Ruang rawat yang semula dipenuhi keluarga itu, sekarang mulai sunyi. Ayah tertidur bersandar disofa, Johnny yang memang kelelahan tergeletak tidur nyenyak di kasur tambahan yang sengaja bunda minta pada suster, Jeno terlelap berbaring di sofa kaki sang ayah. Bunda? Ya hanya sang bunda yang belum bisa terlelap.
Bunda menelisik setiap inci wajah haechan yang masih sedikit pucat. Suara bunyi pintu membuyarkan lamunannya. Seorang perawat masuk dengan langkah oelan agar tak menimbulkan suara yang bisa menggangu pasien dan ketiga orang yang sudah terlelap itu.
"Maaf mengganggu bu.. Saya kesini untuk memberitahukan haechan akan melakukan test EKG sekitar 10 menit lagi." Tak disangka ayah mendengar itu langsung terbangun dan memindahkan pelan kepala Jeno dari kakinya.
●○●○●○●○
Sekarang haechan dalam perjalanan menuju ke ruang pemeriksaan. Dia masih terlelap tenang. Bunda dan ayah menunggunya di luar ruangan sembari berdoa semoga tidak ada yang salah dengan kesehatan anaknya.
30 menit berlalu, haechan keluar dari ruangan pemeriksaan. Dia nampaknya sudah terbangun, wajahnya kelihatan kebingungan. Mungkin karena saat membuka mata dia ada diruangan lain dengan alat asing yang tertempel ditubuhnya dan juga orang-orang asing ini.
"Bundaa~" Rengeknya saat sudah bisa melihat bundanya. "Eh sudah bangun rupanya.. Gimana udah enakan? " Haechan mengangguk.
Sekarang dia sudah kembali ke ruang rawat nya. Dan tampaknya kedua saudaranya juga sudah terbangun. "Adek dari mana? Bangun bangun sepi cuma ada kakak aja yang tadi tidur ngorok dan mangap" Omel Jeno melirik sini ke Johnny. Sedangkan Johnny yang tampaknya nyawanya belum terkumpul itu hanya terkekeh pelan mendengar icehan adik pertamanya itu.
"Adek tadi di periksa dokter" Jawaban singkat ayahnya menghentikan ocehan Jeno. "Terus gimana hasilnya? Adek sehatkan? " Ocehan Jeno ternyata belum berakhir.
Baru akan menjawab pertanyaan jeno, dokter yang memeriksa haechan masuk mengalihkan perhatian semua orang. "Wali pasien bisa ke ruangan saya?" "Bisa dokter" Tak perlu lama kedua orang tua mereka berjalan mengikuti dokter.
Ketiga anaknya hanya melirik satu sama lain. "Kakak.. Mass... Pengen pulaaaangg..... " Manja haechan ke dua saudaranya. Johnny bangkit dari posisi duduknya menuju ke samping ranjang haechan. Meraih kursi dan didudukinya.
"Baru juga sehari di sini.. Udah minta pulang aja.. Istirahat aja dulu.. Biar nanti cepat sehat dan kembali sekolah. Emangnya mau ga sekolah terus? " Gelengan kepala haechan menjawab pertanyaan kakaknya. Jeno tersenyum gemas "ya makanya adek yang nurut.. Biar cepet sehat .. Cepet sekolah deh"
Mendengar penuturan kedua saudaranya haechan akhirnya diam dan menuruti sepertinya yang dikatakan Jeno dan Johnny.
"Oh iya.. " Suara haechan membuat kedua saudaranya memerhatikan nya. Menunggu kalimat apa yang akan dia katakan selanjutnya. "Kak.. Mas... Emang kita punya saudara cewek? Sepupu atau saudara jauh gitu.. Yang dulu sering main kerumah.. " Kedua kakaknya awalnya bingung, tapi keduanya kaget secara bersamaan dengan saling menatap seperti mengirimkan sinyal antara satu dan yang lain.
"Kenapa tiba-tiba tanya gitu dek? " "Ya bukan apa apa sih Kak.. tapi adek sering mimpi di panggil anak cewek kecil imut dan ngajak haechan main.. " "Aku kira dia saudara jauh kita, yang haechan lupain karena dulu haechan masih kecil" Tuturnya panjang lebar. Yang mendengarkan seperti memikirkan jawaban apa yang akan mereka katakan kepada adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
They Never Know | Haechan (END)
Novela JuvenilTerimakasih telah membuat cerita indah. Tapi maaf. Semua itu hanya ekspektasi kalian.