Akan ada selalu jalan untukku bertemu dengan Nyonya Park, Ibu dari pria yang sangat aku cintai. Setelah bertemu dengan Kak Juhyun, aku yang beruntungnya mengenakan pakaian pantas, bertemu dengan wanita paruh baya penuh karisma ini. Entah memang kebetulan, wanita itu membawaku ke dalam lingkungan pertemanannya yang sedang mengadakan acara di hotel mewah."Oh, ini pacarnya Chanyeol, dokter juga?" ujar salah satu teman Nyonya Park.
"Bukan, apa pekerjaanmu sekarang?" ia bertanya kepadaku, wajahku yang tertunduk harus kunaikkan untuk menjawabnya dengan penuh malu, "u-untuk sekarang, saya belum memilki pekerjaan tetap, tapi terkadang berjualan kue," aku tahu pendapat orang selalu akan buruk.
Kekehan tak langsung aku dapati dari salah satu kolega Nyonya Park, membuatku malu. Bukan karena diriku, biarlah aku seperti ini, tapi Chanyeol... dia tidak pantas untuk diinjak seperti ini, "Aku dengar Chanyeol tinggal berdua dengan kekasihnya, ternyata kau..." Seorang wanita dengan gaya nyentrik duduk disebrangku berkata, "Apa yang kau berikan?" Bahuku melemas mendengar ucapannya, kulihat ke sekeliling, semua orang tampak menertawakanku, merendahkanku.
"Aku tidak mengerti apa yang Nyonya maksud," jawabku dengan santai dan bermuka tebal.
Aku terdiam selama mendengar mereka berbincang, membolak-balik makanan mewah yang berada dihadapanku tanpa ada rasa selera, hingga kalimat ini membuatku kembali mengangkat wajah, "Chanyeol akan pergi ke Amerika Serikat bulan depan untuk pendidikan, sendiri," ujar Nyonya Park. Tubuhku bergetar, kenapa aku tidak tahu hal ini?
"B-bagaimana?" Kata tanya tersebut keluar tak terbendung dari mulutku.
"Oh, dia belum membicarakannya denganmu?, Chanyeol akan kembali kuliah ke Amerika Serikat, dia akan berangkat sendiri," keterangan lengkap oleh Nyonya Park.
Aku terdiam, Chanyeol tak pernah membicarakan hal ini kepadaku. Aku tetap menjaga rautku untuk tidak berubah, hingga Nyonya Park berkata akan mengantarku pulang. Dengan halus aku tolak, namun mau apa dikata, wanita itu terlalu kuat dibanding aku.
Hening selama di perjalanan, hingga dia berkata, "Mau seberapa jauh lagi kalian berdua? Hingga punya anak dan berharap restuku?" ujarnya.
Aku yang duduk disampingnya lantas menoleh, aku tidak tahu harus membalas apa, "kami selalu mengharapkan restu Anda, Nyonya," kataku.
"Kau tahu jelas aku tidak akan memberikannya, seberapa keras usahamu," dia menekankan lagi ketidaksetujuannya terhadap hubungan kami, "Aku tidak peduli seberapa banyak benih yang sudah putraku tabur di dalam rahimmu, bahkan jika itu menjadi seorang bayi, bayi itu tidak akan pernah menjadi anggota keluarga kami. Berhentilah mempermalukan dirimu atau kau sudah tidak punya malu lagi?"
That leave me speechless, kata-katanya menghunus jantungku. Tidak tahu lagi harus membalas apa, aku hanya terdiam sementara wanita itu kembali berkata, "Chanyeol akan ke Amerika, selesaikan hubungan kalian berdua dan pastikan kau tidak mengandung anaknya, akan aku jodohkan putraku dengan orang yang lebih pantas untuk bersanding dengannya"
Supir yang berada di depan kami berdua tampak kikuk dan sesekali menatapku dari kaca tengah. Aku memilih untuk menyembunyikan wajahku, tertunduk malu. Sejauh ini dia menginjak harga diriku.
Meremas jemariku yang sudah berkeringat dingin, aku mengulum bibirku yang bergetar mengantarkan air mata yang satu dua tetes turun. Aku hanya bisa diam, tidak tahu bagaimana dan apa yang bisa aku bela dari diriku ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
imagine: wenyeol
FanfictionIf this ain't about Wendy and Chanyeol, it's gotta be Windy and Calvin.