EMPAT BELAS

1.9K 186 11
                                    


Guys maaf😭🙏, kemaren kouta gw udah di ambang batas. Jadi kalau mau di publik loadingnya lama banget. Pas udah punya kouta gw lupa dan baru inget sekarang.

Btw, gimana kabar kalian? Sekolahnya sekarang udah masuk normal ya? Sekolah gw sekarang pulang jam 1😭

Vote ya kawan", ramaikan cerita ini. Share ke temen kalian atau sosial media. Gw akan berterimakasih nanti.





Uhuk uhuk

Via kembali batuk di perjalanan. Tubuhnya di baringkan dan kepalanya berada di pangkuan gadis remaja yang menolongnya.

"Mommy sakit hiks hiks. "

Edward yang mendengar kalimat itu merasa kasihan pada via.

"Mas tolong lebih cepet, badannya menggigil dan biru. " ucap gadis remaja itu panik.

"Nona sebentar lagi kita sampai, dokter Tama sudah berada di rumah sakit. "Ucap Edward sambil mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Via.... Dek via bangun.... Jangan tutup mata... Buka matanya sayang.... " ucap gadis remaja itu dengan panik, ntah kenapa dia tidak bisa melihat via seperti ini.

Via hilang kesadaran. Ia pingsan.

Dokter Tama mondar-mandir menunggu kedatangan via di rumah sakit. Tak lama mobil yang di kendarai Edward pun sudah terlihat.

Edward segera keluar dari mobil lalu menuju pada bagian belakang, via berada, ia segera menggendong nya. Mereka pun membawa via ke ruang IGD.

Edward dan gadis remaja tadi menunggu sambil dengan pikiran kacau.

Drrt... Drrt

Handphone milik gadis itu berbunyi, ia segera mengangkat nya walaupun menurutnya tidak penting.

"Halo? "
"..... "
"Bukan urusan lo. "
"..... "
"Gw di rumah sakit. "
Tut... Tut...

15 menit kemudian

Suara derap kaki dengan langkah tergesa-gesa menuju ke arah mereka terdengar.

Gadis remaja itu menoleh, melihat pria yang kadang menjadi rivalnya beserta para sahabatnya dan 2 sahabat gadis tersebut.

"Astaga Ona baju lo kotor. "Gadis itu remaja itu membenarkan ucapan sahabatnya. Bajunya sekarang ini terlihat kotor karena pada beberapa bagian terkena darah dari Via. Namun ia sedang malas meladeni sahabatnya, yang ada di pikirannya sekarang adalah bagaimana kondisi Via.

Ceklek

Dokter Tama keluar dari ruang IGD, ia berjalan menghampiri Edward yang sedang menyenderkan tubuhnya pada dinding dengan kepala tertunduk.

"Kamu tau Ed? Ze meminum racun dan racun di tubuhnya sangatlah berbahaya. Apakah mansion penjagaan nya melemah? Sehingga menjaga seorang gadis berusia 14 tahun saja kalian lengah hingga kecolongan. Beritahukan ini pada tuan besar, jangan sampai dia mengetahui nya sendiri entah bagaimana nasib kalian nantinya. Ze akan saya yang rawat hingga dia benar-benar sembuh. Kondisinya sekarang kritis, nyawanya berada di ambang kematian, apalagi tadi asma nya sempat kambuh, kesulitan bernafas bahkan salah satu efek racun  itu. Ya tuhan. " jelas dokter Tama dengan pelan namun dengan aura yang tidak main-main.

Lalu ia membalikkan tubuhnya. Ia menatap para remaja yang juga sedang menatap nya. Tentu ia mengenalnya, beberapa dari mereka merupakan mahasiswa mahasiswi nya.

"Kalian bagaimana bisa berada di sini? "

"Mohon maaf pak,saya ingin meminta maaf karena saya, Via kondisinya menjadi semakin parah, saya tidak tahu Via mempunyai asma hingga saya dengan santainya malah merokok. " sesal pemuda itu, dia baru sadar ketika Fiona-gadis yang menolong Via membantu via menggunakan inhaler. Untungnya Felix- sahabatnya segera mematikan putung rokoknya.

Huft

"Ini bukan salah kamu, tanpa kamu begitupun akhirnya akan tetap seperti ini. Kalian bisa pulang terutama kamu, baju kamu sudah kotor dengan darah. " tunjuk dokter Tama pada Fiona.

Mereka pun pergi dari sana.

Namun.

"Tunggu." Edward berjalan mendekati Fiona.

"Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada Anda karena sebelumnya sudah membantu nona saya dan mau ikut membawa nona via ke rumah sakit. " ucap Edward dengan tulus.

Fiona pun tersenyum. "Nggak perlu berterimakasih mas, saya ngelakuin itu juga karena rasa kemanusiaan. "

"Sekali lagi terimakasih. "Fiona pun hanya tersenyum.

Ceklek

Dokter tama memasuki ruang rawat milik via. Ia duduk di samping ranjang yang sekarang , menggenggam tangan via yang sekarang sangat dingin.

"Gimana sampai bisa begini Ze? Apa yang kamu pikirkan sih? Kenapa kamu menahan rasa sakit ini dalam waktu setengah hari, kamu gila Ze. " lirih dokter tama dengan kesal namun suara nya sendu.

"Bangun Ze, om janji om akan jadi sosok yang kamu inginkan, akan menjadi sosok itu dengan lebih baik lagi. " dokter tama semakin mengeratkan genggamannya kalau melihat Via mengeluarkan air pada sudut matanya.

"Ayo sayang, bangun. Papa di sini, bangun sayang. Waktu itu katanya kamu pengen ketemu sama bi Ayu kan? Ayo bangun, nanti kalau kamu udah sadar kita kerumah nya, kamu bisa peluk dia, kamu kangen dia kan? Katanya kamu kangen di manja sama dia, pasti bi Ayu juga kangen sama bayinya ini. "

Papa, itu adalah salah satu impian Via dulu untuk mengucapkan kata tersebut. Namun dia sadar, untuk siapa kata papa itu? Memangnya dia punya?

Dulu, via selalu menginginkan dirinya untuk mengijinkan via memanggilnya papa. Namun dengan tak berperasaan dirinya malah hanya diam tidak tau harus membalas apa kalimat itu.

'Om mau nggak Ze panggil Papa? "Tanya Via dengan matanya penuh harapan, berharap ia menjawab kalimat yang via harapkan namun...

"Ng... "





Dokter Tama jahat😈kasian Via asli nggak pernah sama sekali ngerasain kasih sayang ortu dari orok, tapi sekarang pasti dia di atas udah ketemu sama ortunya kan.

FIGURAN 2 NOVEL( Slow Up) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang