Up!!!Happy Reading 🤗
Melbourne, Victoria
"Daniel!"
Pria yang sedari tadi tengah termenung sembari bertopang dagu itu melirik kearah empunya suara selama beberapa detik. Dirinya tengah susah payah mengendalikan kantuknya, ditemani segelas kopi dengan gelas berukuran sedang.
"Iya?" Jawabnya setengah sadar, matanya baru saja terpejam.
"Gimana? Lancar gak? Udah jadi tanda tangan kontrak nya?"
Ah, iya! Alasan si pria berusia sembilan belas tahun ini tidak cukup tidur adalah sebab baru menyelesaikan rangkaian pemotretan untuk produk pakaian casual kelas menengah. Itu dilakukan mendadak setelah pekerjaan paruh waktu nya di restoran cepat saji selesai.
"Masih belum sampai tanda tangan kontrak, kan aku bukan brand ambassador."
"Tapi gapapa, makasih Kak Sen. Aku jadi dapat tambahan uang jajan, heheh!"Wanita dengan stelan formal itu mengangguk, tidak terlalu terlihat namun dirinya tengah mengulas senyum tipis.
"Iya, ntar kalau ada job lagi aku kasih tahu. Emang agak mendadak, gak bisa dikira juga kapan klien butuhnya jadi mungkin bisa ganggu kerjaan sampingan mu!"
Daniel mengangguk, matanya kembali terbuka. Dia meraih gelas kopi yang tampak belum disentuh didepannya, pemberian sang kakak tentunya.
"No problem! Namanya juga amatir, gak bisa minta jadwal itu wajar daripada ga dapat apa-apa!"
Sudah setengah jam keduanya hanya duduk menikmati kopi dan kue krim sebagai pengisi perut setelah seharian penuh melakukan kegiatan. Larut dalam pikiran masing-masing, sampai tidak sadar kalau gelas kopi sudah dua kali berganti, keduanya memang penggila minuman berkafein.
"Aku benar-benar gak nyangka adikku udah sebesar ini! Terakhir kali aku tinggal umurmu masih sebelas tahun, masih SD kelas 5."
Daniel terkekeh, kepalanya menggeleng perlahan. Pria dengan pahatan rahang tegas itu juga tidak menyangka sang kakak akan melakukan nostalgia ditengah rasa lelah sepulang bekerja.
Dia ingat, usianya dengan kedua kakaknya lumayan terpaut jauh. Dengan yang pertama sepuluh tahun, dan yang kedua enam tahun. Mereka saudara satu ibu dan satu ayah, namun punya sifat yang berbeda masing-masing nya.
"Iya, kamu pergi waktu masih sekolah. Aku pikir hilang diculik lalu dijual ke pasar gelap. Mama gak bisa tidur karena ulah mu, beruntungnya kamu diangkat dengan persetujuan mama, kalau nggak kami gak tahu sekarang kamu masih hidup atau nggak!"
"Maaf kalau waktu itu aku kabur, aku ngerasa papa emang gak butuh anak kayak aku. Dia cuma perhatian sama kamu dan Tea,"
Apa yang terlihat memang benar, Daniel tidak mengelak akan realita yang pernah terjadi dahulu. Bahkan dirinya sempat merasa begitu bangga sebab apapun mau nya akan dituruti. Jauh berbeda dengan wanita didepannya, sejak awal sekolah menengah pertama sudah rutin mendapat surat peringatan, buku catatan sikapnya selalu terisi dengan tinta merah, langganan bolos pelajaran, dan berakhir di warung internet hanya untuk membuang uang bermain video game yang tentu belum secanggih sekarang.
Dia berada tapi serasa tidak punya, ketahuan pacaran dikelas dua SMP oleh sang papa. Dan jangan tanya dari mana Daniel belajar menghisap nikotin kalau bukan dari kakak keduanya.
"Iya, dia emang perhatian ke aku sama kak Tea, sebagai alat nya bukan anaknya!"
Wanita itu memejamkan matanya, berusaha kuat untuk menghapus beberapa ingatan kelam yang memenuhi ruang kepalanya. Tidak ada satupun dari ketiganya yang tumbuh dengan baik, itu kesimpulan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spin off How Feels : Without You
AdventureDaniel kembali setelah memutuskan pergi, sementara Lea telah dihadapkan pada sebuah keadaan dimana perasaan nya sudah tak berwujud lagi. Rasa kehilangan, done! Rasa kecewa, always! Rasa sakit ? Mungkin tak terhitung Sebab dia pernah terlalu percay...