15. Mulai Berdamai

667 46 2
                                    

Anak adalah cerminan orang tua. dimana mereka akan meniru semua yang orang tuanya tunjukkan terhadapnya. iya, anak adalah peniru yang handal. dan orang pertama yang mereka tiru adalah orang tua. manusia pertama yang sangat berpengaruh dalam hidupnya. 

haechan sekarang berada dalam kamarnya, terdiam dengan pandangan mata menatap kosong ke depan.  bohong  jika haechan tidak memikirkan perkataan ayahnya. apakah orang tua nya itu tidak menyadari bahwa perubahan sikapnya ini tidak lain dan tidak bukan adalah pengaruh dari sikap orang tua dahulu? bagaimana bisa mereka bersikap seperti tidak pernah terjadi apa-apa?

seperti kata orang ana adalah peniru yang handal. ya.. sikap acuhnya dan sedikit dingin ini haechan tentu saja meniru sikap orang tuanya dulu. dimana dia seperti ada tapi tak terlihat dimata orang tuanya. tak pernah ada kata apresiasi untuk hal yang dicapainya yang ada hanya kata meremehkan dan tuntutan yang tidak masuk akal. 


●○●○●○●○

"ayah.. kita harus benar benar meminta maaf kepada haechan... bukan malah begini seperti tidak terjadi apa-apa" jeno membuka suara saat dai berkumpul dengan ayah dan bunda. bunda dengan pandangan sendu mengangguk menyetujui anak tengah nya itu. 

"benar... kita harus meminta maaf. setelah makan malam ayah akan minta maaf dengan sungguh sungguh. ayah menyesal pernah jadi ayah yang jahat untuk haechan " jawab ayah dengan mata berkaca dan suara yang sedikit bergetar menhan tangis karena rasa menyesal yang membuncah. 

sepertinya minta maaf tidak seburuk itu. sepasang orang tua ini rupanya sudah sadar bahwa gengsi untuk meminta maaf sangat berpengaruh buruk untuk diri sendiri dan orang lain. sadar akan kesalahan yang mereka lakukan dimasa lalu yang tanpa sadar mereka lalukan dan mengubah sikap serta kepribadian anaknya berubah. bahkan mereka juga yang menjadi faktor trauma terbesar anaknya yang juga hampir merenggut nyawanya. hampir saja mereka akan merasakan kehilangan dan sakit yang sama untuk kedua kalinya. hampir saja mereka akan dihukum dalam penyesalan seumur hidup.


untuk itu, Tuhan memberikan kesempatan kedua ini. mereka akan memanfaatkannya sebaik mungkin. memperbaiki hal yang mereka rusak sendiri. 

●○●○●○●○

"haechan...." suara jeno menyembul dari balik pintuyang dibukanya sendikit. haechan yang baru saja selesai membersihkan diri menoleh kearah sumber suara. sedikit tersenyum gemas saat melihat mas nya yang satu  ini memanggilnya dari balik pintu. begitu lucu, seperti anak kecil yang tampak takut saat memanggil orang tuanya yang sedang sibuk.

"kenapa senyum gituu?" katanya lagi dengan posisi yang masih sama. haechan tidak bisa lagi menaham tawanya. " mas kayak anak kecil yang takut, adek gemes liatnya" jawab haechan dengan tawanya yang masih belum berhenti. Jeno dengan segara masuk kedalah kamar adiknya dan berdiri sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal merasa malu.


"manis deh.." melihat adiknya yta ang tertawa lepas. sudah lama sepertinya jeno tidak melihat senyuman cerah adiknya ini. mendengar itu haechan dengan segera menghentikan tawanya. "kenapa mas? " tanya haechan. "dipanggil bunda, makan malam dibawah, ditunggu kakak sama ayah juga." haechan mengangguk lalu mengikuti langkah jeno yang beranjak dari kamarnya.

●○●○●○●○

makan malam berlangsung dengan baik, jeno bercerita tentang kesehariannya. Johnny juga sedikit bercerita saat dia bekerja. haechan hana diam dan sedikit tersenyum mendengan saudara nya bercerita.

"haechan" bunda membuka suaranya. "kita mau bicara sesuatau yang sangat penting" sambung ayahnya. haechan mengernyitkan dahinya. apa yang akan dikatakan orang tua nya? apakah mereka akan mau membuangnya dan mengacuhkannya lagi? ah tidak. tunggu. dengakan saja dulu. pikir haechan berkecamuk. dadanya sedikit bergemuruh dampak dari pikirannya yang berkecamuk.

"ayah minta maaf.." ayah menunduk menyembunyikan air matanya yang tak dapat ia tahan lagi. melihat itu bunda mengusap lebut punggung suaminya itu. "bunda juga minta maaf..." "kakak dan mas jeno juga.. maaf..." johnny menyambung perkataan orang tuanya.

haechan sedikit tercengang dengan apa yang tejadi didepannya ini. "kenapa semuanya minta maaf?" jawab haechan yang kini matanya juga berkaca-kaca. hening. belum ada jawaban untuk sesaat membuatnya sedikiti bingung apa yang harus ia lakukan.

"maaf tentang semuanya, maaf ayah sama bunda dulu selalu membedakan haechan dengan ara, padahal ayah tau kalian berdua itu berbeda walaupun kalian kembar. maaf karna ayah juga selalu mengabaikan haechan, maaf ayah tidak oernah apresiasi yang haechan capai.. maaf ayah sudah jadi orang tua yang tidak becus,... ayah gak pan....." "apa yang yang tidak pantas?" memotong perkataan ayahnya yang seperti pengakuan dosa besar didepannya.

haechan menatap satu persatu keluarganya. "sudah... cukup kalian meminta maaf. aku sudah memafkan kalian. haechan sudah mulai melupakan kejadian lalu. haechan sudah mau memulainya dari awal. ayah.. bunda.. kakak.... mas... ayo kita buat kenangan indah. jangan meminta maaf lagi, haechan awalnya mengira kalian keterlaluan saat bersikap seperti tidak terjadi apa apa dengan memanfaatkan keadaanku yang lupa ingatan. " diam sejenak. haechan manarik nafasnya. 

"setelah kalian meinta maaf seperti ini. disini hangat. tapi perih dan sakit juga melihat kalian menangis." memunjuk dadanya dan mengusuap air mata yang tanpa seijinnya mereka lolos meluncur ke pipinya.

mendengar perkataan haechan ayah beranjak dari tempat duduk nya memeluk haechan hangat dan mengusap rambut dengan lembut. disusul  bunda dan kedua kakaknya.

sepertinya benar. memang wkatu tidak bisa menyembuhkan luka. tapi sepertinya waktu sudah mengajarkan dia untuk terbiasa. untuk menerima apapun yang tejadi.

seperti saat ini, bagaikan mimpi yang indah. keluarganya kini salaing membuka hati. dan tanpa malu ataupun gengsi berani minta maaf. berani mengungkapkan perasaan masing  masing.

terimakasih untuk haechan karena sudah bertahan. terimakasih untuk ayah bunda kakak dan mas yang sudah berani dan membuang gengsi untuk meminta maaf. dengan begini, mereka tidak men sia-siakan kesempatan Tuhan untuk memperbaiki kesalahan yang mereka lalukan.


●○●○●○●○END●○●○●○●○

waaaaa.... akhirnya setelah 1 tahun dianggurin....

akhirnya taamaat...

masih ada yang nunggu ga ya?

tapii terimakasih utnuk yang membaca , padahal ceritanya masih kocar kacir banget..

They Never Know | Haechan (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang