Part 10. Part of Memories

18 1 0
                                    

Up!!

Happy Reading 🤗





Lea tak henti mengembangkan senyumnya, didepan wanita paruh baya bergaya necis itu. Wanita yang sudah dianggap nya seperti keluarga.

"Kamu makin kesini makin kelihatan dewasanya. Udah hampir setahun kita gak ketemu setelah kelulusan!"

Gadis itu masih mengenakan apron cokelat kesayangannya. Memegang erat nampan yang baru digunakan mengantar pesanan ke meja pelanggan.

"Tante benar-benar gak tega kalau kamu kerja disini sebagai pelayan. Tapi karena kamu orang baru Tante juga gak bisa langsung kasih Lea posisi aman."

Lea menggerakkan kepalanya, menatap tulus wanita paruh baya didepannya. Selayaknya tatapan mengerti seorang anak pada ibunya.

"Lea dikasih kesempatan buat cari pengalaman kayak gini aja udah bersyukur banget!"

Dia tidak berbohong, cukup memahami bagaimana seharusnya bersikap. Sejujurnya meski berteman dekat dengan Sarah tidak membuatnya sedikitpun merasa tidak ada pembatas antara dirinya dan mama sang teman.

"Tapi Lea bisa kalau mau mengajukan penambahan menu. Tante dengar Lea belakang ikut kursus membuat pastry kan? Lea bisa kirim sample ke Tante, sekalian kita minta beberapa rekan buat kasih penilaian juga!"

Dia tampak terkejut, sebuah penawaran menarik yang tentunya diinginkan banyak orang seperti nya. Hanya waktunya tidak begitu tepat, dan sebentar lagi Lea harus mempersiapkan dua ujian sekaligus.

Kursus membuat rotinya dan ujian masuk perguruan tinggi negeri. Lea sudah bertekad, tidak meninggal Jakarta, meskipun dirinya cukup tahu diri batas kemampuan nya meragukan untuk memasuki kampus bergengsi di ibukota.

Setidaknya gadis itu punya jaminan, chef pengajarnya berjanji akan memberikan rekomendasi selanjutnya untuk mengasah bakat membuat pastry nya. Dan hanya Lea seorang yang tahu tentang itu, Kenzo bahkan Ansel termasuk kedalam list orang yang tidak tahu apa-apa.

"Tapi Lea belum bisa untuk sekarang, Tante. Maaf ya!" Gadis itu menyatukan kedua tangannya didepan, sementara wanita paruh baya tadi tersenyum tipis sembari menganggukkan kepala.

"Tante tahu, Lea itu anak yang hebat. Dan Lea juga punya pertimbangan besar kalau melakukan suatu hal. Lea jangan sungkan meminta tolong ya? Sama Sarah juga bisa kalau kamu ragu ke Tante langsung!"

Lea merasa lega, hatinya turut menghangat saat mendengar kalimat tulus dari mama sahabatnya.

"Iya, Lea bakal ingat kata-kata Tante!"

Pertemuan keduanya tidak begitu lama, sebab Lea yang mendadak repot melayani pengunjung yang mulai datang mengisi setiap meja kosong.

Gadis itu tak henti mengulas senyum ramah, meski berulang kali harus meletakkan catatan pesanan dan mengantarkan nya ke meja pelanggan.

Tidak ada banyak jeda sampai dirinya bisa meluruskan kaki barang sebentar saja. Pekerjaan nya tidak hanya mengantar pesanan, dia juga harus membersihkan meja. Membawa yang kotor ke dapur untuk diserahkan pada sang rekan yang memang bertugas tetap sebagai pencuci piring.

"Ramai ya Nanda?" Begitu Lea dipanggil oleh beberapa rekannya. Terdengar asing, pasalnya dari kecil dia hanya mendengar nama 'Lea' dari orang sekitar.

"Lumayan, tapi banyakan take away!"

Pria itu mengangguk, melanjutkan kegiatannya mencucinya. Sesekali melirik gadis yang tengah bersandar sembari mengipasi wajahnya dengan tangan.

"Jadi beneran ada rencana buat ngundurin diri? Kamu kan belum ada tiga bulan kerja disini?"

Spin off How Feels : Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang