04

350 40 1
                                    

happy reading!

***

Hari sudah pagi tapi cewek cantik itu masih betah tertidur. Gaya tidurnya pun sangat tidak mencerminkan jika dia adalah seorang cewek. Kepalanya tergantung pada pinggiran kasur, mulutnya sedikit terbuka, dan sebelah kakinya naik ke atas sandaran kasur.

Benar-benar tidak ada anggun-anggunnya.

Tok!

Tok!

Tok!

Suara ketukan—ah, bukan. Lebih tepatnya suara gedoran brutal terdengar dari arah pintu kamar, membuat cewek yang tak lain dan tak bukan adalah Raxilla yang sedang tertidur itu pun merasa terganggu.

Tangan Raxilla meraba-raba sekitar untuk mencari bantal. Kemudian bantal tersebut ia gunakan untuk menutup wajahnya, bermaksud menghalangi suara mengganggu itu agar tidak terdengar oleh telinganya.

Tapi, bukannya menghilang suara itu malah semakin keras, membuat Raxilla membuka matanya lebar-lebar.

"BERISIK!"

Raxilla melemparkan bantal yang menutupi wajahnya ke arah pintu dengan emosi. "Siapa sih?! Ganggu banget njir, Gue masih ngantuk." Gerutunya kesal.

Kemudian Raxilla beranjak untuk membuka pintu kamar, ia berniat mencaci maki orang yang berani mengganggu tidur nyenyaknya di pagi buta ini.

Dengan kasar cewek itu membuka pintu kamar, dan terpampang lah seorang cowok tamp—tidak! Raxilla menggeleng kuat. Orang yang berani mengganggu tidurnya itu berarti jelek. Catat baik-baik. Orang yang berani mengganggu tidurnya itu berarti jelek!

Raxilla melotot sambil berkacak pinggang. "Lo, berani banget Lo ganggu tidur Gue." Tunjuknya tepat dimuka tamp—jelek cowok itu.

Bukannya merasa takut cowok itu malah tertawa terbahak-bahak, Raxilla yang sedang melotot pun jadi bingung dibuatnya.

Gila kali ya? Batin Raxilla.

"Heh, jelek. Ngapain ketawa? Kerasukan Lo?"

Tidak menggubris ucapan Raxilla, cowok itu malah menyentil keningnya, "nakal banget sih! Kata bi Ina tadi malem Lo gak makan malem, bahkan Lo juga gak makan siang kan kemarin?" Raxilla mengusap-usap keningnya yang habis di sentil.

Benar sih, dia belum makan dari siang kemarin. Itu karena dia lelah mengagumi mansion mewah ini. Jadi, setelah mengganti baju dia langsung tertidur sampai pagi ini.

Raxilla tercengir. "Hehe, Gue ketiduran."

"Dari pulang sekolah sampe pagi ini?!" Tanya cowok itu shock.

Raxilla mengangguk dengan polos. Memangnya kenapa sih? Itu kan sudah bias–ah Raxilla lupa. Sekarang dia sudah diraga yang berbeda. Sewaktu dia masih diraga Nasha, tertidur dari pulang sekolah hingga pagi adalah hal yang biasa. Pernah suatu hari Nasha tertidur selama 2 hari full, sampai-sampai mama nya mengira kalau Nasha sudah meninggal saat itu. Eh, tidak tau nya cuma tertidur. Hadeh.

Cowok itu menganga takjub, "sejak kapan Lo jadi manusia kebo?!"

Raxilla menggaruk pipinya gatal, dia bingung mau menjawab seperti apa. Masa iya dia bilang kalau dia sebenarnya bukanlah jiwa Raxilla yang asli, melainkan jiwa yang tersesat? Kan tidak mungkin, bisa-bisa dia disangka gila.

Tapi, siapa cowok jelek ini? Dinovel dijelaskan bahwa Raxilla adalah anak tunggal, jadi tidak mungkin cowok di depannya ini adalah kakaknya Raxilla yang asli kan?

Raxilla memicingkan matanya, "Lo siapa?"

Cowok jelek itu malah tertawa mendengar pertanyaan Raxilla, namun dengan cepat cowok jelek itu merubah ekspresi wajahnya menjadi datar. Kemudian kembali menyentil kening Raxilla.

Suka banget nyentil kening gue, astaga! Batin Raxilla sabar.

"Baru ditinggal seminggu aja Lo udah lupa sama sepupu tamvan Lo ini. Gimana kalo Gue tinggal bertahun-tahun?"

"Hah?!"

Cowok itu terkekeh geli melihat wajah cengo Raxilla. "Kayanya Lo masih ngantuk deh, sana mandi. Gue tunggu dimeja makan. Berangkat sekolah bareng Gue." Ucapnya sambil memutar badan Raxilla lalu mendorongnya masuk kedalam kamar dengan pelan.

