05. Perasaan Yang Nyata Adanya

71 5 2
                                    

Betapa terkejutnya perempuan yang baru saja pulang dari sekolah dengan keadaan kucel akibat habis mengikuti serangkaian pengambilan nilai olahraga sesaat menangkap pemandangan motor yang Saskara amat kenali terparkir sempurna dirumah sang pemilik motor. Rasa lelah yang tadinya menggerayangi sekujur tubuh Saskara langsung sirna dan entah mengapa tergantikan dengan semangat yang menggebu-gebu.

Tepat dihari ke-25, Semesta akhirnya menginjakkan kaki dikediamannya. Ya walaupun yang Saskara lihat baru body motornya saja, tapi Saskara yakin sosok yang mampu membuat hatinya gundah itu juga ada didalam rumah. Ah, rasa-rasanya hari ini adalah penghujung hari yang paling baik setelah melewati beberapa hal yang buruk, pikirnya singkat.

"Udah pulang kamu, Sa?"

"HUA! BUNDA NGAGETIN AKU!" Ujar Saskara seraya menyentuh dadanya dan bergerak mundur. Telapak tangannya yang hinggap didada pun juga merasakan detak jantung yang berpacu lebih cepat dari biasanya. Semua ini gara-gara kemunculan Diandra yang tidak Saskara duga. Dirinya baru hendak ingin membuka pagar, tapi dari dalam Diandra sudah membukanya. Alhasil, Saskara seperti melihat hantu disore bolong.

Saskara membuang nafas, lalu memposisikan dirinya kembali dengan benar. "Ya menurut Bunda gimana? Retoris banget pertanyaannya."

Diandra terkekeh. "Kelihatan capek banget kamu. Sana masuk, terus makan---eh tapi sebelum makan, alangkah baiknya kamu mandi dulu," Diandra mendekat ke arah Saskara kemudian secara tiba-tiba tangannya bergerak menutup hidungnya sendiri yang mana mampu mengundang tatapan mendelik dari anaknya, "bau soalnya." Sambung Diandra.

"BUNDA!"

Diandra hanya menanggapi marahnya Saskara dengan senyuman jahil. "Jangan lupa kunci pintunya."

Kalimat yang dikatakan Diandra, membuat Saskara menyuarakan pertanyaan, "lho? Bunda mau pergi ke mana memangnya?" Saskara baru menyadari juga jika Diandra menenteng sebuah paperbag berwarna cokelat ditangan kanannya. Pandangan Saskara tak lepas dari paperbag itu hingga jawaban Diandra menyadarkannya.

"Ke rumah Tante Gina. Biasa. Nganter pesanan."

"Oh ... " Saskara manggut-manggut dengan bibir yang membentuk layaknya lingkaran. Lalu karena Diandra tak ingin ada serangga yang masuk ke dalam mulut putrinya, Diandra memberikan isyarat kepada Saskara tuk segara mengatupkan bibirnya.

"Ya udah, Bunda mau ke sana." Diandra mulai melangkah meninggalkan Saskara.

Sebentar! Seperti ada kesempatan yang Saskara lewatkan!

Tadi Bundanya bilang dengan jelas, kan, ingin mengantar pesanan ke rumah Tante Gina???

Kalau diartikan, rumah Tante Gina juga adalah rumah Kak Semesta yang mana artinya ...

"BUNDA!" Teriakan Saskara membuat Diandra menghentikan langkahnya yang baru berjalan sekitar 4 pijakan.

... Saskara bisa modus bertemu Semesta dengan alasan mengantar pesanan Tante Gina!!! That's it! Itu kesempatan yang Saskara pikirkan diawal! Saskara tidak boleh menyia-nyiakannya kesempatan emas ini karena kesempatan tidak datang dua kali! Ingat itu, Saskara!

"Kenapa, Sa?" Tanya Diandra, heran.

Saskara berlari kecil menghampiri Diandra. "Biar aku aja yang antar!" Tanpa sadar, Saskara berbicara kelewat antusias. Selang semenit terlewatkan, Saskara kemudian berdeham guna menetralkan nada suaranya supaya Diandra tidak curiga.

Saskara & Semestanya (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang