Bukan hal yang jarang jika sebuah turnamen futsal antar sekolah selalu digelar setiap tahun. Entah apa tujuan diselenggarakannya acara tersebut, mungkin dengan cara seperti itulah para guru mempersatukan tenggang rasa dan persaudaraan tiap-tiap sekolah.
Tahun ini, sekolahku berpartisipasi dalam sebuah turnamen futsal yang diadakan di sekolahnya Reyvan. Tentunya aku juga ikut dalam rombongan pemain futsal sekolah, setelah sehari sebelumnya aku dikabari pelatih jika aku ikut serta turnamen ini.
Aku sedang berjalan-jalan di tengah lapangan, setelah dilakukan upacara pembukaan. Tak jauh dari tempatku berdiri, aku melihat seorang remaja mengenakan blazer OSIS sedang menggendong kardus minuman.
Iya, dia Reyvan dan aku sedang berada di sekolahnya.
Aku diam-diam menghampirinya dari belakang. Ia sedikit terkejut saat aku menepuk pelan pundaknya. Aku hanya nyengir saat melihat responnya.
"Lo ikut, Ka?" Tanyanya begitu mengetahuiku.
Aku mengangguk, "Lah gue kira udah tahu."
"Kalo sekolah lo ikut turnamen mah gue tahu." Reyvan kembali berjalan. "Tapi gue gak tau kalo lo ikut main. Kata lo juga gak bakal ikut kemaren." Sambungnya.
Aku mengikutinya, "Dipaksa sama kakak kelas, Rey. Soalnya ada yang cedera." Jelasku.
Melihatnya yang kesusahan mengangkat tiga kardus air mineral, aku berinisiatif membantunya. Dengan segera, kuraih dua dus yang berada digendongannya. Awalnya ia menolak, namun aku kekeh ingin mengambilnya, sehingga kini dua dus itu telah berada di tanganku.
Aku mengikutinya menuju sebuah ruangan kelas. Begitu aku melewati pintu, semua orang yang berada di dalam langsung tertuju padaku. Aku yang melihat Reyvan menaruh kardus di atas meja, tanpa memperdulikan sekitar, aku ikut menaruh kardus disebelahnya.
"Bentar, tunggu sini!" Perintah Reyvan padaku, kemudian ia pergi ke belakang kelas.
Sementara itu, kedua mataku memandang ke seluruh isi kelas yang kutaksir adalah tempat panitia beristirahat, karena bisa kulihat dari name tag yang tergantung pada leher dari seluruh siswa yang berada di ruangan tersebut.
Begitu Reyvan kembali, ia mengajakku keluar dan membawa secarik kertas.
"Heh, lo main setengah jam lagi!" Ungkapnya sembari memperlihatkan kertas yang ternyata isinya adalah jadwal pertandingan.
"Lho terus?"
"Ya lo gak ngumpul sama tim lo gitu?"
"Jadi Reyvan ngusir nih?" Tanyaku pura-pura ngambek.
"Eh, gak gitu juga."
Aku tertawa saat melihatnya menggarukkan kepala, entah kenapa aku begitu suka saat ia bertingkah seperti orang kebingungan. Raut wajahnya sangat lucu bagiku.
"Yaudah deh, gue pergi dulu. Tapi lo nonton ya?" Pintaku.
"Gak bisa atuh, kan gue ada urusan juga."
"Yah, gak semangat dong gue kalo gak dilihat sama pacar." Ucapku menggoda.
"Loh pacar lo ikut, Ka?" Tanya Reyvan dengan menoleh ke kanan dan ke kiri. "Mana?" Lanjutnya begitu ia selesai dengan tingkahnya.
Aku tersenyum, lalu mendekatkan bibirku pada telinganya, "Pacar gue yang cowok emang siapa lagi kalo bukan lo?" Bisikku disusul dengan menaik-naikkan alis dan berlalu pergi meninggalkan Reyvan.
Baru beberapa langkah, aku memalingkan wajah dan kulihat Reyvan masih menundukkan kepalanya di tempat semula.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
REY!
غير روائي[Based on true story] Pernah gak sih kalian disumpahin sama mantan, terus sumpah-nya itu jadi kenyataan? Raka, seorang playboy yang disumpahi oleh mantannya yang bernama Devi untuk jadi belok karena ia ketahuan selingkuh. Selang beberapa tahun kem...