Didalam kamar Raxilla berfikir dengan keras. Berusaha menggorek ingatan Raxilla yang asli. Gotcha! Dia dapat, cowok tadi memang sepupu Raxilla yang asli.

Raxilla baru tau kalau Raxilla yang asli ini ternyata memiliki sepupu bernama Kavin Alexander Maheswara. Dinovel sama sekali tidak dijelaskan. Mungkin karena dia hanya lah seorang antagonis makanya tidak dijelaskan secara detail seperti seorang protagonis. Dan lagi, ingatan Raxilla yang asli belum sepenuhnya ia terima. Untung saja tadi, Kavin tidak curiga dengannya.

Setelah melamun panjang, Raxilla melirik jam di atas nakas yang menunjukkan pukul 06.05 wib. Ia bergegas mengambil handuk dan memasuki kamar mandi.

***

Raxilla sudah siap dengan seragamnya, dia keluar dari kamar, tak lupa menggaet tas dibahunya. Cewek itu berjalan menuju ruang makan untuk sarapan. Disana sudah ada Kavin yang duduk anteng memainkan handphone nya.

Raxilla menarik kursi dihadapan Kavin, membuat Kavin mengalihkan atensinya pada cewek itu.

Kavin menaruh handphonenya dimeja, dia memperhatikan Raxilla dengan intens. Kemudian berucap, "tumben gak dandan menor." Sambil menyendokan nasi goreng ke mulutnya

Raxilla mengangkat bahu acuh, "Gue lebih cantik natural."

Ucapan Raxilla yang terdengar narsis itu membuat Kavin tersedak, dengan buru-buru cowok itu meminum air apa saja yang berada didekatnya.

Raxilla yang melihat Kavin mengambil mangkuk kobokan, dan meminum air kobokan itu dengan rakus pun tidak bisa menahan tawanya.

"BUAHAHA ANJIR AIR KOBOKAN LO MINUM!"

"HAH?!" Teriak Kavin dengan wajah yang memerah karena batuk. Mata Kavin melirik mangkuk yang sedang ia pegang, kemudian melotot. "Kenapa Lo gak halangin Gue sih?!" Sungut cowok itu.

Raxilla menghentikan tawanya, "dih ngapain?"

"Xilla, Lo jahat banget sumpah."

"Yaudah sih, udah terlanjur Lo minum juga."

"Ya tapi–"

"Udah deh. Sekarang cepet habisin sarapan Lo! Katanya mau berangkat bareng Gue tadi. Awas aja kalo sampe Gue telat, Gue sunat anu Lo sampe akar-akarnya." Potong Raxilla sembari mengacungkan pisau pengoles selai roti.

Kavin bergidik ngeri mendengar ucapan Raxilla yang terdengar sungguh-sungguh itu. Lalu, dengan secepat kilat cowok itu menghabiskan nasi goreng dipiringnya.

"Udah? Ayo berangkat."

"Minum dulu anjir, seret." Ucap Kavin.

Raxilla memutar bola matanya malas. "Minum ya tinggal minum. Cangkir disebelah kanan Lo noh. Sebelah kiri Lo kobokan, ntar malah Lo minum lagi karena ketagihan." Setelah berucap seperti itu, Raxilla beranjak dari ruang makan menuju teras mansion sambil memakan roti yang ia beri selai kacang.

Kavin mencebik kan bibirnya. Kavin yakin, dia akan jadi bulan-bulanan Raxilla sekarang, karena minum air kobokan sialan itu.

Lo kok bego banget sih, Vin?! Jerit batin Kavin.

Setelah minum air, tapi bukan air kobokan. Kavin segera beranjak menyusul Raxilla. Tak lupa ia mengantongi handphone dan menggendong tas sekolahnya.

Ya, Kavin masih sekolah. Dia satu tingkat di atas Raxilla. Namun mereka berdua berbeda sekolah. Kavin di SMA Cakrawala, sedangkan Raxilla di SMA Khatulistiwa.

Disisi lain bi Ina sedari tadi tersenyum geli melihat interaksi dua remaja berbeda jenis yang sangat jarang terjadi itu. Bi Ina rasa Raxilla memang benar-benar telah berubah. Raxilla yang dulu tidak akan mau repot-repot membalas ucapan Kavin, tapi sekarang Raxilla bahkan lebih cerewet dibanding Kavin yang notabenenya adalah manusia tercerewet yang pernah bi Ina kenal. Tentunya bi Ina senang dengan perubahan anak majikannya itu.

***

Tbc

See u 20000000000 tahun lagi~

Antagonis [Pensiun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang