"siapa sangka orang yang paling Lo percaya adalah orang yang paling membuat lo sedih,"
(Belum direvisi)
"Gimana Calvin?" Tanya Shanaya ketika melihat hanya ada angkasa dan Aksara didepan cafe.
Angkasa menatap Syafrina tajam kemudian menatap Shanaya lembut. Seharusnya dengan tatapan itu Syafrina sudah mundur dan mencari cinta lain.
"Baru aja dia pergi sama Lia ke rumah sakit pake mobilnya Regan, kebetulan dia lewat tadi," jelas Angkasa yang dibalas anggukan oleh Shanaya.
"Ya udah yuk Sa balik!" Ajak Shanaya hendak menggenggam tangan Aksara tapi Angkasa lebih dulu menggenggam tangannya.
"Lo balik sama gue," ucap Angkasa dingin menatap Aksara.
Shanaya menghembuskan nafasnya kemudian melepaskan tangan angkasa dari tangannya pelan. "gue berangkatnya sama Aksara jadi gue harus pulang sama dia. Lagipula Lo juga harus anter Syafrina kan? Tadi dia kesini kan sama elo," Jeda sejenak Shanaya sedikit berjinjit kemudian membisikan beberapa kata ditelinga Angkasa. "Siapa tahu Lo bisa CLBK gitu sama Syafrina dan perlu Lo tahu dia masih sayang banget sama lo, gue pulang dulu ya!? Bye"
Setelah mengucapkan kata terakhir Shanaya menyeret tangan Aksara pergi dari hadapan Angkasa. Syafrina yang sedikit mendengar bisikan Shanaya tersenyum tipis. Ia senang mendengar dukungan dari orang yang sejak beberapa menit sebelumnya sudah menjadi seorang teman untuknya.
*
Tempat Aksara memarkirkan motornya tidak jauh dari cafe jadi mereka bisa dengan cepat menemukan motor milik aksara.
"Bisa naik?" Tanya Aksara kearah Shanaya yang masih melamun menatap sandal miliknya. Ya dari tadi ia memakai sandal milik penjaga UKS karena tidak memungkinkan ia memakai sepatunya. "Nay!!" Panggil Aksara lagi, kali ini ia mengguncang tubuh mungil gadis itu.
"Ah iya kenapa ,Sa?"
Aksara menghela nafas kasar kemudian merunduk menatap manik mata Shanaya. "Kenapa Lo ngomong kayak tadi?"
"Ngo-ngomong apaan?" Gagap Shanaya ketika wajah Aksara kini berjarak tak jauh dari wajahnya.
"Ternyata Lo emang cewek gak peka," balas Aksara memukul pelan puncak kepala Shanaya kemudian kembali menegakkan badannya. " Bisa naik gak? Apa perlu gue gendong lagi?"
Pertanyaan Aksara dengan cepat dibalas gelengan oleh Shanaya. "Gak usah gue bisa naik sendiri!! Pegangin aja motornya," Aksara hanya menaikan kedua bahunya kemudian memegang motornya.
"Bisa gak?" Tanya Aksara ketika melihat gadis itu tak berhasil juga.
"Dibilang bisa juga, bawel amat ih," kesal Shanaya, dengan susah payah menahan rasa sakit di kaki kirinya.
"Oke oke santai,"
Setelah percobaan beberapa kali akhirnya ia berhasil menaiki motor milik Aksara. Shanaya mengatur nafasnya pelan dengan keringat yang menetes deras dari wajah pucatnya.
"Makanya kalo mau dibantu tuh bersyukur," ucap Aksara sembari mengelap keringat Shanaya dengan lengan Hoodie hitamnya. Sedangkan, Shanaya kini hanya diam menatap wajah Aksara. Ia sekarang bingung dengan perasaannya. Ada kalanya jantungnya berdetak kencang didekat Aksara tapi ia tidak suka melihat Angkasa dengan Syafrina. Sekarang ia bingung dengan perasaannya sendiri.
-
-
-
Motor milik aksara kini berhenti tepat didepan rumah Shanaya. Rumah yang tidak mewah tapi juga tidak kecil. "Sekarang mau gue bantu atau gak?" Tanya Aksara tanpa melepas helm hitamnya.
"Bisa sendiri. Lo turun dulu pegangin motornya!"perintah Shanaya yang hanya dibalas hembusan pasrah dari Aksara. Ia perlahan turun dari motor kemudian memegang kembali motornya.
"Udah buruan!"
"Sabar"
Shanaya mengangkat kaki kanannya kesamping kiri. Dengan posisi menyamping ia akan dengan mudah turun dengan sedikit melompat. "Pegangin ya, Sa!"
"Iya gue pegangin,"
Shanaya menghitung satu sampai tiga didalam hati sebelum akhirnya melompat tak sempurna membuat dirinya hampir terjatuh kalo saja Aksara tak menangkap tubuh mungil Shanaya.
Sekarang posisi keduanya terlihat seperti dua orang yang tengah berpelukan. Posisi itu bertahan beberapa detik sebelum akhirnya Aksara mendorong pelan tubuh Shanaya dan setelah itu langsung naik keatas motornya.
"Gue balik," tanpa menunggu balasan dari Shanaya laki-laki itu mengegas motornya begitu saja meninggalkan Shanaya yang kini hanya menatap datar punggung laki-laki itu.
"Semua cowok sama aja kayaknya, suka cari kesempatan setelah itu pergi gitu aja," Shanaya menggelengkan kepalanya pelan setelah itu melangkahkan kakinya keteras rumah.
Baru saja tangannya akan membuka kenop pintu sosok angkasa dengan motor hitamnya sudah berhenti tepat didepan rumahnya.
"Ngapain Lo kesini?" Tanya Shanaya tanpa menunggu laki-laki itu turun dari motor hitamnya.
Angkasa membuka helmnya kemudian melangkah kearah Shanaya dan berdiri tepat didepan gadis itu. "Maksud lo apa ngomong kayak tadi?"tanya Angkasa yang membuat Shanaya mengerutkan dahinya bingung.
"Lo tahu kan gue sayangnya sama siapa? Kurang jelas pernyataan gue kemarin!?" Kalo ini Shanaya bisa merasakan ada nada kemarahan dipertanyaan itu.
"Apaan sih ka Lo tiba-tiba Dateng ngomel-ngomel gini? Gak jelas tahu gak" balas Shanaya hendak membuka kenop pintu tapi tangannya keburu ditahan oleh angkasa.
"Gue belum selesai,"
TBC
Wkwkwk lagi berusaha bikin konflik sebelum ending, doakan semoga cepat ending ygy
(Hubungan itu butuh saling keterbukaan)
KAMU SEDANG MEMBACA
ASA (Jaemin X Winter X Jeno)
FanficUntuk Angkasa Bahkan sang bintang pun tak akan pernah bisa menggantikan kamu sang bulan yang selalu ada disetiap malamku... Walaupun awan menutupimu tapi hadirmu selalu terasa setiap kali aku membutuhkanmu... Angkasa terima kasih karena sudah berse...