Up!
Happy Reading 🤗
Melbourne, Victoria
Siapa yang menduga kalau nyatanya jadi artis, ralat belum dia masih model yang baru mengikuti casting untuk mendapatkan peran dalam sebuah teater besar, ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Dia belum seterkenal itu sebab tawaran yang datang hanya sebatas iklan produk seperti parfum kelas menengah atau paling bagus wajahnya terpampang di bagian tengah halaman majalah sebagai role model outfit kekinian. Apa semakin terlihat menyedihkan ya? Karirnya baru menginjak 4 bulan.
Daniel mencecap kopi panas nya dengan perlahan. Setidaknya pria itu tidak mau lidah nya mendadak mati rasa seperti kemarin-kemarin. Mau makan saja susah, semua jadi hambar.
Pria itu memandang sendu pada seonggok figura kaca diatas nakasnya, bukan lagi hal mengejutkan sebab sudah jadi bagian dari rutinitas untuknya.
Cklek!
"Apa lagi ini? Astaga, kamar atau apa sih. Daniel!"
Dia tidak dengar, tidak peduli kalau sound system dari gedung Opera dinyalakan disampingnya tetap saja pria setenang air itu tidak akan menggubris kebisingan sejenis apapun dengan sepasang earphone di telinganya.
"Ish!"
Wanita yang baru masuk tadi melepaskan secara paksa penutup telinganya, berdiri didepan seperti seorang ibu yang sedang memarahi anaknya atau bisa juga majikan yang memarahi kucing peliharaan nya karena mencuri ikan. Mengerikan!
"Kamu gagal lagi!" Tiga kata itu tidak merubah ekspresinya yang masih kesal sebab paginya telah terusik.
Dua detik setelah itu bahunya berjengkit ringan, dia kembali meminum kopinya dengan tatapan memandang kearah luar.
"Sudah, pergi sana!" Usirnya
Dia tidak takut, tidak gentar, apalagi kehilangan nyali barang sedikitpun. Jemari kecil nan lentik itu malah mengapit salah satu onggokan kecil tulang rawan muda disisi wajah milik Daniel - katakan saja dia di jewer saat ini.
"Oh? Mama pasti sedih lihat anaknya yang satu ini sudah seperti orang tak punya semangat hidup. Kamu lupa tujuan pergi kesini buat apa? Pengobatan Mama kan!"
Ada 365 hari dalam satu tahun, sedang dirinya sudah genap mengisi setengah porsi dari tahunnya di negara ini, negara orang yang dimana sudah jadi rumah bagi saudari kandungnya nyaris satu windu. Tapi belum ditemukan nya ketenangan, setelah malam dimana semua isi hatinya tercurah begitu saja - tidak lupa kan dengan malam prom night?
Daniel, itu bukan namanya yang tertulis di ijazah sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Nama itu pemberian mama nya sewaktu masih kecil saat sempat sekolah di Amerika sebagai nama panggilan - Yeonjun Choi itu yang sebenarnya.
"Aku kan hanya istirahat. Lagian mau apa lagi sih kalau udah gagal yaudah!"
Nafasnya terhela berat, selama beberapa bulan terakhir sang kakak acap kali memaksanya untuk turun ke dunia entertainment. Katanya dia tampan, dia tinggi, punya banyak bakat, digunakan untuk jadi artis akan lebih cocok ketimbang bersekolah jurusan manajemen bisnis seperti kemauan papa nya.
"Ya gagal dicoba lagi Yeonjun Choi!" Wanita itu tampaknya geram dengan sang adik, bahkan tangannya saja belum lepas dari telinga Daniel meski tidak ditarik sekuat tadi.
Sebenarnya Daniel sedikit tidak suka kalau nama itu disebutkan. Nama murni pemberian papanya, nama yang jelas terlihat berbeda dan mencolok bahkan jika disandingkan dengan kakak-kakak nya sendiri - dia lahir di Korea Selatan.
"Ck!" decaknya kesal, memegang tangan sang kakak untuk dihempaskan agak kasar, tidak peduli telinganya juga turut tertarik.
"Kakak ini perannya apa sih? Ini mirip pengeksploitasian tahu, lalu apa bedanya sama papa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Spin off How Feels : Without You
AdventureDaniel kembali setelah memutuskan pergi, sementara Lea telah dihadapkan pada sebuah keadaan dimana perasaan nya sudah tak berwujud lagi. Rasa kehilangan, done! Rasa kecewa, always! Rasa sakit ? Mungkin tak terhitung Sebab dia pernah terlalu percay...