Up!!
Happy Reading 🤗
*****
"Pegangan dong, ntar jatuh gabisa ikut ujian!" Ucap Kenzo, pria dengan seragam SMA lengkap jas almamater itu.
"Iya, iya!"
Lea membenarkan posisi ranselnya di tengah. Ia duduk menyamping dengan kedua tangan memegang erat almamater Kenzo di kanan kiri.
Rasanya tidak begitu berbeda, hanya penampilan saat mengikuti ujian dan dengan siapa dirinya pergi. Dulu ia sendiri, dengan seragam SMA lengkap tanpa didampingi siapapun. Namun sekarang ada Kenzo bersamanya, ia juga hanya memakai kemeja putih polos dengan rok hitam panjang. Tidak dengan dasi atau badge SMA lainnya.
"Berdoa dulu, hehe!" Kenzo melihat pantulan gadis dibelakang nya melalui spion. Lea memejamkan mata selama beberapa detik.
"Sudah!" Ucapnya semangat
"Oke, kita berangkat!"
Meski tengah gelisah dan khawatir Lea masih bisa menyunggingkan senyum nya. Ingat sekali ia seseorang pernah berpesan padanya saat masa orientasi masuk SMA, orang yang terkadang membuat emosinya berada di ujung tanduk,
"Kalau mau harinya bagus dibuka pakai senyuman dong! Biar langit gak mendung!"
"Bokis,"
"Ga percaya? Coba senyum, bentar lagi awannya geser!"
Meski sudah lama berlalu Lea tidak akan lupa bagaimana hari itu berjalan setelah ia mencoba tersenyum, hujan berhenti dan dirinya bisa menyelesaikan tugas orientasinya sehingga tidak dihukum oleh pembina kelas. Sayangnya tidak berlaku bagi si pria tukang senyum itu, yang selalu menjual senyumnya kemana-mana
"Ga buat dong! Gara-gara sibuk berdoa semoga ini hari keberuntungan nya Wendy,"
Saat itu Lea hanya mengerjap kebingungan, seperti orang bodoh dirinya penasaran dan mulai mencari data nama siswa-siswi yang ikut orientasi. Tidak ada yang namanya 'Wendy' begitupula dengan senior OSIS, Lea bahkan tidak lepas memandangi nametag di almamater mereka.
"Cari apa sih? Lihatin baju orang gitu banget!"
"Cari Wendy!" Ia menutup mulutnya dengan cepat, mengumpati diri sebab tujuannya ketahuan di depan orang itu sendiri
"Hah? Pffftt, hahah!"
"Kenapa ketawa? Lucu?"
"Iya lucu, kamu lucu banget. Mana ada Wendy cari Wendy, harusnya cari Peterpan!"
"Siapa lagi itu? Emang cari dimana? Kelas berapa?"
"Didepanmu!"
Lea tidak akan lupa bagaimana rasanya pertama kali bicara panjang lebar dengan laki-laki. Dia juga nyaris melayangkan tamparan sebab pipinya di cubit gemas sampai memerah. Kalau saja saat itu eksistensi pria berlesung tidak mengalihkan pandangan nya.
"Kak Lea, Kenzo masih takut seandainya kak Lea diterima di Bogor. Kenzo kan ambilnya di Jakarta."
Ia kembali dari lamunannya, wajahnya tertunduk lesu mendengar suara Kenzo yang terdengar sedih. Mereka sudah bicara Minggu kemarin, pria itu bahkan sampai menangis dan mengadu pada bundanya.
Tidak ada yang kebetulan, Lea sengaja tidak memberitahu pilihannya. Dirinya benar-benar ingin membuat jejak baru ditempat lain. Jika itu harus menghalangi hubungannya dengan Raka sekalipun, ia tidak peduli. Tidak ada lagi yang bisa membuat gadis itu ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spin off How Feels : Without You
AdventureDaniel kembali setelah memutuskan pergi, sementara Lea telah dihadapkan pada sebuah keadaan dimana perasaan nya sudah tak berwujud lagi. Rasa kehilangan, done! Rasa kecewa, always! Rasa sakit ? Mungkin tak terhitung Sebab dia pernah terlalu percay...