*Happy Reading 😍
*budayakan vote dulu sebelum baca 🔥
.
.
.
. Oh iya Aku mau ngucapin banyak terimakasih sama kalian yang udah vote, sebagai bentuk support untuk cerita ini. Semoga makin semangat ngetik nya, dan bisa menyelesaikan cerita ini sampai tamat aamiin 🤲
.
.
. Oke lanjut!_____ ✴ _____
Tiara sampai didepan rumah sakit. Dia melihat anrez masuk dengan tergesa-gesa, bibirnya tiba-tiba tersenyum, ternyata anrez masih memiliki sisi khawatir untuk ayahnya sendiri. Meskipun kedua orangtua lelaki itu selalu memberikan luka untuknya tapi tiara yakin anrez tidak akan pernah benar-benar menaruh kebencian untuk mereka dalam hatinya."Ya Allah semoga ayahnya anrez operasi nya berjalan dengan lancar, aamiin"
Sebelum masuk tiara sempat melihat seseorang yang berawakan tegap tengah duduk di taman rumah sakit sambil menunduk menutup wajah dengan telapak tangannya. Tiara tau betul siapa orang itu, tanpa pikir panjang lagi tiara menghampiri orang tersebut.
Tanpa meminta izin terlebih dahulu tiara duduk di sampingnya "meskipun lo nyebelin tapi gue ikut prihatin yah, semoga bokap lo operasi nya lancar"
Anrez mendongakkan kepalanya sedikit terkejut saat seorang wanita yang akhir-akhir ini mengisi pikirannya itu duduk disampingnya secara tiba-tiba. "Lo.. Ko tiba-tiba disini? Bukannya lo lagi pacaran?"
Tiara mengerutkan keningnya bingung "pacaran? Siapa yang pacaran?"
Tanpa mau menjawab pertanyaan itu anrez berdiri berniat untuk pergi. "Ehh tunggu! Lo mau kemana si? Baru juga gue dateng"
Anrez tak memperdulikan tiara dia terus berjalan masuk. Tak mengerti dengan sikap anrez hari ini tiara pun mengikuti kemanapun anrez melangkah. "Ihhh es batu lo kenapa si? Gue ngomong baik baik juga"
Anrez memencet tombol saat sudah memasuki lift dengan cepat tiara pun ikut masuk "es balokkk jawab gue! Gue udah bela-belain loh kesini, buat nemenin lo, bela-belain naik ojol dan beliin bokap lo ini" Tiara menyodorkan parcel buah kepada anrez.
Anrez menoleh sambil berpikir. Bentar apa tadi? Ojol. Apa mungkin lelaki yang anrez liat bersama tiara tadi didepan toko buah itu tukang ojol?.
Anrez berdehem untuk menghilangkan rasa malu nya karena telah menuduh tiara berpacaran dengan lelaki yang ternyata itu ojol.
"Es batu!"
"Ahh.. Iya apa?"
"Lo marah sama gue?"
"Enggak"
Pintu lift terbuka, ternyata anrez membawanya ke rooftop rumah sakit. Keduanya berdiri didekat plang pembatas yang di buat demi keamanan.
Keduanya menatap jalan raya yang jauh dibawah sana. Dari sini orang-orang terlihat seperti semut yang berlalu lalang.Cahaya Oranye senja menyorot masuk ke sela-sela pagar pembatas seolah tengah menghiasi kedua insan yang tiba-tiba saja saling terdiam hingga akhirnya suara anrez keluar memecahkan keheningan.
"Gue gak yakin kalo bokap gue bakalan selamat, gue benci dia tapi kenapa saat dia tidak berdaya seperti ini rasanya gue takut, takut dia pergi"
Suara laki-laki itu untuk pertama kalinya tercekat ditenggorokan.
" Gue takut kehilangan satu-satunya orang tua yang gue miliki saat ini gue takut--... ."
"Berdo'a" Tiara menyela spontan "lo harus berdo'a, lo juga harus yakin harus percaya kalo bokap lo kuat, gue aja yakin kalo bokap lo saat ini lagi berjuang. Berjuang untuk sembuh" Tiara mengubah posisinya jadi menghadap ke arah anrez sambil menatap lekat netra hitamnya "dan berjuang untuk memperbaiki kesalahan nya yang dulu. harapannya untuk sembuh pasti sangat besar. Jadi lo harus berdo'a untuk itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Depresiku
Novela Juvenil"gue mau mati" "iya jika lo loncat dari sini langsung mati? kalo nggak? nanti nyusahin org yg masih hidup tau gak! " gertak seorg gadis yg berdiri di samping nya. "gue pasti langsung mati" "umur org gak ada yg tau, meskipun lo mau mati hari ini, ta...