(Belum direvisi)
Angkasa berulang kali mengetuk layar ponselnya bingung. Pesan beruntun dari Haidar terus saja menganggu ketenangannya. Perlu kalian ketahui, walaupun mamanya adalah salah satu penyebab hancurnya keluarga Haidar. Tapi, Angkasa sama sekali tidak berniat bersikap begitu baik padanya.
Menghembuskan nafas pasrah, akhirnya Angkasa memutuskan untuk membuka pesan dari Haidar. Tidak ada pesan yang penting, hanya keinginan Haidar untuk diadakannya reuni geng Aodra.
Sudah berulang kali Angkasa selalu bilang pada Haidar bahwa sampai kapanpun ia tidak akan lagi membangkitkan geng Aodra yang sudah bubar. Bahkan mendengar nama gengnya saja ia sudah muak. Memang, banyak kenangan menarik yang ia dapatkan dari geng itu dulu. Tapi, banyak juga kenangan pahit yang ia peroleh semenjak terbentuknya geng itu.
Baru saja Angkasa ingin mengetikkan balasan, telepon dari laki-laki itu lebih dulu memenuhi layar. Tanpa menunggu lama angkasa segera mengangkat teleponnya. Ia ingin memberi tahu Haidar bahwa stop membahas Aodra dengan dirinya
"Kampret lu Angkasa!!" Baru saja Angkasa menempelkan ponselnya pada telinga. Umpatan Haidar sudah terlebih dahulu memenuhi Indra pendengarannya.
"Ka!!! Gue tuh cuma mau minta kita kumpul-kumpul aja kok. Suer. Kagak boong gue,"
"Gak"
Dapat Angkasa dengar hembusan nafas Haidar diseberang sana. Laki-laki itu sepertinya sudah mulai lelah dengan Angkasa tapi bagaimana pun juga ia bertekad untuk membuat gengnya dulu ada lagi. Ia begitu merindukan momen-momen dimana mereka pergi bersama, bercanda bersama, tawuran bersama, bahkan mencuri mangga dirumah Pak Bambang dekat warung babeh tempat mereka nongkrong bersama.
"Ka!!! Please kali ini aja ya? Anak-anak udah pada setuju buat kumpul, cuma Lo doang nih yang belum"
"Semua?"
Diseberang sana Haidar tersenyum tipis." Iya, bahkan Aksara juga setuju,"
"Gue gak percaya"
"Ya udah kalo gak percaya," setelah mengucapkan itu Haidar menutup sambungan telepon terlebih dahulu.
Kling
Haidar
Kalo lo mau tahu. Nanti malam jam tujuh di warung babe
Angkasa hanya menatap datar pesan Haidar di ponselnya. Ia masih tak percaya seorang Aksara setuju untuk berkumpul kembali dengan semua anggota Aodra atau lebih tepatnya para mantan geng Aodra.
Laki-laki itu berdiri dari posisi duduknya. Kemudian memasukkan ponselnya kedalam saku seragamnya. Sudah hampir jam pulang sekolah. Tapi ia masih setia membolos di rooftop sekolah. Jadi, ia memutuskan untuk kembali ke kelas hanya untuk sekedar mengikuti salam penutupan guru terakhir yang mengajar dikelasnya
*****
Lia menolehkan kepalanya kearah Shanaya yang dari tadi sibuk menggerakkan kakinya resah. Bel pulang sekolah akan berbunyi lima belas menit lagi. Dan tidak seperti biasanya Shanaya terlihat resah seperti itu.
"Lo sakit, Nay? Atau pengen berak?" Mendengar pertanyaan Lia membuat Shanaya menatap sahabatnya itu datar kemudian beralih menatap Bu Prita didepan lagi. Hari ini ia berniat ingin menghindari Angkasa. Hanya untuk hari ini.
"Nay!" Panggil Lia lagi menepuk bahu Shanaya.
"Li, dengan penuh kesungguhan, untuk kali ini gue mohon Lo bantu gue," Lia mengerutkan keningnya bingung.
Shanaya menatap serius sahabatnya itu. " Hari ini bantu gue buat gak ketemu sama manusia bernama Angkasa, oke."
Lia lagi-lagi hanya mengerutkan keningnya bingung. Apakah semarah itu Shanaya dengan Angkasa? Hanya karena pesan beruntunnya tidak dibalas?. Tanpa berniat bertanya Lia hanya menganggukkan kepalanya pertanda oke. Shanaya tersenyum puas kemudian memasukkan semua buku-bukunya kedalam tas.
Setelah semua barangnya masuk. Shanaya melirik jam dinding diatas papan tulis. Sebentar lagi suara bel pulang akan berbunyi dan sebentar lagi ia harus bersembunyi dibalik kerumunan anak-anak kelas agar tidak terlihat oleh angkasa.
Gadis itu menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan.
Kriiinggg
Semua anak-anak yang ada dikelas Shanaya bersorak bahagia. Bu Prita yang mendengar sorakan bahagia murid-muridnya itu hanya menggeleng pelan.
"Baiklah anak-anak pelajaran ibu kali ini ibu sudahi. Selamat siang dan hati-hati dijalan," Bu Prita mengangkat kedua sudut bibirnya setelah itu melenggang pergi.
Shanaya gadis itu sudah bersiap menyelinap di kerumunan teman-temannya yang saling dorong mendorong didepan pintu.
Gadis itu melirik ke kanan dan ke kiri ketika sudah berada didepan kelas. Dapat ia lihat sosok Angkasa yang tengah berjalan kearah kelasnya dengan sibuk melihat ponsel digenggamannya. Shanaya dengan secepat kilat berlari meninggalkan kelasnya menuju gerbang sekolah.
Lia yang masih santai berdiri didepan pintu hanya menatap sahabatnya tak habis pikir. Entah apa yang dipikirkan Shanaya. Lia terkadang tak mau tahu.
"Li!!" Panggilan itu mengalihkan pandangan Lia dari Shanaya yang sudah menghilang dibalik tembok. Angkasa. Laki-laki yang dihindari sahabatnya itu tengah berjalan kearahnya. " Naya mana?" Tanya Angkasa setelah sampai didepannya.
"Ah itu apa...Naya udah keluar duluan," Angkasa mengerutkan keningnya bingung setelah itu menyembulkan kepalanya kedalam ruang kelas. Kosong.
" Pulang duluan? Sama siapa?"
"Gak tahu, Udah dulu ya, Ka. Bye,"
Angkasa hanya menatap datar kepergian Lia dari hadapannya.Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
ASA (Jaemin X Winter X Jeno)
FanfictionUntuk Angkasa Bahkan sang bintang pun tak akan pernah bisa menggantikan kamu sang bulan yang selalu ada disetiap malamku... Walaupun awan menutupimu tapi hadirmu selalu terasa setiap kali aku membutuhkanmu... Angkasa terima kasih karena sudah berse...