eight, sayang

34 1 5
                                    

Hari ini matahari terlihat bersinar begitu bahagia. Matahari menyambut dengan ramah seluruh penghuni semesta. Sinarnya turut memberikan senyum manis bagi seluruh manusia.

Terlihat dari dalam rumah sederhana terdengar kekacauan. Teriakan dan jeritan menghiasi rumah itu setiap harinya. Dari arah dalam rumah, dua orang anak kecil berlari keluar. Seorang gadis yang sampai duluan langsung menarik ujung koran milik papanya, melaporkan kejadian tragis yang membuat bonekanya patah menjadi dua.

"PAPA, KAK EYON NIH PA NAKAL!" serunya dengan nada tinggi. Sementara yang diteriaki akhirnya menurunkan koran yang dibacanya. Wajah yang tak lagi muda itu tersenyum tipis ke arah putrinya. Diusapnya pelan rambut itu dengan kasih sayang. Tetapi usapan itu tetap tak membuat gadis kecil itu tenang, ia masih belum puas melaporkan.

"PAPA, KAK EYON GANGGU AKU NIH PA!! BONEKAKU DIRUSAKIN," kembali ia melaporkan kelakuan sang kakak yang berbeda 7 tahun itu pada papanya. Sang papa kembali tersenyum. Dibenarkannya letak kacamatanya lalu ia menoleh ke arah anak laki-laki yang berjalan dengan santainya itu.

"Benar Eron boneka Erika rusak?"

Eron mengendikkan bahu, "Ditarik sendiri sih, Pa. Bukan Eron," kali ini ia memberikan asumsi dari sudut pandangnya. Berusaha memberikan pembelaan bahwa ia tak salah.

"Kok bisa?"

"Iya, tadi boneka Erin kejepit di pintu. Terus aku ga sengaja bantuin, tapi belum selesai sama Erin keburu ditarik. Akhirnya, lehernya patah," ujarnya memberi tahu.

"KAK ERON NAKAL!!" Erin, teriak histeris. Membuat papanya langsung berdiri dan menggendong sang putri. Mencoba menenangkan agar ia tak menangis kembali.

"Besok kita jalan-jalan, mau? Beli boneka lagi?" Gadis itu mengusap air matanya saat mendapat tawaran dari papanya. Ia mendadak antusias saat mendengar itu.

"Segini, Pa?" tanyanya sembari memperagakan sebesar apa boneka yang diinginkannya.

"Iya, sayang," pria itu mengangguk dan membenarkan apa yang putrinya inginkan. Membuat putrinya memekik dan langsung kesenangan. Sementara papanya kembali tersenyum dan mencium gemas dua pipi gembul milik gadis itu.

Tak lama, dari dalam rumah keluar wanita yang sangat anggun. Ia tersenyum mendapati anak-anak dan suaminya itu.

"Kenapa mas?" tanyanya saat melihat wajah putrinya yang habis menangis.

Yang ditanyai hanya tersenyum, "Biasa, anak-anak berantem," bukannya marah, wanita itu hanya membalas senyum. Ia mengode ke arah putranya untuk mendekat kemudian memeluk anak sulungnya itu.

Sudah hampir sepuluh tahun keluarga itu cukup bahagia. Mereka memiliki dua orang anak setelah penantiannya kurang lebih dua tahun. Ainira, wanita satu-satunya yang Arlan cintai dalam hidupnya. Wanita yang menyempurnakan kebahagiannya, dia--masa lalu sekaligus takdir yang diberikan semesta kepada Arlan.

Hallooo, apa kabar?! Semoga selalu diberikan kesehatan, yaa. Ada yang kangen Arlan ga nih? Hehe.  Mau ngasih info, Arlan engga sepenuhnya terhapus ya tenan-teman. Cuman aku nulisnya ganti platform aja. Sekarang, Arlan ada di Fizzo yaaa, ynah mau baca boleh sih mampir, cari aja penulisnya ifnyuee, dengan cover cerita kaya gini hehe.  Yuk, ramein.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

About Us || Arlan SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang