Kala itu aku mempunyai seorang kekasih yang bernama Adel dan Sekar. Sebenarnya, aku beneran sayang kepada Adel, hanya saja hubunganku dan Adel terhalang oleh jarak. Jadinya ya sedikit rumit bagiku. Jujur, aku memang playboy, kebiasaanku semenjak sakit hati terhadap pacar pertamaku dahulu.
Teman-temanku sudah tahu kelakuan burukku tersebut, awalnya bermula ketika aku sering kali gonta ganti pasangan untuk aku ajak jalan bersama mereka. Namun baiknya, tidak seorangpun dari mereka yang cepu. Bahkan sahabat-sahabatku juga sering meminta trik dan tips menjadi playboy.
Jujur, aku bukanlah orang yang terkenal di sekolah. Aku hanya seorang siswa tanpa bakat, yang kebetulan ikut organisasi futsal. Toh, aku juga tidak terlalu menonjol dalam ekstrakulikuler tersebut, tapi anehnya ada banyak juga yang mengenaliku.
"Jalan kuy!" Ajakku kepada teman-temanku selepas sholat jumat. Kebetulan sekolahku libur pada hari sabtu dan minggu sehingga biasanya kita akan main-main dahulu pada hari terakhir sekolah.
"Kemana?"
"Mana aja lah. Lagian sore ini gak jadi futsal, jadi kita main keluar aja sampe malem." Usulku. Memang biasanya pada hari jumat sore kita selalu bermain futsal.
Haris mengambil jaket dan kunci motornya, "Yaudah ayolah, ke taman kota aja. Kali aja nemu cewek."
Setiap jalan, aku pasti berangkat belakangan. Seperti saat ini ketika teman-temanku sudah pergi, aku malah baru bersiap-siap. Ketika aku tengah menyalakan mesin, sosok yang dekat denganku akhir-akhir ini muncul dengan masih menggunakan baju koko. Mungkin ia baru pulang dari solat jumat.
"Rey, ikut yok!" Ajakku kepada Reyvan.
"Kemana?"
"Jalan-jalan."
Reyvan terlihat berfikir, kemudian mengambil ponsel di saku baju kokonya. Dari geraknya, aku bisa mengetahui jika ia sedang mengetik sesuatu. Mungkin mengirim pesan kepada Dinda.
"Hmm. Yaudah gue ikut tapi ganti baju dulu ya." Putusnya kemudian.
Aku mengangguk melihatnya berjalan menuju rumahnya.
"Yailah...."
Eh, itu siapa? Bukannya tadi teman-temanku sudah berangkat duluan ya?
Aku membalikkan badan, ada Fauzan disana sedang memangku wajahnya dengan kedua tangan diatas pagar.
"Lah? Tadi bukannya lo udah pada berangkat ya?" Tanyaku karena aku merasa paling belakang keluar dari rumah Tama.
"Tadi gue kencing dulu, eh pas keluar malah liat orang lagi ngajakin jalan." Ujar Fauzan nyengir-nyengir tidak jelas.
"Kebetulan aja pas mau berangkat, eh liat dia baru balik jum'atan, yaudah sekalian gue ajak."
Fauzan hanya tertawa, kemudian ia menaiki motornya dan menuntunnya hingga berada disebelahku. Ia menepuk bahuku, "Ka, masih inget ucapan mantan lo?" Tanyanya dengan pandangan yang memperingatkan.
Aku bingung lantaran lupa, soalnya hampir kisahku tentang mantan-mantanku telah kuceritakan kepada mereka, "Yang mana?" Tanyaku.
Fauzan tidak menjawab, namun begitu ia menjalankan motor, samar-samar ku dengar ia berkata pelan, "Yang pernah nampar elo di Cafe."
Aku masih termenung, mengingat-ingat kisah laluku yang diucapkan oleh Fauzan, hingga pemuda manis sudah berdiri di depanku entah sejak kapan ia berada disana.
"Hayuk, Ka."
Aku terperangah, sebenarnya penampilan Reyvan biasa saja sore itu, seperti hari-hari sebelumnya. Akan tetapi entah mengapa ada sebuah aura yang membuatku merasa jika ia berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
REY!
Non-Fiction[Based on true story] Pernah gak sih kalian disumpahin sama mantan, terus sumpah-nya itu jadi kenyataan? Raka, seorang playboy yang disumpahi oleh mantannya yang bernama Devi untuk jadi belok karena ia ketahuan selingkuh. Selang beberapa tahun kem...