DELAPAN BELAS

897 55 3
                                    


Hehe

Singkat dulu ya. Jujur ini otak gw udah buntu buat lanjutin ini cerita. Nggak ada sesuatu yang memotivasi.

TAPI NGGAK TAU KENAPA TIBA-TIBA INI OTAK LANCAR KAYA BUAT HALU. YA WALAUPUN SEGINI DOANG SIH

padahal dapet ide segini tuh dari berbagai halu, manhwa, drakor, drachin, sampe drama thailand anjir

Pokonya jangan lupa vote dan follow aku gw ya cantik😍

Gw lagi berusaha membangkitkan mood ini.

BTW ENIGMA ADA BRIGHTWIN😭😭😭😭😭sedang menunggu ENIGMA s2🤧




Seorang pria dengan beberapa bagian rambutnya berwarna putih dan umur yang sudah tidak lagi muda sedang membaca berkas yang berada di hadapannya dengan seksama. Guratan emosi dan sedih menghiasi wajahnya. Tangannya mengepal kuat.

"Bagaimana bisa hal itu terjadi padanya? Apakah kalian tidak bisa menjaganya dengan baik? Apa uang yang aku berikan selama ini kurang?! " tanya pria itu dengan amarah.

"Maafkan kami tuan, kami telah kecolongan. "Ucap Edward.

"Kalian saya berikan kepercayaan namun kalian malah menghianati saya. Seharusnya kalian lebih waspada. "

"Sekali lagi kami minta maaf tuan. "

______

'Tem, kalau di pikir-pikir nih ya mereka kan belum dapet obat penawar artinya tubuh ini masih ada racunnya. '

'Benar nona, namun tenang saja mereka saat ini sedang berusaha untuk menemukan penawarnya. Pasti dalam waktu dekat akan mendapatkan hasil. '

'Emang lo nggak bisa apa nyembuhin gw? '

Sistem hanya terdiam. Entah apa yang yang ada di pikiran sistem tak punya otak itu. Via tidak peduli, toh bila memang tidak bisa juga tidak apa. Mungkin dengan adanya penyakit ini bisa ia manfaatkan. Kalau mati ya syukur kalau hidup ya sudahlah. Karena jujur jika ia mati maka ia akan bertemu orang tuanya di neraka.

_________

Dengan wajah sendu dan banyak fikiran Fiona memikirkan Via. Gadis SMA yang mampu mengingatkannya pada seseorang. Seiring dia bertemu dengan Via rasa rindu itu kian hilang tergantikan oleh rasa bersyukur.

"Oi Fi,lo ngelamun terus kenapa deh? " Grace bertanya hal itu bukan karena apa. Walaupun Fiona orangnya pendiam setidaknya ia akan berbicara sepatah kata, sedangkan sekarang? Nol, hari ini Fiona hanya murung tak ada semangat.

Fiona hanya memandang grace datar. Dia benar-benar sedang malas untuk berbicara, bahkan kuliah pun rasanya malas. Bila ia tidak di paksa oleh tantenya mungkin sekarang ini ia hanya akan rebahan di kasur atau paling tidak akan menemani Via yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

_________

Seorang remaja laki-laki dengan raut yang sulit diartikan sedang memikirkan kilas memori yang sangat menyenangkan dan mampu menggairahkan hidupnya. Di dunia yang seperti ini tanpa ada tujuan hidup rasanya monoton. Ingin mencari objek obsesi pun tentu tak bisa karena hatinya telah berlabuh pada seseorang.

Kadang hidup memang mempermainkan dirinya. Kehidupan memang akan terus berputar seperti roda, namun tidak bisakah roda itu kempes barang sejenak? Karena nyatanya ia hanya ingin hidup bahagia bersama orang-orang yang amat ia sayangi.

Yang tersisa sekarang hanyalah penyesalan dan doa. Ia berharap mereka hidup dengan tenang dan damai di atas sana. Memandang dirinya di atas sana dan menunggu untuk bisa berkumpul kembali.

