petir

42 11 15
                                    

ㅤㅤkilatan cahaya yang disusul oleh suara petir, membuat san agak tersentak. berbeda dengan seonghwa yang tetap diam seperti sedang tidak terjadi apa-apa.

"takut sama hujan?" tanya seonghwa sembari menyesap sedikit demi sedikit espresso buatan san. karena rasanya yang pas sekali dilidahnya, seonghwa tidak ingin espresso itu habis dengan cepat.

"sedikit. tapi aku lebih takut lagi sam-" san menutup kedua matanya, juga telinganya dengan kedua tangannya. dirinya agak merigkuk karena tiba-tiba saja petir dari langit itu angkat bicara tanpa mengedipkan cahaya kilatnya terlebih dahulu. san tidak siap.

"hei.. lu ngga papa?" seonghwa menaruh cangkirnya dan menatap san khawatir. seseorang didepannya kini terlihat seperti kelinci malang yang sedang bersembunyi dari sergapan pemburu. seonghwa jadi menimbang-nimbang. sebenarnya orang didepannya ini seperti yang dibayangkannya atau tidak? apa dirinya saja yang terlalu defensif?

"gimana kalau lu gw anter pulang sekarang? mumpung masih mendung ini?" tawar seonghwa kepada san yang dilihatnya seperti semakin ketakutan.

"...tapi apart aku lumayan jauh dari sini. nanti pas kakak pulang dari nganter aku, kakak kehujanan gimana?" san membalas dengan suara yang cukup pelan, karena dirinya sedang menangkup wajahnya kepada kedua lipatan tangannya. namun tidak apa-apa. seonghwa bisa mendengar suara san itu dengan cukup jelas.

"yuk agak cepet." seonghwa mencuci cangkir keduanya lalu diletakkan kedalam rak laci. tak terkecuali mengembalikan seperti semula tatanan kursi yang telah dirinya dan san tempati, juga tidak lupa seonghwa mematikan sumber aliran listrik di kafe tersebut.

san mengikutinya dari belakang. seonghwa mengunci pintu utama kafe itu, lalu menurunkan pagar besi dan menggemboknya.

seonghwa memberikan helmnya kepada san seperti sebelumnya. kilatan cahaya itu berkedip lagi. dan seperti biasa, suara petir itu berteriak sangat kencang. san sampai berjongkok sangking takutnya.

"san naik." ucap seonghwa.
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ

• • •

ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤseonghwa jadi merasa agak dejavu saat memasuki pekarangan apartemen ini. san lekas turun pada saat seonghwa sengaja berhenti tepat didepan pintu lobi.

"gak ikut masuk kak?" ajak san sembari memberikan helm milik seonghwa. seonghwa menerima helmnya dan hanya mengaitkannya kepada behel motornya.

"gw langsung cabut aja. dah sana masuk."

seonghwa menolak ajakan san. lagipula sekarang seperti sudah menjelang malam. seonghwa ingin cepat-cepat berendam di bath up nya untuk memikirkan rencana apa lagi yang akan dibuatnya. kalau boleh jujur, seonghwa hari ini seperti tidak mendapatkan petunjuk apapun. usahanya untuk bertemu san sepertinya sia-sia dan seonghwa merasa buntu lagi sekarang. ditambah dirinya belum memakan karbohidrat sama sekali mulai dari pagi tadi.

namun yang dilakukan san bukannya lekas masuk, tetapi hanya mematung selagi memandangi seonghwa. seonghwa merasa san seperti ingin mengatakan sesuatu, namun dirinya tidak bisa mengatakannya. dan diperhatikan juga nafas san seperti tersenggal-senggal. seperti ketakutan karena seseorang sedang mengawasinya.

ditengah-tengah gemuruhnya langit, seonghwa melihat-lihat kesekitar pintu lobi. cuaca sekarang memang sudah agak gelap. tapi bisa seonghwa pastikan jika yang dilihatnya hanyalah pohon-pohon dan juga rumput liar yang sudah memanjang. seonghwa tidak merasakan kehadiran siapapun disekitar.

seonghwa kurang mengerti dengan sikap san yang seperti sangat ketakutan itu. akhir-akhir ini dirinya sangat aneh.

"gw anterin sampai unit lu ya? abis itu baru gw cabut." final seonghwa. bisa dilihat san dihadapannya kini mengngangguk agresif. sepertinya sedari tadi san memang ingin seonghwa mengatakan hal itu.

setelah memarkir motornya, seonghwa menuju ke pintu lobi. dan disana san masih setia menunggunya dengan raut wajah penuh cemas.

setelahnya keduanya masuk secara bersamaan. namun san meminta agar seonghwa berjalan terlebih dahulu didepannya. dan agak cepat.

saat melewati meja resepsionis, seonghwa menyadari tidak ada seseorang pun yang berjaga. keheranan seonghwa itu membuatnya bertanya kepada san saat keduanya baru ingin menuju lantai satu. "resepsionisnya libur apa san?"

"iya kak dari seminggu yang lalu." jawab san yang membuat seonghwa didepannya secara mendadak memberhentikan langkah naiknya. membuat san dibelakangnya otomatis menabrak pelan punggung seonghwa.

"yang bener? kemarin waktu gw kesini, gw ngeliat ada resepsionisnya loh?"

"aduh.. beneran kak. salah liat kali? ngapain juga aku boong? dia balik kampung sebentar. katanya saudaranya ada yang meninggal."

"terus meja resepsionis itu siapa yang jaga?"

"nggak ada yang jaga."
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ

...bersambung.

✓ tegangan hujan, with. park seonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang