01. Tentangnya

153 14 10
                                    

2019.

Saskara menopang dagunya dengan satu tangan, lalu mengetuk-ngetuk jemarinya didagu tersebut berulang kali. Pandangan mata Saskara yang menatap lurus itu tak lepas dari satu objek. Di mana tepat dihadapannya, ada seorang lelaki yang tengah sibuk berkutat dengan laptop serta buku-buku tebal berserakan disekitarnya.

Bagi Sakara, pemandangan didepannya ini tak boleh dilewatkan begitu saja. Saskara mengamati wajah seseorang itu lekat-lekat. Dimulai dari alis yang tebal, bulu mata tipis namun panjang, bentuk mata yang tajam, pupil berwarna hitam pekat, hidung mancung bak perosotan, bibir seksi tiada tara, rahang tegas yang menawan, serta model surainya yang messy. Saskara bersumpah dalam hati, siapa saja yang menatap wajah ini pasti akan langsung menganggumi.

Bagaimana tidak? Selain punya wajah yang tergolong tampan, sosok ini juga memiliki postur tubuh yang bagus. Dari penglihatan Saskara, dia adalah tipe lelaki yang memiliki tubuh tidak berotot dibagian lengan, namun dadanya itu sangat bidang. Lengannya juga dipenuhi urat-urat. Untuk tingginya, bisa dikatakan dia cukup tinggi. Setahu Saskara, tingginya itu 184 cm.

Ah ya ... Berbicara mengenai posturnya, dia juga memiliki style berpakaian yang ok. Maksudnya, pakaian yang ia kenakan mungkin simple, tapi entah mengapa jikalau dipakai dengannya itu akan terkesan berbeda. Seperti sekarang contohnya. Hanya dengan memakai pakaian rumahan dengan t-shirt hitam dipadukan celana sport sedengkul, mampu membuat Saskara senyum-senyum tidak jelas.

Jika dipikir-pikir kembali, pasti sesosok lelaki dihadapannya ini diluar sana, banyak ditaksir. Mengingat hal itu, entah mengapa membuat kedua bahu Saskara merosot. Iya lah, pasti banyak perempuan yang menyatakan perasaan kepadanya. Tanpa Saskara sadari, ia menghela nafas. Saskara juga mengacak-acak surainya dan berdecak berulang kali.

"Ck. Jadi orang jangan ganteng-ganteng makanya." Monolognya. Setelah menyeploskan kalimat tersebut, Saskara kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda seperti tanpa beban.

"Kamu ngomong apa barusan, Sa?" Ujar lelaki dihadapannya.

Sial! Gue lupa banget masih ada Kak Semesta disini! Batin Saskara meraung-raung seraya melolot pertanda kaget. SASKARA! KONTROL DIRI LOOOOOO!!!

Sedetik kemudian, Saskara menormalkan ekspresinya. "Hehe," Saskara tertawa canggung menanggapi, "nggak Kak, bukan apa-apa." Lanjutnya seraya menggaruk tenguk belakang. OMONGAN LO, SA, GILA BANGET! Makinya dalam benak. HADUH INI SALTING GUE KELIHATAN BANGET NGGAK, SIH?!!!

Semesta yang memperhatikan gelagat Saskara sedari tadi menunjukkan sindikat aneh ternyata nampak tak peduli dengan jawaban yang diutarakan Saskara, lelaki itu malah membereskan buku-bukunya yang berserakan dilantai rumah Saskara.

"Kak Semesta udah selesaiin tugasnya?" Tanya Saskara. Kata Bunda, Kak Semesta akan menemaninya hingga menjelang malam, tapi kok ini sebelum malam tiba, Kak Semesta sudah beres-beres? Apakah lelaki itu hendak pulang ke rumahnya? Meninggalkan dirinya sendiri tanpa menempati janjinya terhadap Bunda?

"Belum." Balas Semesta singkat.

"Kalau belum, kenapa buru-buru banget, sih, Kak?" Ups. Saskara berkata tanpa rem. Persetan dengan dirinya yang akan dianggap kepo, tapi memang dasarnya ia kelewat kepo jika bersangkutan dengan sosok yang bernama Martiks Semesta.

Mendengar suara Saskara yang naik beberapa oktaf, membuat Semesta menghentikan aksinya. Tatapan Semesta yang mula-mulanya fokus pada setumpuk buku yang telah tersusun, bergantian menatap perempuan yang surainya dikepang satu. Sedangkan Saskara yang tiba-tiba mendapatkan tatapan seintens itu dari Semesta pun jadi kagok. Saskara memainkan jemari gelisah dibawah meja, pandangannya juga tak selalu berpusat dipupil mata Semesta. Jika terus-terusan ada diposisi ini, Saskara bisa saja mati kutu!

Saskara & Semestanya (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang