03

397 37 21
                                    

happy reading!

***

Disinilah Raxilla sekarang.

Berdiri didepan gerbang berwarna hitam yang menjulang tinggi. Cewek itu sedari tadi tak berhenti berdecak kagum melihat bangunan megah didalam sana yang istilah kerennya adalah mansion, milik keluarga Raxilla yang asli.

Raxilla bertanya-tanya dalam kepala, apa ya pekerjaan orang tua Raxilla yang asli sehingga bisa mempunyai mansion sebesar dan semewah ini?

Jangan-jangan mereka ngepet?

Dengan keras Raxilla memukul kepalanya untuk mengenyahkan pikiran konyol itu.

Berbicara soal kekayaan. Nasha, si jiwa yang menempati tubuh Raxilla sekarang memang kaya dikehidupannya di dunia nyata. Namun, Raxilla dunia novel ini lebih lebih lebih kaya lagi dibanding dia!

Mungkin saja hartanya tidak akan habis seribu turunan. Atau bahkan sampai duaribu turunan? Ok, itu berlebihan.

"Gila ya! Raxilla yang gak ada marganya aja sekaya ini. Gimana dengan mereka yang ada marganya? Ck ck ck"

Raxilla mengetuk-ngetuk kan jari telunjuknya didagu. "Mungkin mansion mereka lebih gede 4× lipat dari mansion ini kali ya?"

Kemudian cewek itu menyapukan pandangannya ke sekitar. "Nih mansion sepi banget dah, kaya gak ada penghuni. Tau gitu Gue ajak aja tadi Sahira nginep sini."

Ngomong-ngomong soal Sahira, dia langsung pamit pulang setelah mengantarkan Raxilla dengan selamat. Katanya sih ada urusan.

Raxilla berjalan sembari mendorong gerbang mansion itu dengan pelan, matanya melihat seorang pria paruh baya sedang menyeruput kopi di pos satpam dekat gerbang. Seingat Raxilla pria paruh baya itu bernama Pak Setyo, satpam di mansion ini.

Pak Setyo yang melihat anak majikannya lewat pun menyapa, "non udah pulang?"

Meski tau jawabannya adalah pengabaian tapi Pak Setyo tetap menyapa anak majikannya itu setiap hari.

Namun, dugaannya salah. Cewek itu tengah tersenyum ceria kearahnya.

"Yoi Pak Set," balas Raxilla sambil berjalan meninggalkan Pak Setyo, dan sesekali bersenandung lagu barat kesukaannya.

Tubuh Pak Setyo tertegun untuk beberapa saat. Apakah dunia akan segera runtuh? Batin Pak Setyo.

Pak Setyo mendongak keatas ia ingin memastikan, mungkin saja sudah ada retakan dilangit. Tapi, yang pria paruh baya itu lihat, langit sangat cerah siang ini. Tidak ada awan, apalagi retakan.

Pak Setyo merasa aneh dengan sikap anak majikannya itu. Kenapa tiba-tiba menjadi ramah? Biasanya anak majikannya itu tidak pernah peduli dengan sapaannya.

Namun, disatu sisi tak bisa dipungkiri Pak Setyo sangat senang anak majikannya itu menjadi lebih ramah dan ceria dibandingkan sebelumnya.

Pak Setyo terus memandangi punggung Raxilla hingga ditelan pintu mansion. Pria paruh baya itu harap Raxilla akan selalu seperti itu. Ia lebih suka Raxilla yang ceria, daripada Raxilla yang suram seperti biasanya.

Walaupun Pak Setyo tau penyebab Raxilla menjadi seperti itu, karena kurangnya kasih sayang dari kedua orang tuanya yang sibuk bekerja. Hingga tidak ingat jika memiliki anak perempuan satu-satunya yang masih sangat membutuhkan kasih sayang mereka. Ya, Raxilla adalah anak tunggal.

Anak tunggal kaya raya.

***

Raxilla membuka pintu mansion dengan deg-degan. Seperti sedang ingin memasuki istana negara. Ah, bukan. Lebih tepatnya memasuki istana Takeshi. Sebab disisi kanan dan kiri pintu ada dua bodyguard yang seperti algojo.

Antagonis [Pensiun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang