13. Trauma

1.2K 108 6
                                    

//KALIMAT BERCETAK MIRING ADALAH FLASHBACK//

Malam itu, sembari mendengar cerita masa lalu yang menyakitkan untuk semua orang. Haechan mengingat sebagian besar ingatan yg di lupakannya. Ya sebagian besar, bukan semua.

Haechan ingat bagaimana perlakuan bunda dan ayahnya yang mengacuhkan nya sampai bagaimana dia disalahkan atas kematian adiknya.

Yang Haechan bingungkan, kenapa sikap mereka berubah 180 derajat. Haechan mengacak rambutnya kesal karena terus memikirkan ingatan yang muncul itu.

Berusaha tidur untuk sejenak melupakan fakta masa lalu yang dia ingat. Namun sepertinya tidak bisa. Haechan memikirkan bagaimana dia bersikap setelah mengingat semua.

Apakah haechan akan bersikap manja seperti sebelum ingatannya kembali atau dia akan kembali pada haechan sebelum ingatannya hilang.

Apakah orang tuanya juga akan kembali mengacuhkannya. Pikiran seperti itu terus berputar di kepalanya.

●○●○●○●○

Hari selanjutnya datang, keluarga yang biasanya sarapan dengan di iringi suara ocehan haechan dan gelaka tawa gemas dari keluarganya kini berubah menjadi sarapan yang hanya terdengar suara denting sendok yang bergesekan dengan piring.

Dingin, bukan hanya udara tapi juga suasananya. Mau memulai buka suara tetapi sungkan dan ragu.

Dengan keberanian yang semenjak tadi dia persiapkan Jeno mulai bersuara berusaha mencairkan suasana.

"Adek gimana sekarang? Masih lemes? Atau pusing? " Yang di tanya hanya menggeleng pelan tanpa melihat sangat pembicara.

Johnny tidak tahan dengan suasana ini. Dia merasakan seperti tertekan dengan hawa di meja makan ini.

"Adek udah inget semua? Maafin kita ya. Adek boleh marah, tapi tolong jangan gini. Jangan diam tanpa suara yang terkesan mengacuhkan kita" Johnny membujuk haechan agar bersuara dan mengeluarkan apa yang dirasakannya sekarang.

"Ah.. Mengacuhkan ya?" Jawab haechan dengan nada dingin dan sedikit tersenyum sinis. "Bukankah kalian yang mengajarkan ku untuk mengacuhkan orang? " Lanjutnya.

Bunda hanya memandang lurus ke arah haechan dengan air mata di pelupuk matanya. Bahkan sebentar lagi air mata itu tumpah.

Saat seperti ini akan datang, waktu ketika haechan mengingat semua kebodohannya dulu.

"Haechan.. Maafin bunda" Cukup sudah, bunda tidak bisa menahan air matanya lagi. "Bunda tenang saja, haechan sudah memaafkan kalian dari awal" Haechan bangkit dari tempat duduk nya berjalan mendekat ke bunda dan memeluknya.

" Haechan kan memang harus selalu memaafkan apapun yang kalian lakukan"

Bagaikan tergores kertas, alih alih pisau yang membuat. Mati rasa . Tergores kertas bisa berkali-kali lipat perihnya.

Itu yg mungkin haechan rasakan sekarang. " Ayah, bunda, mas, abang. Haechan sudah memaafkan kalian jadi kalian tidak usah terus menerus meminta maaf. Tetapi 1 hal yang harus kalian tau, memaafkan itu mudah tapi menghilangkan kecewa itu tak mudah. Haechan sungguh kecewa dan maaf sampai saat itu kecewa itu belum hilang"

Semua orang yang berada di ruangan itu terdiam mendengar semua yang diucapkan bungsu mereka.

//Flashback//

Pencarian dilanjut hingga 4 hari. Namun nampaknya semua usaha yang dilakukan tidak amembuahkan hasil. Laut seakan enggan melepaskan pelukannya dan tak mau melepaskan ara.

They Never Know | Haechan (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang