Enam belas

203 39 5
                                    

(Belum direvisi)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Belum direvisi)

"udah selesai makannya?" Tanya Angkasa menatap Shanaya dengan tangan yang sibuk membuka tutup botol minuman. Laki-laki itu kemudian menyodorkan botol minum yang sudah dibukanya kehadapan Shanaya.

"Makasih Angkasa," Shanaya menunjukkan senyuman manisnya kearah Angkasa kemudian mengambil minuman itu dan meminumnya.

Pelajaran olahraga masih berlangsung sampai jam istirahat pertama nanti. Jadi Angkasa dan Shanaya masih berduaan didalam kelas.

Angkasa mengambil bekas bungkus makanan didepan Shanaya dan meremasnya kemudian ia masukan  kedalam plastik. Ia tidak berniat membuang sampah itu sekarang. Jadi, ia menaruhnya di samping bangku yang ia duduki.

"Angkasa!!" Panggilan dari arah pintu membuat Shanaya dan angkasa menoleh secara bersamaan. Disana berdiri sosok Rian yang terlihat ngos-ngosan sambil menatap kearah mereka berdua.

"Kenapa?" Tanya Angkasa tanpa berniat menghampiri Rian atau hanya sekedar berdiri dari posisi duduknya.

"Disuruh pak Bimo kelapangan, sekarang,"

"Bilangin gue sibuk,"

Plak

"Aw!! Nay sakit," teriak Angkasa ketika mendapat pukulan maut dari Shanaya.

Shanaya menatap tajam wajah Angkasa setelah itu mengalihkan pandangannya kearah Rian. "Rian bilang ke pak Bimo Angkasa bentar lagi otw,"

"Naaay" panggil Angkasa tak terima. Ia masih ingin disini menemani Shanaya. Lagi pula apa urusan Pak Bimo memanggilnya. Kan sekarang bukan jadwal guru itu mengajar dikelasnya.

Rian hanya menganggukkan kepalanya kemudian pergi dari kelas. Kini Shanaya kembali menatap Angkasa tajam. Ia hampir ingin memukul bahu laki-laki itu lagi jika saja Angkasa tidak buru-buru mencekal tangan kanan Shanaya.

"Ka, Lo nanti mau jadi apa kalo sering bolos pelajaran gini? Dipanggil guru juga malah gitu," ucap Shanaya dengan menarik tangannya dari genggaman Angkasa.

"Nay kan ini bukan jadwal guru itu ngajar dikelas gue. Jadi, buat apa gue kesana,"

Mendengar jawaban itu Shanaya hanya menghembuskan nafasnya tak habis pikir dengan pikiran laki-laki dihadapannya. Seenaknya sendiri. Ya, walaupun Shanaya juga sama.

"Ck mungkin emang saat ini bagi lo gak penting. Tapi Ka gimana nanti masa depan Lo kalo lo nya kayak gini terus,"

Mereka kini saling berpandangan. Sebelum akhirnya angkasa menghembuskan nafasnya kasar.
"Buat apa sih Nay gue terlalu mikirin masa depan gue, kan masa depan gue elo,"

Plak

"Naya!!!" Teriak angkasa lagi mengusap lengannya yang memanas.

"Dari kemarin omongan Lo ngaco, udah buruan gih kelapangan!" Shanaya mencoba mendorong tubuh angkasa untuk pergi dari kelasnya. Sejak pemakaman Dinar waktu itu sikap Angkasa memang sedikit berubah. Ia jadi lebih perhatian dan suka berbicara seperti tadi. Tiga hari yang lalu sih tidak masalah bagi Shanaya. Tapi, sekarang itu sangat-sangat menggelikan.

Angkasa tersenyum lebar sebelum berdiri dari posisi duduknya. Ia menepuk pelan kepala Shanaya." Gini terus ya, Nay. Gak papa deh gue kena tabok Lo mulu. Gue ikhlas lahir dan batin,"

"Udah gak usah banyak mas mis, buruan kelapangan,"

"Janji dulu,"ucapnya mengangkat jari kelingkingnya keatas.

"Buat apaan?"

"Janji apapun yang terjadi sekarang atau pun nanti lo akan tetap jadi Shanaya yang kayak sekarang ini,"

-

-

-

Byurr

"Ups sorry tangan gue licin,"

Shanaya membulatkan mulutnya lebar kemudian menatap kearah tiga perempuan yang kini berada dihadapannya. Ia baru saja buang air kecil karena setelah angkasa pergi dari kelasnya tadi tiba-tiba ia kebelet dan saat ia keluar dari wc tanpa aba-aba tubuhnya diguyur dengan air oleh mereka.

"Gimana seger kan, Shan?" Shanaya hanya diam dengan kepala yang kini menunduk. Ia sedang berusaha menahan emosinya sekarang. " Gin ambilin air pel dipojok situ dong! Kayaknya kurang deh,"

Gina mengangguk cepat ketika mendengar perintah dari Meara. Ya, ini semua kerjaan Meara dan kedua antek-anteknya untuk membalaskan kekesalan mereka kepada Shanaya.

"Gue turut berdukacita ya sama meninggalnya nyokap Lo. Gue tahu lo sedih banget," Meara menatap Shanaya dengan raut wajah yang dibuat-buat seakan ikut sedih dengan berita itu." Mungkin nyokap Lo capek kali punya anak modelan kayak Lo," ucapnya lagi dengan bersidekap dada.

Shanaya mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia benar-benar marah sekarang. Tapi, jika ia melawan ia hanya akan membuat urusan dengan mereka semakin runyam.

Shanaya mengangkat kepalanya menatap kearah Meara, Geya dan Gina yang sekarang sudah membawa ember berisi air bekas pel ditangannya.

" Gue gak ada urusan sama lo lo pada. Minggir!!" Shanaya hendak melangkah keluar dari toilet tapi baru satu langkah badannya sudah didorong keras hingga tubuhnya membentur tembok.

"Urusan kita belum selesai," jeda sejenak ia mengambil ember yang dibawa Gina dan siap menumpahkannya kebadan Shanaya. "Gue paling gak suka cewek sok kecantikan kayak Lo,"

Brak

Semua orang kini menoleh kearah gadis yang baru saja memukul ember berisi air ditangan Meara.

"Lo gak punya kaca ya?"

"Lo siapa hah?" Bentak Meara tak terima menatap gadis asing didepannya. "Gak usah ikut campur urusan gue sama dia,"sambungnya menunjuk Shanaya yang kini hanya diam memegangi siku tangan kanannya yang berdarah. Sepertinya ia terkena pinggiran keramik dinding toilet. Ia juga baru sadar saat merasakan perih disikunya.

Bukannya menjawab pertanyaan Meara. Gadis itu lebih memilih menghadap kearah Shanaya dan melihat luka disikunya. "Lo gak papa?"

Shanaya menggeleng pelan. Ini memang bukan luka besar jadi bukan masalah bagi Shanaya.

"Kita ke UKS," gadis itu menggandeng tangan Shanaya untuk mengikuti dirinya keluar dari toilet. Ia menepis tangan Meara yang menahannya untuk tidak keluar. Sebelum ia benar-benar sampai didepan toilet. Gadis itu menolehkan kepalanya kehadapan Meara dan yang lainnya.

"Kalo gak punya kaca biar gue pesenin besok buat kalian,"

"Kalo gak punya kaca biar gue pesenin besok buat kalian,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc

Gaes ini rekor cerita terpanjang yang berhasil aku buat hahaha
Biasanya gak sampai 16 paling 5-10an setelah itu aku unpublish karena menurut aku ceritanya gak menarik...

Jadi jangan lupa vote dan komennya ya supaya aku merasa cerita ini harus aku selesaikan 😁
Dan tidak berakhir dengan aku unpublish

Thankyuuuuu

From kekasih suho

❤️❤️❤️❤️

ASA (Jaemin X Winter X Jeno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang