10 [end]

503 64 15
                                    

Wendy dan Rose masuk ke dalam rumah dan dengan spontan Joy, Seulgi dan Gissele menoleh ke arah mereka.

"bagaimana dengan Irene?" Wendy langsung menghampiri Joy.

Joy yang sangat kesal dengan kakaknya menghela nafas sembari menatap Rose.

"sebenarnya apa yang kamu lakukan sampai tidak menjawab teleponku?" tanya Joy.

"ponselnya aku silent jadi aku tidak tahu bahwa kamu menelepon" jawab Wendy.

"lalu, bagaimana dengan Rose?" tanya Seulgi mendekat.

"aah itu, aku bisa menjelaskannya pada kalian" jawab Wendy terlihat gugup.

"tidak perlu dijelaskan, Gissele sudah menceritakannya pada kami. Sebenarnya di mana akal sehatmu?" tanya Joy yang sangat kesal tapi masih bisa menahan emosinya.

Wendy kemudian menatap ke arah Rose yang hanya diam.

"Rossie, sebaiknya kamu pergi" ucap Wendy.

Rose terkejut ketika Wendy menyuruhnya pergi dan terlihat tidak terima.

"bukankah kamu ingin menjelaskan semuanya? Kenapa aku yang disuruh pergi?" tanya Rose.

"ini bukan saat yang tepat, aku mohon pergilah dulu" pinta Wendy.

"biar saja dia di sini dan menjelaskan semuanya! Aku tidak menyangka ternyata selama ini kalian bermain di belakang Irene" ucap Seulgi yang hampir meledak.

"aku tahu kalian marah, tapi ini bukan kesalahan" sahut Rose.

"bukan kesalahan?" Gissele kesal.

"kami saling menyukai dan mengutarakan perasaan, ditambah kondisi Irene yang tak kunjung sembuh. Apakah kalian tidak kasihan dengan Wendy harus menderita merawat Irene?" ucap Rose.

"jadi, selama ini kamu tidak benar-benar dengan tulus merawat Irene?" tanya Seulgi pada Wendy.

"tidak, bukan begitu. Aku bisa menjelaskan semuanya!" Wendy panik.

"ini semua sudah jelas! Kalian bermain di belakang Irene dan memanfaatkan keadaan!" ucap Joy.

"sebaiknya kalian pergi!" usir Joy yang tidak ingin melihat Wendy dan Rose.

Sejak tadi Irene berada di balik pintu mendengarkan pembicaraan di luar, dia yang baru saja pulih berusaha mencerna apa yang terdengar.

"sebaiknya kamu pergi, biar aku yang menyelesaikan ini semua" pinta Wendy pada Rose.

"baiklah, kabari aku secepatnya" ucap Rose sembari menggenggam tangan Wendy dan kemudian pergi.

==========

Joy, Seulgi dan Gissele hanya menatap Wendy dengan tatapan tajam. Joy yang begitu marah memilih untuk keluar dari rumah dan pergi ke halaman belakang, dia masih tidak percaya bahwa kakaknya mengkhianati Irene.

Seulgi kemudian berjalan mendekati Wendy, menghela nafas panjang dengan masih menatap wajah Wendy.

"apa yang akan kamu lakukan sekarang?" tanya Seulgi.

"aku tidak tahu" jawab Wendy.

"tidak tahu? Kamu yang mengambil keputusan, apakah kamu akan tetap bersama Rose atau dengan Irene. Aku tahu yang kamu alami beberapa tahun ini memang sangat berat, wajar jika kamu tergoda dengan Rose apalagi sejak dulu kalian sudah dekat" ucap Seulgi.

"dulu kamu sangat menginginkan Irene, kamu bahkan terjatuh berkali-kali. Tapi, akhirnya kamu bisa bersama Irene walaupun dalam keadaannya yang tidak sempurna. Sejak dulu Irene juga melakukan hal yang begitu besar untukmu, mengorbankan segalanya dan memilihmu" tambah Seulgi.

"iya, aku salah. Aku bahkan tidak pernah menyangka bagaimana akhirnya aku bisa tergoda oleh Rose" ucap Wendy.

