“sampe sini ngerti kan iz?” tanya indah pada Faiz semabri melambaikan tangannya di depan wajah Faiz.

Faiz tersadar dari lamunannya, ia menggenggam tangan mungil indah yang berada tepat didepan wajahnya.

“kalo ngerjain tugas fisika, langsung aja ga sih? Biar paham gituu"

Indah hanya mengerutkan alisnya mendengar Faiz mengatakan hal tersebut padanya.

“serius iz, jangan main-main muluuu” indah melepaskan genggaman tangan Faiz yang mencengkram tangannya.

“gua tau cara belajar yang menyenangkan, bukan gini caranya. Apalagi dengan ini”

Faiz mendekati wajah indah, ia mengusap lembut kelopak mata indah yang bengkak dan merah disebabkan karena menangis tadi namun ia langsung menarik kembali tangannya.

“bulu mata lo rontok” jangan percaya, itu hanyalah alibinya.

  Indah mendengarkan Faiz yang membuat ia berada di sini sekarang, ia benar-benar tidak bisa menolak keinginan Faiz. Ia melihat kesekelilingnya, sangat ramai orang yang ingin naik wahana ini dan itu.

Faiz kembali setelah mendapat dua tiket untuk wahana bianglala yang sedang berputar, itu sangat besar dan tinggi. Indah sejak datang hanya melihat bianglala yang tinggi tersebut, dengan berinisiatif Faiz langsung pergi tanpa mengatakan apapun dan kembali dengan dua tiket untuk wahana tersebut.

Faiz mengulurkan tangannya pada Indah.

Indah menatap uluran tangan Faiz terlebih dahulu kemudian ia beralih menatap sang empu, ia melihat Faiz yang tersenyum padanya.

“gue takut”

Setelah mengatakan bahwa ia takut, Indah langsung memutar balik tubuhnya hendak meninggalkan Faiz sendiri di sana.

“tapi gue ga, karena ada gue di samping lo. Lo ga perlu takut”

Wajah Faiz terlihat sangat ingin meyakinkan Indah, ia benar-benar tulus berniat baik pada teman sekelas sekaligus tutor pribadinya itu; jangankan indah, siapapun ia jika ia wanita yang sedang bersedih. Faiz tidak akan tinggal diam saja, ada banyak hal yang ia lakukan untuk siapapun wanita itu.

Betapa ia sangat mengagumi wanita, ia sangat menghargai wanita; ibunya mengajarkan hal itu padanya, maka ia akan mengikuti apa yang ibunya ajarkan padanya.

“coba sekali, kalo udah di atas sana. Nanti lo bisa liat pemandangan dan bisa lupain sedikit masalah lo” Faiz terdengar seperti pria sesungguhnya, tidak seperti biasanya saat ia dengan sikap resenya.

“ga usah mohon gitu, gue ga suka”

Indah berjalan menuju bianglala tersebut mendahului Faiz, Faiz pun tersenyum senang dan kini ia menyusul indah.

Mereka berdua masuk ke dalam sangkar bianglala tersebut, namun hell siapa yang takut sekarang?

“lo takut?” indah bertanya pada Faiz yang sedang berdoa tidak jelas, entah doa apa saja yang ia baca.

“ENGGAK!” Faiz dengan kuat membantah hal tersebut, dia benar-benar tidak takut; kalaupun takut itu hanya sedikit.

“lo bilang lo takut, tapi keliatannya biasa aja” Faiz mencibir merasa ditipu oleh indah, ia bahkan melawan rasa takutnya saat berdiri didepan loket tadi.

still with you - with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang