04 | Marah

441 22 0
                                    

Halo guys!

Jangan lupa vote, komen, and share cerita ini yaa! Oh iya aku mau ngasih tau kalo misal mau liat spoiler spoiler nya cerita Arzan bisa cek akun instagram akuu usernya Lovera4262 ya temen temen.

HAPPY READING!

•••

"Lo mau gue kurung di rumah?!"

Mendengar seruan itu, Cherry menggelengkan kepalanya perlahan. Sialnya, ia ketahuan mengajak Amara keluar di malam hari. Entah tau dari mana kakak nya itu.

Pagi-pagi sekali, Arzan sudah mengamuk dan membuka pintu kamarnya secara kasar, kemudian laki-laki itu marah-marah seperti ini.

"Lo ngajak Amara keluar malem-malem, lo mau ajarin dia bandel kayak lo, hah!?"

Arzan sepertinya benar-benar marah, terbukti dari raut wajahnya dan urat-urat dilehernya yang tegang. Cherry menundukan kepalanya dalam, tidak berani menatap laki-laki itu.

"Kalo lo berdua diapa-apain orang, lo mau gimana?! Kalo ada yang punya niat jahat sama lo terus kalian celaka, lo mau gimana?!"

"Harusnya lo mikir dulu sebelum bertindak! Kalo lo mau ketemu Amara, jangan malem! Kalo sampe dia kenapa-napa gimana!?"

"Lo-"

"Gue benci lo, Kak!" Cherry berteriak kencang, kesabarannya sudah habis.

"Lo selalu marahin gue! Lo selalu salahin gue! Gue bener-bener benci sama lo! Brengsek! Lo sama brengseknya kayak Papa! Anjing!"

Cherry mengeluarkan air matanya dengan nafas yang menggebu-gebu.

"Berani lo sama gue?!" Teriak Arzan kemudian mengangkat tangannya hendak menampar gadis itu.

"Arzan, stop!"

Amara berlari ke arah Arzan kemudian mencekal lengan lelaki itu. Amara menghempaskan tangan Arzan, mendorong laki-laki itu kemudian memeluk tubuh Cherry yang bergetar karena menangis.

"Apa yang lo lakuin?!" Bentak Amara menatap Arzan nyalang.

Arzan mengacak rambutnya frustrasi, dua gadis di depannya ini adalah sumber emosinya. Dua gadis ini selalu bisa membuatnya emosi dan membangkitkan amarahnya. Amara dan Cherry.

"Lepasin dia, biarin dia ngomong sama gue," ucap Arzan datar.

Amara berdecih, "Gak seharusnya lo bersikap kasar sama Cherry! Kalo ini masalah semalem, bukan cuma dia yang salah. Gue juga!"

"Ya emang, lo juga salah. Tapi kali ini, gue harus kasih dia hukuman dulu, baru selanjutnya lo."

Amara meneguk salivanya susah payah. Tatapan Arzan benar-benar datar. Namun Amara adalah Amara, ia tetap akan melawan Arzan apa pun yang terjadi. Apalagi melihat Cherry yang sampai menangis sesegukan seperti ini, benar-benar tidak bisa di biarkan.

Amara membawa Cherry untuk duduk di ranjang gadis itu. Kemudian menyuruh Arzan keluar dari kamar Cherry dengan lirikan mata. Arzan menghembuskan nafas kasarnya kemudian keluar dari kamar adiknya dan menutup pintu sekeras mungkin.

"Dia jahat banget, Kak. Gue benci sama dia, dia sama brengseknya kayak Papa!" lirih Cherry tanpa melepas pelukannya.

"Gue ngerti gimana perasaan lo. Mungkin dia khawatir sama lo. Salah gue juga karna sem-"

"Bukan salah lo," Cherry melepas pelukan mereka, ia mengusap air matanya kasar.

"Ini emang salah gue. Tapi gue bener-bener gak abis pikir sama dia, tega banget dia mau nampar gue. Padahal gue adeknya."

ARZANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang