unit 149

327 19 19
                                    

ㅤㅤseonghwa melihat ke atas langit-langit yang jadi pemisah dengan lantai diatasnya. disana terdapat plang yang tergantung bertuliskan 'lantai 31'. "seharusnya unitnya ada dilantai ini sih." gumamnya dalam hati.

sekarang dirinya sedang berada di bangunan apartemen yang memiliki 50 lantai. apartemen yang dikunjungi seonghwa ini terletak agak jauh dari pusat kota. maka dari itu tidak heran jika apartemen ini tidak mempunyai lift sebagai salah-satu fasilitasnya. melainkan hanya tangga yang bahkan dibeberapa anaknya ada yang terkikis.

tidak bisa protes juga. toh dengar-dengar biaya tinggal disini satu bulan, sama dengan biaya tiket kereta api tujuan antar kota kelas eksekutif.

kembali ke seonghwa. maksud kedatangannya kesini untuk menemui teman lamanya. sebenarnya ingatannya agak samar-samar terhadap alamat teman lamanya ini. namun seonghwa ingin membuktikan. apakah otaknya bisa diandalkan untuk mengingat tentang masa lampau? lagipula dirinya tidak membawa telepon genggamnya.

dari lantai 31 mulai dari depan tangga, dipintu unit pertama tergantung plang bertuliskan angka 147. berarti unit yang dirinya cari terletak setelah dua pintu pertama.

alih-alih menekan bel, seonghwa malah mencoba memasukkan 4 digit kode ke unit tersebut. terdengar suara besi yang kaitannya terlepas, menandakan kode yang dimasukkannya benar.
seonghwa agak bingung sebenarnya. namun diluar langit terdengar mulai bergemuruh. sepertinya dalam waktu dekat hujan akan turun.

seonghwa masuk ke unit itu. maniknya melihat kesekitar sembari bernostlagia. sepertinya banyak yang berubah diunit ini. bahkan suasananya tidak seperti 2 tahun yang lalu semenjak dirinya terakhir berkunjung. namun, dadanya terasa agak lega karena mendapati sebuah sofa yang menghadap ke jendela. rasanya seonghwa mengenali sofa itu. lantas seonghwa mendudukkan dirinya disofa tersebut sembari menunggu kedatangan teman lamanya itu. biasanya dijam segini, temannya itu sedang berada dikamar mandi. seonghwa sangat yakin tentang hal ini karena pada saat dirinya melihat keruangan sebelah dapur, jendela atas pintunya sedang terang. jadi didalam sana pasti ada seseorang.
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ

• • •

ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ"maaf?" seonghwa yang setengah tertidur agak tersentak mendengarkan suara itu. otomatis dirinya menoleh kebelakang dan seseorang dibelakangnya itu, 100% seonghwa yakin jika keduanya baru sekarang bertemu.

"dokter..?"

"dokter..? je, ah! jika anda mencari dokter itu, dia sudah pindah sekitar sembilan, sepuluh bulan yang lalu. dan saya penghuni baru disini. omong-omong unitnya ada di paling ujung tuan. bukan disini."

seonghwa terdiam. dirinya sudah lancang memasuki unit orang, dan parahnya dirinya sempat membuat teh didapur karena menganggap unit ini masih unit teman lamanya. rasanya seonghwa ingin segera lompat lewat jendela didepannya ini saja.

menyadari seonghwa yang dari tadi hanya terdiam, lantas orang itu membuka suaranya lagi.
"zhwa...? park seonghwa?"

seonghwa tersadar dari diamnya. bagaimana orang itu mengetahui namanya? bahkan marganya?

"gimana..?" balas seonghwa bingung.

"betapa tidak sopannya diri saya. mohon maaf sebesar-besarnya tapi, anda tahu jika anda cukup terkenal kan? mana mungkin seseorang tidak mengenali anda? apalagi penggemar cerita misteri seperti saya. dan memang saya setiap harinya berdoa agar suatu saat, seorang detektif atau penulis cerita misteri secara tidak sengaja bertemu dengan saya. saya tidak menyangka jika doa saya itu cepat terkabul."

orang itu dengan semangatnya bercerita. dan jujur seonghwa merasa agak tersanjung dengan ucapan orang itu. namun dirinya cukup bingung untuk merespon tanggapan orang itu bagaimana.

"makasih? tapi gw gak kayak yang lu omongin kok. juga gw yang harusnya minta maaf deh? soalnya lancang masuk ke unit lu. kalo gitu gw permisi ya? maaf."

ah seonghwa yang sok jual mahal. padahal jauh didasar hatinya, perasaannya sedang bahagia. namun 180° berbeda dengan dipermukaannya. lagaknya tidak peduli seperti yang sekarang ditunjukkannya.

"a- ah! tunggu! setidaknya anda perlu mengetahui nama saya bukan?" ucap orang itu yang menahan kepergian seonghwa. sebenarnya dia hendak menepuk pundak seonghwa. namun sebelum itu, seonghwa sudah terlebih dahulu menghadap dirinya. "san! choi san! anda bisa memanggil saya san!" lanjutnya bersemangat.

"...oke san? san. kayanya kita gak seberapa jauh selisih umurnya. ngobrolnya ngga usah terlalu formal... ok?"

"yoi brow!" balas san spontan.

seonghwa sampai sedikit memundurkan kepalanya. sungguh hal ini sangat diluar ekspetasinya.
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ

...bersambung.

.___. uh, hi?👉👈😶

✓ tegangan hujan, with. park seonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang