Belum lama selama pandemi.....
Suara dering telepon berbunyi, menyita perhatianku dari laptop yang sejak tadi menjadi atensiku. Tertera nama pemilik perusahaan tempatku bekerja, mau tak mau aku mengangkat panggilan tersebut.
"Hallo, Pak. Ada apa?" Tanyaku tanpa basa basi.
"Ka, tolong besok pagi berangkat ke Semarang ya." Jawab seseorang dari seberang sana.
"Ke Semarang?" Tanyaku kebingungan.
"Iya. Gantiin pak Eki selama beberapa hari, soalnya beliau mendadak izin karena ada urusan keluarga!"
"Kok saya? Saya aja gak tahu apa-apa soal proyek disana." Jawabku malas.
"Konsultan yang lain lagi sibuk sama proyek yang di Ambon."
Aku masih ngeyel, "Saya aja bukan konsultan, pak! Saya sekerta,,,,"
"Iya emang bukan." Potongnya. "Lagian nanti kamu bareng sama orangnya pak Eki. Tugas kamu cuma koordinasi aja sama dia dan bantu-bantu dia selama disana." Lanjutnya kembali.
"Bukannya gimana-gimana ya pak." Ulurku mencari alasan yang lain.
"Bangke! Lima ratus ribu sehari."
Aku tersenyum, "Oke besok saya berangkat!" Putusku akhirnya.
Barusan yang menelponku adalah CEO dari perusahaan tempat ku bekerja yang bergerak di bidang kontruksi. Beliau merupakan tetanggaku dan aku sering sekali di ajak olehnya untuk ikut dalam memantau proyek. Anggap saja aku adalah aspri-nya.
Keesokan pagi tiba. Aku memutuskan untuk pergi ke Semarang seorang diri karena beberapa temanku memiliki kesibukan masing-masing.
"Ka, nanti kamu langsung ke hotel buat ketemu sama orangnya Pak Eki ya. Saya sudah pesanin kamu kamar, tinggal bilang ke resepsionisnya saja." Pesan Pak Darmawan sebelum aku berangkat.
"Ini tugas saya cuma nemenin orangnya Pak Eki kan ya? Gak ada persentasi, kan?" Tanyaku memastikan.
Pak Darmawan mengangguk, "Iya. Soalnya orangnya masih awam di rekontruksi, takutnya ada miss." Jelasnya.
Aku menjulurkan tangan, namun hanya dibalas dengan tatapan heran.
"Apaan?" Tanya bosku.
"Uang Jalan." Jawabku sambil nyengir.
"Di transfer."
*****
Aku sampai di kota Semarang tepat pukul 8 Malam. Setelahnya, aku segera mencari hotel penginapanku. Rasanya sangat lelah karena seharian aku menyupir seorang diri dari Jakarta sampai Semarang, aku hanya beristirahat sekali di salah satu rest area di daerah Tegal.
Sesampainya di hotel, aku segera menuju meja resepsionis untuk mencari tahu letak kamarku berada serta meminta kunci kamar hotel.
"Permisi mbak." Sapaku kepada salah satu resepsionis perempuan.
Wanita cantik itu tersenyum, "Iya pak, ada yang bisa saya bantu?"
"Saya perwakilan pak Darmawan dari Rekontruksi, saya mau minta kartu kamar yang sudah di pesan oleh beliau." Kataku memberitahu tujuanku.
Alis matanya bertaut, "Emm. Maaf pak, tapi sebelumnya sudah ada orang lain yang mengambil kartu tersebut."
Eh. Kok gitu?
Pikiranku langsung terbang pada film-film mafia yang sering ku tonton, dimana para penjahat masuk ke dalam kamarku untuk merencanakan pembunuhan terhadapku.
Emang sedikit lebay, tapi beneran yang ada di pikiranku pada saat itu adalah hal tersebut.
"Kapan ya, mbak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REY!
Non-Fiction[Based on true story] Pernah gak sih kalian disumpahin sama mantan, terus sumpah-nya itu jadi kenyataan? Raka, seorang playboy yang disumpahi oleh mantannya yang bernama Devi untuk jadi belok karena ia ketahuan selingkuh. Selang beberapa tahun kem...