Hiraet

712 64 6
                                    

*Devi POV*

Aku tengah asyik mendengarkan ceritanya Raka, ia berkisah tanpa beban. Beberapa kali kulihat sorot matanya berfikir, aku paham, ia mencoba mengingat-ingat kejadian yang pernah dialaminya beberapa tahun yang lalu.

Sejauh ini aku masih menikmatinya, gaya bicara Raka dalam bercerita pun sangat mudah untuk kucerna. Namun entah mengapa muncul sebuah keingintahuan akan rupa dari si pemeran utama dalam cerita Raka. Apakah ia setampan sesuai dengan deskripsi yang diutarakan olehnya?

"Emm, Ka?" Kataku ragu karena menginterupsi ceritanya.

Raka menghentikan ceritanya. Ia menoleh, "Iya. Kenapa, Dev?"

"Gue boleh tahu?" Tanyaku.

"Mau lihat Reyvan?" Tebaknya yang membuatku nyengir tanpa dosa.

"Iya."

Raka tersenyum, membuka tas kecilnya dan mengeluarkan sebuah telepon genggam lainnya. Kali ini adalah salah satu ponsel flagship keluaran terbaru yang diproduksi oleh perusahaan asal China yang terkenal dengan prosesor Hisilicon Kirin-nya.

Menyentuh layarnya, Raka memberikan benda tersebut padaku. Aku menerimanya cepat, terpampanglah foto seorang pemuda berkaos hitam yang sedang berdiri di depan sebuah monumen dengan ciri-cirinya persis dengan apa yang Raka berikan.

Sosok Reyvan merupakan pemuda berkulit putih, dengan hidung yang mancung, bibir tipis berwarna merah. Keseluruhan, menurutku Reyvan memang laki-laki yang tampan dan cenderung imut. Apalagi saat Raka mengatakan, jika foto tersebut merupakan foto Reyvan sebulan yang lalu.

Jujur, aku belum percaya seratus persen dengan ceritanya. Harus ada bukti lain yang menunjukkan jika mereka memang mereka kenal satu sama lain. Bukan maksudku tidak mempercayai ceritanya, hanya saja aku ingin kebenarannya.

"Ka, ada foto lo berdua gitu?"

Bukannya menjawab, Raka malah tersenyum. Bahkan kini ia tertawa hingga tangannya menutupi wajahnya.

"Lo pasti belom percaya ya, Dev?" Tebaknya disela tawa.

Aku mengangguk jujur.

Raka menghela nafas sekali, kembali membuka tas kecilnya yang berada di pangkuannya. Ia mengambil sebuah dompet kulit berwarna coklat-cream, mengeluarkan beberapa lembar foto dan menyerahkannya kepadaku.

Aku menerimanya, melihat satu persatu foto yang ia beri. Total ada lima foto dimana Raka dan Reyvan sebagai objek utamanya. Salah satu dari kelima foto tersebut, dimana dua orang laki-laki berpegangan tangan dan mengenakan baju tim sepak bola. Fotonya tidak asing, aku pernah melihatnya.

"Gue pernah liat foto ini deh." Tunjukku kepada salah satu foto.

Raka tersenyum lebar, "Satu-satunya foto yang pernah gue upload di media sosial gue, sisanya gue simpen sendiri."

Ya, aku mengingatnya. Raka memang pernah memposting foto tersebut dalam media sosialnya. Setelah puas, aku mengembalikan foto tersebut, namun sebelum Raka benar-benar memasukan kumpulan foto, ia menunjukkan satu foto yang membuatku terperangah.

"Eh anjir, liat sini." Tukasku ingin meraihnya. "Lo mah foto paling hot gak dikasih." Lanjutku.

Raka menggeleng sambil terus berusaha menjauhkan tanganku dari benda yang ia pegang.

Oh shit, he is proving it.

****

*Raka POV*

Semenjak hari pertama aku mengenalnya, aku semakin dekat dengan Reyvan. Hampir setiap saat aku berkirim pesan dengannya. Bahkan jika aku pulang sekolah dan ingin berkumpul di rumah Tama, pasti selalu aku sempatkan untuk sekedar mengobrol dengan Reyvan.

REY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang