tiga puluh enam

96 14 0
                                    

"kenapa hati dan pikiran tak pernah selaras?"

****
(

Belum direvisi)

"Lo mau langsung pulang, Nay?" Tanya Lia sembari memasukkan bukunya kedalam tas. Shanaya mengangguk kemudian berdiri dari posisi duduknya. Ia akan langsung pulang dan tidur. Ia hanya ingin mengistirahatkan pikirannya sejenak hari ini.

Lia mengangguk mengerti kemudian ikut berdiri, mereka berdua berjalan beriringan menuju gerbang sekolah. Sampainya didepan gerbang mereka berpisah, Lia yang langsung berlari kearah jemputannya dan Shanaya yang berbelok menuju pangkalan ojek. Kalau saja ia tidak bertengkar dengan Angkasa mungkin ia akan pulang bersama laki-laki itu.

Suara deru motor sport membuat Shanaya menoleh cepat. Motor itu berhenti tepat disamping Shanaya. Bahkan bukan cuma satu tapi dua.

"Siapa?" Gumam Shanaya memperhatikan orang yang kini tengah membuka helm full facenya.

"Lo Shanaya kan?" Tanya laki-laki dengan rambut ikal kearah Shanaya. Gadis itu mengernyitkan dahinya.

'kayak pernah liat, tapi dimana?' gumamnya dalam hati.

"Gue Haidar temennya Angkasa. Mereka Marvin sama Regan," ucap Haidar turun diikuti Marvin dan Regan.

Shanaya menatap ketiganya bergantian. Ia baru ingat mereka anggota geng Aodra. Geng Angkasa dulu.

"Kenapa?" Tanya Shanaya menatap Haidar.

"Angkasa ada ngehubungin Lo?" Tanya Haidar yang langsung dibalas gelengan oleh Shanaya.

"Gak ada, gue sama angkasa udah gak ada hubungan apapun, jadi jangan tanya apapun soal dia ke gue," balas Shanaya hendak melangkah pergi tapi keburu tangannya dicekal oleh Haidar.

"Ini penting, Nay. Angkasa gak pulang sama sekali kerumah, kemarin malam dia pergi dengan keadaan yang gak baik-baik aja, Lo gak khawatir sama dia? Coba deh Lo cek hp Lo siapa tahu dia ngehubungin Lo? Kalo gak tolong telponin dia dan tanya dia dimana? Kita udah coba tapi gak diangkat, siapa tahu kalo Lo yang telepon, dia mau angkat?" Terang Haidar menatap cemas kearah Shanaya, gadis itu satu-satunya jalan yang Haidar rasa mungkin berhasil membuat mereka tahu keberadaan angkasa sekarang.

"Gue udah gak punya nomor angkasa, paling dia diapart nya, cari aja kesana!" Perintah Shanaya membuat ketiganya mebuang nafas pasrah.

"Gue minta nomor Lo aja deh?! Kalo angkasa kasih kabar ke Lo tolong hubungin gue," Shanaya terdiam sejenak kemudian mengangguk.

*

*

*

*
Jam menunjukan pukul 15.36 dan Shanaya masih diam menatap pintu sebuah apartemen selama hampir 15 menit lamanya. Yang ia lakukan hanya mondar-mandir, jongkok, ingin memencet bel tapi ragu kemudian hendak pergi dan balik lagi.

Shanaya menarik nafasnya perlahan kemudian dengan ragu memencet bel.  Tak ada respon apapun dari dalam. Ia memencet lagi berulang kali tapi masih sama. Sepertinya tidak ada orang didalam sana.

"Ngapain sih gue kesini, malu banget kalo sampai ketemu. Kemarin kan gue yang bilang gak mau ketemu lagi sama dia kenapa malah gue kesini," Shanaya menggelengkan kepalanya cepat kemudian hendak berbalik lagi. Tapi baru lima langkah pergi ia kembali lagi dan membuka pintu dengan pin. Ia memang tahu pin apartemen angkasa karena memang dulu beberapa kali angkasa mengajaknya kesini untuk sekedar makan atau beristirahat sejenak dengan bercerita tentang masalah dirinya. Angkasa tak pernah sekalipun menceritakan masalahnya keShanaya dia hanya menjadi pendengar yang baik.

Pintu terbuka menampilkan ruangan gelap dengan beberapa barang yang berserakan. Shanaya masuk perlahan dengan memanggil nama angkasa.

"Ka!! Lo didalem?"

Tak ada sautan sama sekali, ia tak melihat seorang pun di ruang televisi ataupun dapur. Ia melangkahkan kakinya perlahan menuju kamar. Banyak pecahan kaca dilantai jadi Shanaya harus berhati-hati agar tidak terluka.

Saat pertama kali ia masuk kedalam kamar pandangannya jatuh kearah boneka Baymax besar didepan sofa kamar.

Saat pertama kali ia masuk kedalam kamar pandangannya jatuh kearah boneka Baymax besar didepan sofa kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shanaya tersenyum lebar kemudian berlari kearahnya. Dia ingat dulu pernah bilang ke Angkasa kalo dia ingin sekali membeli boneka Baymax yang besar untuk temannya tidur. Apakah boneka ini angkasa beli untuknya?.

Saat ia ingin mengangkat boneka itu ia melihat kotak kecil dibawah boneka. Gadis itu perlahan mengambilnya lalu membukanya. Hanya ada selembar surat didalamnya.

Dari Angkasa
Untuk Shanaya

Happy Birthday Naya🎂

Gue tahu ulang tahun Lo masih dua minggu lagi. Tapi gue pingin kasih sekarang karena gak tahu kenapa gue ngerasa kita udah gak kayak dulu lagi. Kita jarang banget main bareng, jalan bareng, dan ngobrol santai diapart gue bareng kayak dulu.

Gue harap Lo selalu bahagia, Nay.

Saat ada gue maupun gak ada gue.

Satu hal yang perlu lo tahu gue sayang banget sama lo lebih dari apapun. Lo satu-satunya harapan yang gue punya

I LOVE YOU SHANAYA ❤️
Ini baru yang pertama gue masih punya banyak kejutan buat Lo, tunggu aja dua Minggu lagi😁

Shanaya menutup mulutnya tak percaya.matanya kini mulai berkaca-kaca. Angkasa benar-benar menyayanginya. Seharusnya kata-kata kemarin tak ia ucapkan.

"Gue harus cari angkasa," ucapnya membuang surat itu entah kemana kemudian berlari keluar kamar. Baru saja tangannya membuka pintu sosok Aksara berdiri tegap dengan ponsel yang bertengger ditelinganya.

"Shanaya?"

"Aksara,"

TBC

Wkwkwk  makasih buat kalian yang masih setia membaca ceritanya.

Cerita ini aku buat singkat supaya cepet ending dan gak bikin kalian nunggu lama lagi😚

ASA (Jaemin X Winter X Jeno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang