03 | Bantuan Amara

459 19 0
                                    

Cherry terus mendumel dengan wajah dongkol. Bisa-bisanya Arzan menyuruhnya meninggalkan Damar yang notabe nya sahabatnya? Laki-laki yang menyandang status sebagai seorang kakak itu memang tidak pengertian sama sekali. Arzan selalu berpikir jika Damar hanya memanfaatkan dirinya, padahal ia tidak berpikir sampai sana.

Damar itu sahabatnya, meskipun akhlaknya sedikit hilang, tapi laki-laki itu selalu ada untuknya, selalu di sampingnya, mendengar semua keluh kesahnya setiap saat. Tidak seperti Arzan yang hanya fokus bekerja, tidak memperhatikannya sama sekali.

"Tapi gue butuh duit!" teriak Cherry dengan suara tertahan.

Gadis itu mondar mandir di samping ranjang. Memikirkan harus dengan cara apa agar Arzan memberinya sebuah kartu atm, jika dirinya memiliki itu, tentu saja Cherry bisa belanja setiap saat. Tidak selalu hemat seperti sekarang ini.

"Kak Amara!" seru nya dengan senyum lebar.

Gadis itu dengan cepat mencari handphone nya, kemudian mencari nomor Amara dengan semangat. Ia menghubungkan telfon, namun senyumnya luntur seketika saat Amara tidak menjawab telfonnya.

"Gue chat aja kali ya?" tanyanya pada diri sendiri.

Namun belum sempat ia mengetikan pesan, panggilan telfon dari Amara membuatnya kembali tersenyum lebar. Cherry menggeser ikon hijau.

"Assalamualaikum Kak Mara," ucapnya dengan ceria.

"Waalaikumsalam, sorry Cher, tadi gue lagi mandi jadi gak keangkat."

"Oh gak papa. Sorry nih kak ganggu, gue butuh bantuan lo lagi nih."

"Bantuan apa?"

"Kita ngobrolnya langsung bisa gak? Gue sekalian mau curhat nih," ujar Cherry dengan suara yang dibuat semelas mungkin.

"Sekarang?"

"Iya, sekarang. Bisa gak?"

"Bisa. Mau ketemu dimana?"

Cherry tertawa girang tanpa suara. Memang calon kakak iparnya ini sangat baik. Ia sangat setuju jika Arzan akhirnya menikah bersama Amara.

"Em, cafe deket kampus?"

"Oke, gue otw kesana bentar lagi yaa."

"Oke, kak! Gue juga otw!" serunya.

Setelah itu, panggilan telfon berakhir. Cherry mengambil tas selempangnya kemudian keluar dari kamarnya dengan langkah pelan, ia tak mau Arzan tau dan melarangnya, apalagi jam sudah menunjukan pukul 8 malam.

Sedangkan di sisi lain, Amara yang baru menutup panggilan telfon pun mengambil jaket dan kunci mobilnya, ia menutup pintu kamarnya kemudian turun dari tangga dengan suara sepelan mungkin. Jika Papa nya tau, pria paruh baya itu tidak akan memberinya izin kecuali dengan Arzan. Dan jika ia berbohong akan pergi dengan laki-laki itu, Papa nya pasti memastikan semua alibi nya dengan menelfon Arzan. Dan semua pasti kacau.

Drrt
Drrt
Drrt

Panggilan vidio dari Arzan membuat Amara melotot kaget. Ia menggeser ikon berwarna merah membuat laki-laki itu terus mengirimnya beberapa pesan. Amara berdecak pelan kemudian mengirim satu pesan balasan.

Damn boy 👊

gue lagi dibaju!

jangan lama. Gue kangen

Bodo amat!

Cepet, gue mau liat lo

Gue mau tidur! Ngantuk!

ARZANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang