10 | Akur

202 18 1
                                    

boleh ga aku minta kalian buat komentar?

HAPPY READING!

•••

Mengenai ucapan Arzan pagi tadi di mobil mengenai es krim, laki-laki itu benar-benar menepati ucapannya. Arzan bahkan menunggu Amara selesai kelas di parkiran kampus sendirian. Laki-laki itu bahkan tak sengaja tertidur di dalam mobilnya hingga Cherry yang tiba-tiba masuk dan membuatnya bangun.

Tak ingin adik nya mengganggu kesempatan yang ia ciptakan bersama Amara berdua nanti, Arzan harus merogoh kocek dalam jumlah yang lumayan banyak untuk adiknya itu. Daripada Cherry ikut dan merusak suasana, lebih baik ia berikan uang dan biarkan gadis itu belanja sendirian.

Sekarang, Arzan dan Amara sedang berada di sebuah toko es krim yang baru buka satu minggu yang lalu. Amara sendiri yang ingin pergi ke toko ini dan memesan banyak varian rasa.

"Abisin," ucap Arzan ketika melihat Amara yang menyandarkan tubuhnya di kursi sambil mengelus perut.

"Kenyang," balas Amara pelan.

Bagaimana tidak kenyang. Amara memesan 5 cup es krim dengan berbagai macam rasa dan sekarang gadis itu menyisakan 2 cup es krim yang hanya di cicip sedikit.

"Yaudah sini, gue abisin," balas Arzan sambil mengambil cup es krim di depan Amara.

"Gak jijik? Bekas gue itu."

Arzan mengangkat bahu nya acuh, kemudian memakan es krim milik Amara. Sedangkan gadis itu hanya memainkan hp sambil sesekali menoleh kearah Arzan.

"Apa liat-liat?" tanya Arzan mengangkat salah satu alisnya.

"Nggak!"

"Besok ada jadwal kuliah nggak?" tanya Arzan lagi. Sekarang laki-laki itu sedang memakan es krip cup kedua.

Melihat Amara yang menggelengkan kepalanya, Arzan mengangguk. "Kalo gitu, besok kita beli souvenir buat nikahan kita."

Amara menoleh dengan cepat. "Kok udah beli gituan lagi? Emang kapan nikahnya?"

"Ini nikahan kita, loh? Seenggak mau itu ya lo, sampe tanggal nya aja gak lo inget?"

Lontaran kata dari Arzan membuat Amara lagi-lagi terdiam. Bahkan untuk pernikahan dirinya sendiri pun ia tak menghiraukan sama sekali. Boro-boro mempersiapkan, ingat tanggalnya saja tidak.

"Gak usah di pikirin, ayo kita pulang," balas Arzan sambil bangkit dari duduknya, ia membayar terlebih dahulu ke arah kasir kemudian berjalan menuju mobil diikuti Amara.

"Besok gue jemput jam 9 pagi."

"Iya," balas Amara yang menjadi obrolan terakhir mereka hari itu.

•••

"Mau beli apa?" tanya Arzan sambil menoleh kearah Amara yang sibuk melihat-lihat sekitar.

Kini mereka sedang berada disalah satu mall yang ada di Jakarta. Setelah memesan souvenir untuk pernikahan mereka, Arzan mengajak Amara untuk menonton sebuah film terbaru, sambil menunggu jam tayang, mereka berkeliling terlebih dahulu.

"Apa ya? Bingung," balas Amara.

"Mau beli baju gak? Make up?" tanya Arzan lagi.

Sebenarnya memang ada, banyak malahan. Tapi masa iya Amara harus meminta kepada Arzan? Gak enaklah. Akhirnya ia hanya menggelengkan kepalanya saja.

"Terus kita ngapain dong keliling daritadi, kalo gak ada yang mau dibeli?"

Amara menggaruk pipinya yang gatal, "Ya gue kira, lo yang mau belanja?"

Arzan mengerutkan keningnya bingung. Ia menarik lengan Amara untuk duduk di salah satu bangku yang ada di sana. "Lo beli apa gitu, biar gak sia-sia banget kita keliling daritadi."

"Nggak deh, ntar aja gue beli sendiri," balas Amara lagi.

"Kalo ada yang mau dibeli, sekarang aja sama gue, ayo!" Arzan berdiri, ia menarik lagi tangan Amara untuk bangkit.

"Ntar aja, gak terlalu butuh juga sih."

"Ya ..., gak papa. Ayo sama gue."

Setelah itu mereka berjalan bersisian, Arzan senantiasa mengikuti arah kaki Amara yang membawa mereka ke sebuah ... toko buku?

"Mau beli buku?" tanya Arzan.

"Gue mau cek novel," balas Amara sambil masuk.

Gadis itu berkeliling melihat-lihat berbagai macam buku yang ada disana. Ia menatap kagum, banyak sekali novel-novel terbaru yang ia ingin beli.

"Gue tuh ngincer novel ini tau, susah banget dapetnya, terus katanya cuma ready disini," bisik Amara ketika Arzan melihat kearah novel yang ia pegang.

"Yaudah, sini. Lo milih lagi sana," balas Arzan, ia mengambil novel di tangan Amara kemudian mendorong pelan punggung gadis itu.

"Udah ah, ini aja. Ayo, bentar lagi film mau tayang." Amara melihat kearah jam tangan yang ia pakai.

"Ada 20 menit lagi, sana aja milih."

Amara melihat ke arah Arzan, ia memicingkan matanya. Arzan terkekeh, ia mengangguk pelan membuat Amara tersenyum kecil, yausudah kalo memaksa, lagipula tadi Amara melihat ada novel dari penulis kesukaannya dan kebetulan Amara belum punya. Gadis itu berjalan gontai kearah rak novel itu sambil membawa 3 novel sekaligus.

"Arzan! Sini!" Amara memanggil dengan suara yang setengah berbisik, takutnya mengganggu pengunjung lain yang tengah membaca.

"Kenapa?" tanya Arzan dengan sebelah alis yang terangkat.

"Gue kan udah pegang 4, beli 1 lagi boleh gak?" Amara bertanya dengan suara kecil, ia meringis tak enak.

"Boleh. Beli lebih dari satu juga boleh."

Mendengar jawaban dari Arzan, Amara berseru senang dalam hati. Ia mengambil dua novel yang ada di rak pinggir. "Kalo gitu dua," ucapnya senang.

Melihat Amara yang terlihat senang, Arzan tersenyum. "Lagi? Pilih lagi aja mumpung masih ada waktu," balas Arzan.

Amara menggeleng, ia sudah banyak meminta. Mereka berjalan menuju kasir untuk membayar.

"Makasih," kata Amara dengan sungguh-sungguh.

"Gak perlu makasih. Lo calon istri gue, itu artinya lo tanggung jawab gue. Lo apa pun juga bakal gue beliin."

"Tetep aja ...," Amara menjeda, "Gaenak," lanjutnya lirih.

Arzan mengerutkan keningnya heran, "Gak perlu ngerasa gak enak sama gue."

•••

ARZANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang