unit 154

35 11 6
                                    

ㅤㅤ"kak.. maaf gara-gara nganterin aku, jadi-"

"gak papa. gw cabut besok pagi aja. lu istirahat aja dulu."

sepergian san menuju kamarnya, seonghwa menduduki kembali sofa diunit san yg menghadap kejendela itu. sebelumnya seonghwa membuka kelambu hitam dari jendela tersebut sehingga menampakkan pemandangan luar yang kini terlihat agak mengerikan.

saat seonghwa melihat keatas, yang dilihatnya adalah sekumpulan awan hitam yang seperti menghela nafas lalu sewaktu-waktu membuang nafasnya kasar. saat seonghwa melihat kebawah, yang dilihatnya adalah pohon-pohon, rumput liar tinggi yang seperti menari mengikuti arahan angin yang kencang.

lalu ketika seonghwa hendak memejamkan matanya, bisa-bisanya awan diluar sana menghela nafas yang cukup kasar, sekaligus memuntahkan bendungan airnya.

seonghwa jadi agak tersentak kesal. namun, "bentar. tadi barengan sama suara petir.. gw bisa denger suara lain kaya.. gimana ya gw bilangnya? suara.. lonjakan listrik..? suara kesetrum..? ck. apa gw salah denger ya? lagi konslet? tapi itu kamar san masih nyala?" seonghwa lagi-lagi berdebat sendiri dengan pemikirannya.

tadi seonghwa mendengar suara itu berasal dari atas unit san. "berarti lantai 32 unit 154." gumamnya.

hilang sudah rasa kantuknya akibat suara petir yang menyebalkan itu. dan kini seonghwa berniat untuk memeriksa apa yang sekiranya terjadi di lantai atas tersebut sekaligus memastikan. apakah telinganya tadi salah dengar atau tidak.

sebelum itu, seonghwa mendekati kamar san terlebih dahulu lalu mengetuk pintunya pelan.

tok tok..

tidak ada jawaban. mungkin san sudah tertidur? seonghwa juga mencoba untuk membuka pintu kamar san sedikit. bukan maksudnya tidak sopan. hanya saja mungkin, san sedang terlarut dengan pikirannya sendiri sehingga tidak mendengar ketukan pintu dari seonghwa. karena waktu terakhir mereka bertemu, seonghwa merasa.. san seperti sedang banyak pikiran.

namun yah. pintu kamar san terkuci saat seonghwa mencoba untuk membukanya. sepertinya san memang sudah tertidur.

setelahnya seonghwa menuju kearah pintu unit 149 itu. dan agak bersukur ketika kunci dari unit san itu masih tergantung di silinder pintunya. seonghwa tinggal memutar kunci itu ke lawan arah untuk membukanya.

kini seonghwa sudah berada diluar unit san. yang bisa digambarkannya sekarang adalah, suara deruhnya hujan yang lebih mendominasi ketimbang suara gemuruhnya petir.

seonghwa sempat bingung apakah dirinya harus mengunci pintu unit san dari luar, atau membiarkannya saja tidak terkunci?

namun karena tidak ingin berdiam diri terlalu lama, seonghwa memilih untuk mengunci pintu unit san itu dari luar, dan membawa kunci itu bersamanya. dirinya berencana untuk kembali lagi saat sudah selesai melihat kondisi dilantai atas. seonghwa tidak akan lama.

tidak perlu berjalan terlalu hati-hati. lagi pula seonghwa yakin jika suara langkahnya itu tertutup dengan suara hujan diluar.

seonghwa mengintip sebentar kondisi di lantai 32 sebelum menginjakkan kedua kakinya di lantai tersebut. mulanya seonghwa tidak merasakan keanehan apapun sebelum dirinya kini berdiri tepat didepan unit 154. pintu unit itu agak terbuka sedikit.

sebentar kilatan cahaya dari langit berkedip. dan seperti yang bisa diprediksi, setelahnya gemuruh petir itu menyambar.

bersamaan dengan petir itu, seonghwa kembali mendengar suara lonjakan listrik yang cukup besar. dugaannya benar tentang unit 154 yang menjadi sumber suara yang didengarnya di unit san tadi.

dan dari celah pintu yang terbuka itu, sebentar juga seonghwa bisa melihat dengan jelas didalam seperti mengedipkan suatu cahaya yang terang.

dan tercium bau hangus yang sangat menyengat setelahnya.

"bro. sebenernya dia udah mati belum sih? ini baterainya udah mau abis."
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ

...bersambung.

✓ tegangan hujan, with. park seonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang