Pagi yang buruk. Mungkin kalimat itu pas untuk menggambarkan suana pagi yang dialami jeno. Anak tengah dari 3 bersaudara itu sudah mendecakkan bibirnya di hari sepagi ini. Bagaimana tidak, dia sudah berangkat awal untuk mengerjakan tugas kuliahnya di kampus. Iya di kampus. Dia lupa akan tugas itu yang akan dikumpulkan hari ini.
Tapi rencana itu malah terganggu, lantaran bahan untuk tugasnya tertinggal di kamarnya. Seingat jeno sudah memasukkan semuanya kedalam tas nya. Tapi kenyataannya malah bahan tugasnya tidak ada didalam tasnya.
Jeno pulang sambil merutuki dirinya yang sangat amat ceroboh. Hal sepenting ini dan juga waktu yang mepet, tetap saja dia tidak bisa menghilangkan sifat cerobohnya.
Dalam perjalanan pulang jeno menyetir mobilnya sedikit mengebut. Saat melihat kerumunan didepannya dia melambatkan mobilnya. Jeno memicingkan matanya, sepertinya itu sepeda motor haechan. Jeno penasaran tumben sekali haechan membawa motor sendiri dan sedang apa dia disini di jam yang hampir masuk sekolah seperti sekarang.
Setelah memarkirkan mobilnya di pinggir jalan, Jeno mendekati kerumuan itu. Matanya terbelalal saat mengetahui pusat kerumunan itu adalah sang adik. Melihat itu Jeno mendekat, berusaha menyadarkan adiknya yang hpir kehilangan kesadarannya. Namun telat sang adik menoleh sekilas dan jatuh tak sadarkan diri. Untungnya Jeno sempat menangkap tubuh anak itu agar tidak menghantam tanah.
"Haechan!!! " Panggilnya panik berusaha menyadarkan adiknya. Tanpa pikir panjang lagi dia meminta bantuan orang disekitar untuk mengangkat Haechan kedalam mobilnya.
Jeno melakukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke Rumah Sakit. Sesekali dia melihat khawatir adik dibelakang yang masih setia memejamkan mata.
Setibanya di Rumah sakit Jeno langsung berteriak meminta bantuan tenaga medis yang ada. Haechan di bawa menggunakan brangkar menuju ke ruang UGD.
Jeno duduk di ruang tunggu UGD dengan kaki yang ia hentakan pelan untuk meredakan paniknya.
30 menit berlalu, belum juga ada dokter yang keluar untuk memberitahukan keadaan adiknya itu. "Ah... Aku lupa" Mungkin karena panik Jeno lupa untuk menghubungi keluarganya. Jeno berjalan pelan menuju taman rumah sakit yang berada tepat di samping ruang tunggu sambil mencoba menelfon orang tuanya.
Selang 15 menit orang tuanya datang berjalan tergesa-gesa menuju tepat Jeno duduk dengan wajah panik. "Apa yang terjadi? " Kalimat pertama yang bunda lontarkan saat berhasil mencapai tempat Jeno. "Aku juga ga tau bun.. Waktu Jeno datang adek udah pingsan" Jelas Jeno dengan wajah dan mata memerah. Tangisnya pecah begitu saja, padahal sedari tadi dia tahan sekuat tenaga untuk tidak menangis.
Ayah mendekap tubuh bergetar Jeno menepuk pundaknya pelan untuk menenangkannya. "Ga papa. Adek ga papa.. Mungkin dia kecapean aja" Ucap tenang sang ayah.
Bundanya kini tak mampu menahan lagi air matanya. Tidak sekeras tangis Jeno, hanya beberapa tetes air mata saja yang lolos dari mata indahnya. Bunda tidak ingin menambah khawatir kepada anak tengahnya ini jika dia menangis keras juga.
Suara pintu ruang UGD membuat semuanya tersentak dan otomatis mendekat kearah orang yang keluar dari ruangan tersebut. " Atas nama haechan, bagaimana keadaannya dok? " Tanya tenang sang ayah. " Detak jantung pasien tadi terlalu cepat dan tekanan darahnya terlalu tinggi sampai kami khawatir pasien akan terkena serangan jantung" Mereka terkejut dengan ucapan sang dokter.
"Apakah pasien punya riwayat penyakit jantung atau tekanan darah tinggi? " Tanya dokter dan di jawab dengan gelengan kepala oleh ketiganya. " Apakah dia habis olahraga? " Dan lagi dijawab dengan gelengan kepala. Sang dokter tampaknya sedang berfikir apa yang menjadi penyebab nya.
"Untuk sekarang pasien sudah stabil. Saya pasangkan masker oksigen karena pasokan oksigen nya kurang. Pasien akan di pindahkan ke ruang rawat." Jelas dokter. Jeno dan kedua orang tuanya menganggukkan kepala, tanpa ada sepatah katapun yang terucapa. Mereka terlalu terkejut dengan penjelasan dokter tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
They Never Know | Haechan (END)
Teen FictionTerimakasih telah membuat cerita indah. Tapi maaf. Semua itu hanya ekspektasi kalian.