LIMA BELAS

1.6K 152 73
                                    


Hai, apa kabar?










'Om kenapa diem? Om nggak mau jadi papa Ze? "Tanya via kecil dengan sedih.

Lelaki berusia 26 tahun itu berjongkok menyamakan tinggi gadis kecil yang baru berusia 6 tahun di depannya ini.

" Ze, om punya mainan baru. Ze mau lihat? "

Mengalihkan pembicaraan adalah yang selalu ia gunakan ketika gadis kecil di depannya meminta hal yang sama. Tidak ada alasan khusus dia tidak menerima permintaan Via.

Hanya saja, ia selalu berfikir bahwa jika ia menerima permintaan itu, maka dia harus rela membagi sebagian waktunya untuk via. Adimata dulu hanyalah berfikir pekerjaan lebih penting dan juga dia takut bahwa tidak bisa menjalankan perannya sebagai ayah. Hingga ketika Via besar dan tidak meminta hal yang sama lagi ia baru sadar bahwa memang via sangat membutuhkan figur orang tua.

2 minggu kemudian

Siapa yang akan menyangka bahwa akibat racun tersebut Via masih tetap tidak sadarkan diri hingga saat ini. Hanya beberapa perubahan pada Via, salah satunya adalah via berhasil menjalani masa kritisnya beberapa hari yang lalu namun belum bisa bangun.

Kabar Edward saat ini sedang menjalani masa hukuman karena kelalaiannya menjaga Via, bukan hanya Edward namun semua pekerja di mansion. Ntah hukuman apa, namun itu pasti jauh dari kata ringan.

Ceklek

Dokter tama masuk sambil membawa sebuket bunga di tangannya. Ia baru saja menyelesaikan pekerjaannya menjadi dosen, di perjalanan ia membeli bunga untuk via.

"Selamat siang putri papa. " sapanya pada via sambil mengecup kening Via dengan Lembut.

Semua alat berat penunjang hidup yang di gunakan Via sekarang sudah di lepas, ia sekarang hanya menggunakan masker oksigen.

Tama duduk di kursi samping ranjang. Ia menggenggam tangan Via dengan erat. Dia butuh tenaga dan Via adalah sumber tenaga nya, sumber semangatnya.

"Mo.... mmy."

"Dad..... Dy. "Lirih Via dengan mata yang terpejam dan air mata yang mengalir dari sudut matanya.

Tama membuka matanya, menajamkan pendengaran nya. Berharap bahwa dia tidak salah dengar.

Sedangkan di alam bawah sadar

Via semakin berlari dengan kencang mengejar ke dua orang tuanya yang malah pergi setelah mereka menghabiskan waktu bersama.

" Mommy daddy jangan tinggalin sky, tunggu sky. "Ia terus berlari.

Aw

Sky jatuh, lututnya tidak berdarah namun rasa sakit yang ada.

" MOMMY DADDY. "Ia berteriak memanggil kedua orang tuanya.

"Tungguin sky, jangan tinggalin aku lagi hiks hiks. "

Di alam nyata.

Via menangis sesenggukan sambil belum sadarkan diri. Air mata meluruh dari sudut matanya.

Genggaman Tama di balas oleh Via dengan genggaman yang sangat erat.

"Ze? Ze sadar sayang... Bangun... " dokter tama dengan panik berusaha membuat via membuka matanya.

"Mommy daddy jangan tinggalin sky, sky mau ikut kalian. " gumam via dengan gelisah dalam tidak sadar nya.

Brak

"Pak panggil dokter. "Ucap seorang gadis remaja yang tiba-tiba datang mendekati mereka dengan wajah panik.

Dokter tama pun seketika langsung sadar bahwa saat ini dia harus memanggil dokter. Ya walaupun dia juga dokter namun dia tidak membawa alat medis.

Tama pun langsung menekan tombol samping ranjang. Tak lama seorang dokter pun tiba beserta beberapa perawat yang berada di belakangnya. Mereka mendekati Via dan langsung mengecek Via dengan teliti.

Dokter Tama beserta gadis remaja yang tadi datang tiba-tiba masuk ke ruangan Via pun keluar, memberikan ruang untuk orang-orang di dalam sana memeriksa Via.

"Bagaimana kamu bisa ada di sini? "Tanya dokter Tama bingung sambil waspada karena takut bahwa gadis di depannya ini ingin mencelakai putrinya.

"Bapak nggak lupakan dengan perbincangan kita waktu itu? Saya ingin di perbolehkan menemui Via kapanpun. " ucap gadis itu.

Flashback

Fiona, gadis yang tadi menolong Via beserta para teman-temannya sedang berjalan menuju parkiran untuk pulang. Namun hatinya merasa gelisah entah karena apa. Ia memelankan langkahnya, menyebabkan ia sedikit tertinggal dari teman-temannya.

"Na."

"Ona."

"Fiona ih. "Panggil sahabatnya menatap dirinya kesal. Ia pun langsung tersadar.

" hm? "

Sahabat yang memanggil dirinya hanya memasang wajah kesal.
"Lo tuh dari tadi di panggil enggak nyaut Fio, ya Ella nya kesel kali. " sahut sahabatnya yang lain.

Huft

"Kalian duluan aja, gw mau ke kamar mandi sebentar. "

Lalu Fiona berbalik, berjalan kembali ke IGD. Di sana ia melihat laki-laki yang ia kenali sedang berbincang dengan dokter yang menangani Via.

Ia mengernyitkan dahinya. 'Ada urusan apa? '
Lalu ia mengenyahkan pertanyaan itu, karena menurutnya itu tidak penting. Ia mendekat ke arah dua laki-laki itu.

"Permisi."

Keduanya menoleh ke arahnya. Tatapan berbeda di layangkan pada dirinya. Tatapan bertanya dan tatapan sulit diartikan dari orang yang berbeda.

Dokter tama pun sontak bertanya kepada Fiona, karena menurutnya ada sesuatu yang ingin Fiona sampaikan atau tidak ada sesuatu penting.

"Ada apa? "

"Boleh kita bicara, berdua. "Ucap Fiona , menekan kata akhir dan melirik ke arah laki-laki yang menjadi rivalnya. Dokter Tama lalu melirik remaja laki-laki itu.

"J'espère que l'oncle pourra tout expliquer. " ucap laki-laki dengan wajah datarnya, lalu pergi dari sana.















________

*J'espère que l'oncle pourra tout expliquer: Saya harap paman bisa menjelaskan semuanya

Ada yang bisa nebak nggak nih siapa cowok itu? Nggak tau lupa pernah gw kasih tau apa belum di part kemaren.

ramein cerita ini yuk😩
Komen yang banyak guys, titik-titik juga gpp. Voment janlup

Btw mau double up nggak?
TARGET:90 VOTE DAN 30 KOMEN!

FIGURAN 2 NOVEL( Slow Up) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang