Rindu itu seperti batu. Sekali menghantam, rasanya sakit. Meninggalkan luka dan terasa nyeri.
***
Seorang cowok tengah menatap kumpulan kertas yang ada di hadapannya. Sudah menjadi kesehariannya berkutat dengan semua tugas-tugas yang seolah mengalir seperti air. Tanpa jeda, dan terus ada.
Cowok itu menghela nafas. Ia melihat jam dinding yang ada di kamarnya. Hampir tengah malam. Setelahnya ia berdiri. Meninggalkan semua buku dan tugas-tugasnya yang masih belum usai di meja.
Cowok itu berjalan ke luar jendela. Ia menatap gemerlap lampu-lampu kota juga gedung-gedung pencakar langit yang berada di sekitarnya. Hampir setahun ia menetap disini. Merantau demi pendidikan dan harus rela meninggalkan semua orang. Khususnya seorang gadis yang akhir-akhir ini dirindukannya. Semenjak ia pergi, ia tak pernah menghubungi gadis itu. Bukannya tidak mau, ia hanya tak ingin semakin sulit untuk melupakan gadis itu. Rasanya sulit memang pergi tanpa bicara apa-apa dan pamit. Tapi bagaimana lagi, jika ia pamit, justru ia akan semakin terperangkap pada semua jeratan kenangan yang ada.
Soal hubungan, dia memang tidak bilang jika hubungannya itu dibilang pacaran. Dia sempat putus. Dan dia hanya meminta Aelsya untuk menunggu. Arlan tak pernah menembak Aelsya untuk yang kedua kali.
Cowok itu memang sengaja tidak menembak Aelsya. Bukannya dia tidak mau serius dengan mengikat Aelsya sebagai pacarnya. Arlan tidak ingin hubungannya kembali pupus. Maka dari itu, cowok itu meminta Aelsya menunggu. Karena dia ingin memiliki hubungan yang baru. Bukan sebagai seorang ketua osis SMA Mars, Arlan Arlego Madinanta, yang dikenal sebagai pacar dari salah seorang adik kelasnya, Aelsya Andriana. Tapi Arlan ingin dia bisa memiliki Aelsya sebagai istrinya.
Dan tentu, semuanya butuh persiapan. Arlan harus fokus pada pendidikannya untuk mewujudkan impiannya. Karena cowok itu ingin, saat dia menemui Papa Aelsya, dan menemui cewek itu lagi, dia ingin Aelsya menatapnya dengan penuh bangga. Setidaknya cewek itu bisa merasa bangga padanya.
Arlan memang tidak main-main dengan ucapannya saat wisuda. Dia serius mengatakan jika Aelsya harus menunggunya. Untuk menjalani hubungan yang serius, keduanya harus melewati masa sulit, dengan terpisah untuk tujuan meraih mimpi. Bukankah setelah kesulitan ada kebahagiaan? Benar bukan?
Arlan menatap langit yang gelap. Disana ada sebuah bulan yang bersinar sendirian. Cowok itu menatap lurus bulan itu, setelahnya dia berucap pelan. "Aku rindu kamu. Sangat, sangat-sangat rindu." Lirihnya sendu.
"Aku harap kamu baik-baik saja disana. Dan tolong tunggu aku." Arlan menunduk. Tangannya memegang kaca jendela yang ada di hadapannya.
Setelahnya cowok itu berucap lagi. Kali ini disertai dengan helaan nafas yang sangat tipis. "Meskipun sekarang kita terpisah benua, dan terhalang samudera, tapi langit yang kita tatap masih sama." Arlan mendongak ke atas. Ia kembali menatap bulan yang masih bersinar dengan terang.
Cukup lama Arlan menatap bulan itu. Sebelum akhirnya kembali berbicara."Aelsya, dapat titipan rindu dari Benua Amerika." Rupanya rindu yang cowok itu rasakan sudah tak bisa di tahan. Hingga akhirnya Arlan mengungkapkan semua apa yang dirasakannya. Dan alam-lah yang menjadi saksi dari semuanya.
***
Hallawww. Wah wah, Arlah juga ikut rindu, nih. Jadi yang rindu gak satu pihak aja yaa. Arlannya juga ikutan rindu kok. Ohya, untuk part kali ini memang dikhususkan untuk Versi Arlan. Dan part ini tidak ada hubungannya sama cerita ini yaa guys. Karena cerita ini kan fokusnya ke Aelsya, nah, biar gak bosen aku bikin yang Arlan Ver. Jadi kalian bisa tahu juga kalau gak hanya Aelsya saja yang rindu. Tapi Arlan juga.
Dan kenapa gak pakai elektronik? Kan zaman sekarang canggih, kak. Kalau kangen kan bisa telepon, vidcall, sms, kirim e-mail, pakai sosial media. Gini ya teman-teman, Arlan gak ingin fokusnya terganggu. Kalau dia dengar suara atau ketemu Aelsya, buyar deh semua fokusnya. Yang ada dia gak bisa lupain kenangannya. Dia ngerantau dan gak bilang itu memang disengaja. Ya karena ingin fokus. Arlan ingin saat ketemu Aelsya lagi, dan melamar gadis itu di depan papanya, Arlan ingin dia sudah bisa mewujudkan impiannya.
Sekian ya penjelasannya. Terimakasih. Hehe.
Ohya, ini saran yaa, bacanya sambil dengerin lagunya Arsy Widianto & Brisia Jodie ya
Malang, 28 September 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us || Arlan Series
Teen FictionAyo bercerita tentang kisah mereka Cover diambil dari pinterest atas nama stayczennie