"sudah aku bilang kalau itu hal yang wajar" sahut Seulgi.

"wajar?" tanya Gissele tidak setuju.

"semua apa yang kamu lakukan telah hancur karena kamu berkhianat. Bagaimana jika Irene mengetahui ini semua?" tambah Gissele dengan kesal.

"G, tenanglah..." ucap Seulgi.

Saat mereka bertiga sedang berdebat, Rose kembali datang. Rose dengan seenaknya langsung menarik tangan Wendy tanpa memperdulikan Seulgi dan Gissele.

"Rossie, apa yang kamu lakukan?" tanya Wendy.

"tidak ada gunanya berbicara pada mereka, mereka tidak akan mengerti dan akan terus menekanmu untuk tetap bersama Irene!" ucap Rose berteriak.

"kenapa kamu seperti ini?" Wendy terkejut dengan sikap Rose.

"karena aku sangat menyukaimu sejak dulu! Aku tidak akan membiarkanmu kembali pada Irene, aku sudah membiarkanmu dulu tapi untuk sekarang tidak akan pernah!" teriak Rose membabi buta.

Seulgi dan Gissele saling tatap melihat sikap Rose.

"aku juga tidak akan membiarkanmu membawa Wendy" suara Irene membuat semua menoleh dan terpaku pada Irene yang berdiri di depan pintu kamarnya.

Irene kemudian berjalan pelan ke arah di mana Wendy dan Rose berdiri, Wendy yang melihat Irene sudah dapat bicara dan berjalan langsung tidak dapat menahan airmatanya.

Sekarang Irene sudah berdiri tepat di hadapan Wendy dan Rose, dia menatap wajah Wendy kemudian tersenyum.

"sampai kapanpun, aku tidak akan pernah membiarkan Wendy pergi" ucap Irene yang kemudian langsung menggenggam tangan Wendy.

"Rose, sejak dulu kamu tahu 'kan kalau kami sama-sama berjuang untuk bisa bersama? Apakah kamu ingin merusaknya sekarang? Hanya karena aku sakit, bukan berarti kamu bisa melakukan hal yang tidak pantas dan bukan berarti aku tidak bisa sembuh 'kan?" tambah Irene.

"aku sangat mencintai Wendy, selama ini dia selalu ada untukku dan merawatku  walaupun aku tahu dia juga sibuk denganmu. Aku tidak akan melepaskannya semudah itu untukmu, jadi aku mohon padamu untuk tidak berharap banyak" Irene menutup perkataannya.

Wendy menjadi terisak ketika mendengar perkataan Irene, dia kemudian langsung memeluk Irene seerat mungkin. Dia merasa bersyukur bahwa Irene sekarang dapat berbicara dan berjalan layaknya orang normal.

"aku minta maaf, aku melakukan kesalahan. Tolong maafkan aku..." ucap Wendy menangis sembari memeluk Irene.

Rose yang sudah kalah tidak dapat berbuat apa-apa, dengan segera dia keluar dari rumah karena merasa malu.

==========

Seulgi dan Gissele tersenyum melihat Wendy dan Irene, kemarahan mereka terkalahkan oleh kelembutan hati Irene yang dengan mudah memaafkan Wendy. Joy masuk ke dalam rumah dan menyaksikan momen itu pun ikut menangis.

"maaf jika aku terlalu lama, selama ini aku selalu berpikir dan berusaha bagaimana caranya bisa sembuh. Terima kasih telah merawatku dengan baik, aku tidak akan pernah melepaskanmu karena aku ingin kamulah yang menemaniku sampai nanti" ucap Irene.

"aku tidak akan meninggalkanmu lagi untuk yang kesekian kalinya, aku selalu melakukan kesalahan tapi sebenarnya hatiku sepenuhnya hanya untukmu" sahut Wendy.

"terima kasih sudah mau bertahan" ucap Irene yang kemudian mencium bibir Wendy.

Joy, Seulgi dan Gissele serta para perawat yang ada di rumah itu bertepuk tangan dan ikut berbahagia.

THE END

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 27, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Can We? [season 2]Where stories live. Discover now