__________

Puk

Via memandang kesal pada remaja laki-lakiyang sedang berdiri di belakangnya. Ia sedang duduk dengan tenang dan hanya menonton televisi menampilkan film yang sedang trend baru-baru ini. "Apasih! "

Remaja laki-laki itu hanya terkekeh mendengar gerutuan dari gadis cilik di depannya. Perlahan ia mendudukan diri di samping gadis itu. Ia melakukan berbagai hal untuk menjahili nya. Tak ada kata lelah untuk aktivitas semacam itu.

Sedangkan via hanya bisa sabar menahan emosinya hingga ia tak mampu menahannya lagi. Ia meluapkan emosi nya dengan teriakan yang melengking. Beruntungnya apartemen yang mereka tinggali kedap suara.

"Kenapa sih! " seorang remaja perempuan keluar dari arah dapur memastikan apa yang tengah terjadi. "Jangan ganggu! " Via menyentak remaja laki-laki itu. Ia geram di buatnya.

"I am sorry sweetheart but you are so cute, i cant handle it." remaja itu terkekeh.

"Mama?! Papa ganggu aku lagi. " jurus andalan via adalah mengadukan berbagai hal kejahilan yang pria itu lakukan. Via berjalan mendekati remaja perempuan itu lalu memeluknya sambil memandang remeh laki-laki yang berada tepat tak jauh darinya.

"Lo tuh ya, gw selalu bilang jangan ganggu dia. Bisa nggak sih. "

"No, i cant. "

"Shiball."

Brak

Via membuka matanya. Jujur mimpi itu terasa nyata baginya. Namun siapakah dua orang itu? Kenapa ia bahkan memanggil mereka dengan panggilan mama dan papa? Pertanyaan itu mungkin akan bersarang di pikirannya untuk kedepannya  hingga ia menemukan jawaban dari mimpi itu.

Namun daripada itu, yang lebih penting sekarang adalah orang yang sedang menatapnya dengan tatapan ketakutan setelah mendobrak pintu kamar inap nya. Dokter tama bergegas memeriksa setiap inci tubuh via lalu ia memeluknya dengan erat.

Via yang kaget akan hal tiba-tiba ini merasa kebingungan. Sebenarnya apa yang terjadi?

Tadi dokter tama sedang berada di ruangannya sambil memikirkan sebuah cara agar keponakannya lekas sembuh. Namun di saat ia sedang berfikir malah di kejutkan dengan sebuah alat dengan layar yang dengan lengkap menunjukkan berbagai kondisi dari mulai detak jantung, tekanan darah dan yang lain secara terperinci mengeluarkan suara sebagai pertanda bahwa kondisi tubuh dari seseorang tidak stabil. Dan itu adalah Via.

Dokter tama pun bergegas menuju ruangan via dengan sepenuh tenaga yang ia punya.

Via menepuk pundak om nya itu dengan pelan. "Om kenapa? "

Dokter tama melepaskan pelukan itu. Aneh. Bukankah tadi layar yang berada di ruangannya memberikan informasi bahwa kondisi keponakannya ini sedang tidak baik-baik saja. Namun kenapa sekarang berkebalikan nya?tidak mungkin bukan akan berubah secepat itu.

"Kamu nggak papa kan Vi? " ia bertanya seperti itu untuk mengurangi kecemasan yang tak berarti dari dalam dirinya. Walaupun hanya dengan mata telanjang pun sudah terlihat jelas, tapi ya gitulah.

"Aku nggak papa om, om tuh yang harusnya aku tanya gitu. Om nggak papa? Tiba-tiba dobrak pintu kamar aku, aku lagi tidur tau. " Via mengomel. Bila saja om nya tidak datang apakah ia masih akan menyelami mimpi indah itu? Apakah ia bisa lebih lama berada di mimpi itu. Sungguh hanya kata andai yang mampu Via lakukan sekarang.

Untuk bahagia pun Tuhan hanya memberikan dirinya waktu yang singkat dan penderitaan dalam jangka panjang. Entah harus bersyukur atau tidak Via pun bingung sendiri di buatnya.

____________




Votenya juseyo...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FIGURAN 2 NOVEL( Slow Up) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang