II | laboratorium

5 5 1
                                    

Hari berlalu begitu saja sejak kejadian itu, Faiz tetaplah Faiz. Ia absen sesukanya dan tidak pernah terlihat sejak saat itu, tapi ini bukanlah hal yang aneh. Mangkanya fansnya akan menggunakan waktu untuk melihat dirinya yang jarang sekolah itu,

Kini pelajaran kimia, Minggu depan ada praktek kimia yang mengharuskan siswa untuk masuk lab dan juga memiliki kelompok.

Guru tersebut membagi tiap-tiap anggota kelompok, dan mulai mengabsen satu persatu nama siswa yang ada di kelas IPA 1.

"sudah semua dapat kelompok kan nak?" tanya pak Syahril.

"sudah pakk!..." jawab mereka kompak.

"maaf pak, tapi anggota kelompok saya belum tuntas" indah mengajukan dirinya ke depan.

"loh? Kok bisa gitu? Bukannya sudah bapak hitung juga tadi?" pak Syahril tampak menghitung ulang anggota kelompok.

"loh iyaa, apakah ada yang tidak hadir?" tanya pak Syahril.

"ada pak, Faiz Azwan" ucap Indah.

"ohh ya sudah, dia gabung kelompok kamu yaa. Setuju kan mas Raden?" pak Syahril menggabungkan Faiz pada kelompok mereka dan bertahan pada Raden.

"setuju aja sih pak" Raden tidak ada masalah dengan Faiz, selagi Faiz waras ia tidak ada masalah dengannya.

-----

D-Day praktek kimia

Faiz tampak hadir hari ini, indah mati-matian untuk menghubungi manusia yang absen tanpa kejelasan itu. Akhirnya ia memperlihatkan dirinya di sekolah dan merasa bahwa ia tidak pernah melakukan kesalahan apapun.

Praktek pun berlangsung, indah dan Anggi temannya mulai mencampur beberapa senyawa menurut takarannya. Begitu juga dengan Raden namun tidak dengan Faiz, Faiz tidak perduli dengan apa yang mereka kerjakan. Raden tidak berkomentar selagi Faiz tidak mengacau, ia hanya fokus membantu indah dan Anggi.

Praktek selesai dan pak Syahril mulai memberikan nilai pada tiap kelompok di catatannya.

"Faiz, nilai kamu bapak buat kosong. Sejak tadi bapak perhatian kamu hanya bermain ponsel kamu itu" kini Faiz yang ditegur ditatap oleh teman sekelasnya, ia terlihat seperti biasa aja dan santai.

Indah melihat reaksi Faiz yang terlihat pasrah.

"hmm pak, maaf kalau saya lancang. Kelompok kami kan sudah melakukan yang terbaik dan bapak sendiri yang bilang, jadi karena Faiz juga sekelompok dengan kami dia juga harus mendapatkan nilai dong pak" entah apa yang terjadi pada organ yang berada dikepalanya yang bernama otak tersebut, mengapa ia harus ikut campur pada hal ini.

"apa alasan kamu membela Faiz?" tanya pak Syahril kini beralih menatap ke arah indah.

"karena ia juga membantu saya saat mengangkat benda berat, bukankah itu berkontribusi?" indah terus membela Faiz.

Faiz menatap wajah indah sembari tersenyum miring, ia melipat tangannya di depan dadanya semabri memandangi wajah indah.

Sementara Raden, ia menatap kesal pada wajah Faiz. Selalu saja Faiz yang menyusahkan indah, ia tidak suka dengan sikap Faiz yang semena-mena pada indah nantinya.

Pak Syahril tidak menjawab dan melanjutkan penilaian pada kelompok lain.

"lo ngapain? Gila lo?" Tanya Anggi yang merasa tegang saat indah membela murid seperti Faiz.

"gue ga tau, itu semua spontan aja" jawab indah pada Anggi.

"gapapa lo udah ngelakuin yang terbaik, santai aja" balas Anggi menepuk-nepuk punggung indah.

still with you - with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang