Chapter 7 - Mengingat, bersiap dan hantam mereka.

6 0 0
                                    

Setelah selesai dimarahi Silvet dan yang lain, aku kembali ke tendaku ditemani Walter.

“ Kau ingin kembali bekerja, atau beristirahat terlebih dahulu? “
“ Aku akan mengawasi yang lain sambil beristirahat.“

Saat aku pergi, Dom dan lainnya mengerjakan tugas yang kuberikan pada mereka. Mereka beristirahat cukup lama, karena menunggu diriku yang tak kunjung kembali dan akhirnya berinisiatif melanjutkan pekerjaan mereka. Sambil mengawasi mereka, aku mengingat-ingat, sepertinya kejadian barusan pernah terjadi padaku.
Beberapa tahun lalu, kakekku pernah mengajak aku pergi ke luar negeri menemaninya, tak lama setelah aku menjalani tiga tahun latihan keras darinya. Awalnya, kupikir ini akan menjadi perjalanan yang santai dan menyenangkan sebagai upah kerja kerasku.

“ Kau siapkan barang-barangmu, temani aku pergi beberapa hari. “

Sore itu kakek hanya mengatakan padaku untuk menemaninya. Seperti biasa, beliau tidak begitu menunjukan ekspresinya, tipikal orang yang serius dengan ekspresi datar.
Saat kami tiba di bandara, aku cukup terkejut dengan tujuan yang tertera di tiket pesawatku, terlintas ini merupakan pilihan yang unik untuk berlibur.
Sesampainya kami disana, seorang pria menjemput kami di bandara dan mengantar kami ke suatu tempat yang sepi. Dan bukan hanya sepi, ini adalah wilayah yang jauh dari pemukiman.

“ I can only take you all here. Your destination is 5km to the south. “

Pria yang mengantar kami menurunkan kami dan baru kali itu aku mengetahui kakekku yang konfensional itu dengan fasih berbahas asing.
Setelah kakek bersalaman dengannya, kami pun turun di tempat yang jauh dari pemukiman, bahkan lebih tepatnya kami berada di wilayah antah berantah dan hanya tanah tandus yang ada di sekeliling kami.

“ Kita akan berlari menuju tempat tujuan kita. “
“ Eh?! “

Aku terkejut mendengar ucapan kakekku dan tersadar dari lamunan ku melihat sekelilingku.
Kakek mulai menyuruhku berlari bersamanya, orang tidak akan percaya orang seumuran beliau bisa berlari seperti ini dan menempuh jarak sejauh ini.
Jika tidak dilatih dengan ketat selama tiga tahun, aku pun pasti akan menyerah, bahkan sebelum separuh jalan. Namun, selelah apapun diriku, aku tidak berani mengeluh, apalagi menyerah saat ini.

Setelah berlari cukup jauh, kakek berhenti dan menyuruhku untuk beristirahat selama 10 menit dan menyuruhku mengatur pernafasanku dengan baik.
Setelah itu, kakek menunjukan sesuatu di depan kami, kira-kira kurang dari 1km kedepan dan kami berada di dataran yang lebih tinggi saat ini. Terlihat beberapa orang mengelilingi sebuah bangunan yang berada antah berantah di tempat terpencil ini.

“ Kita akan menuju tempat itu. Lakukan seperti biasa! “
“ Seperti biasa?? “

Saat aku bertanya beliau mulai berlari menuju tempat itu dan menyerangnya.

“ HAH?! “

Aku terkejut dengan apa yang dilakukan kakekku, beliau menyerang seseorang, tidak! Beberapa orang, juga tidak! lebih tepatnya semua yang berada di hadapannya di hajar olehnya dan ini masih siang hari!
Aku pun menyusulnya dan membantunya. Tempat yang kami tuju merupakan pabrik pengelola narkoba, kami berhasil mengalahkan semua orang yang berada disana dan menahan mereka. Setelah menahan mereka, kakek mulai menghancurkan tempat itu beserta narkoba yang berada disana. Penjagaan di tempat ini cukup ketat, bahkan beberapa orang menggunakan senjata api.

“ SENJATA API MENYERAMKAN!! “
“ Berhenti merengek! Tugas kita belum selesai. “

Orang tua ini, benar-benar masuk kategori monster! Bahkan setelah menaklukan sebuah pabrik dengan penjahat yang menjaganya dan setelah berlari sejauh ini, dia masih belum terlihat kelelahan sedikit pun.
Dia menghampiri seseorang yang terlihat seperti kepala di tempat ini. Setelah berbincang, lebih tepatnya dia mengintimidasi orang itu dan beberapa saat kemudian menghampiriku dan menyeretku pergi. Setelah itu, selama beberapa hari kakek memarahiku.

In Another World, Not Much Different just Way More CrazierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang