1

1.3K 88 3
                                    

🗿Masih banyak Typo. Tidak sesuai dengan KBBI. Ceritanya absurd. Anti mainstream. Masih banyak lagi kekurangan lainnya.
○○○○••••••••••••••••••••••○○○○
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
~ HAPPY READING~
"
"
PDFH
-
×
+

Hinata mendaratkan kakinya di atas tanah. setelah dia berhasil turun dari pagar mansionnya dengan menggunakan tangga.

"Pssst.. Hinata, cepat kesini" bisik Sai yang kini sedang bersembunyi balik semak-semak yang berada di seberang jalan.

Hinata berjalan perlahan-lahan ke arah Sai.

Kreeek!
[Suara ranting pohon kering yang tak sengaja Hinata injak]

"WOOII. BERHENTI DISANA!" Teriak salah satu penjaga mansion.

Mampus.

Hinata seketika membeku di tempat. Tas yang dia bawa terjatuh ke tanah.

Sai mengambil tas milik Hinata. "Bodoh banget." ucap Sai sambil menarik Hinata hingga masuk ke dalam mobilnya yang di parkirkan secara tersembunyi.

Sai melajukan mobilnya dengan sangatlah cepat. Di belakang sudah ada 7 mobil yang mengejar mereka.

Dengan hebatnya Sai menyetir ke arah gang-gang kecil yang memiliki banyak cabang.

"Hinata, ini kamu beneran jadi minggat dari rumah?" Tanya Sai sambil fokus menyetir mobilnya.

"Ya iyalah, ya kali seumur hidup aku di atur sama mereka mulu" ucap Hinata sambil memakan makanan ringan yang berada di dalam tas.

"Jadi kamu bakalan tinggal di villa aku?" Tanya Sai.

"Ya enggak lah. Masa aku tinggal di tempatmu lagi. Udah pasti bakalan ke lacak sama orang suruhan ayahku." Ucap Hinata.

Sai hampir saja kehilangan konsentrasi. Untung dia langsung tersadar. Dia tidak boleh tidak fokus ataupun melamun di saat genting seperti saat ini.

Mobil yang mengejarnya di belakang hanya tinggal tersisa 4 mobil.

•PDFH▪︎

Sai menggas full mobilnya lalu dia memarkirkan mobilnya tepat di bawah jembatan yang kebetulan air sungainya sedang surut.

Mereka menunggu selama 2 jam baru mereka merasa bisa bernafas dengan lega.

"Gila kau Sai, makin lihai aja kau bawa mobil" puji Hinata sambil tertawa.

Jantung Sai merasa menggila. Ya, Sai memiliki perasaan khusus untuk Hinata. Sai adalah tetangga sekaligus Sahabat Hinata dari kecil. Sai tahu Hinata hanya menganggapnya tak lebih dari seorang sahabat. Tapi dia tidak apa-apa selama Hinata nyaman berada disisinya.

"Iya dong. Aku juara balap nomer 1 Jepang" ucap Sai.

"Mimpi kau, ikutan balapan liar kemaren saja kau cuman dapat juara 2. Itupun nggak dapat apa-apa gara-gara bayar denda karena ketangkep sama polisi." ucap Hinata.

Hadiah di bagikan bertepatan dengan kedatangan polisi di tempat.

"Tapikan yang penting menang Hin, Juara 2 kan lumayan" ucap Sai tak mau kalah.

"Udahlah, gas langsung. aku mau makan ice cream. Aku sudah menghubungi Ino. Ayo gas ketempat biasa." Hinata.

"Oke siap, princess" ucap Sai sambil menyalakan mesin mobil.

Sudah biasa bagi Sai memanggil Hinata dengan panggilan seperti itu.

Sai melajukan mobilnya dengan kelajuan sedang. Mereka bersyukur akhirnya mereka dapat terbebas.

▪︎PDFH▪︎

Sai dan Hinata telah sampai di cafe tempat tongkrongan biasa mereka.

"Hai Hinata, Sai. Tumben kalian lama" ucap Ino yang duduk.

Hinata duduk di samping Ino. Sedangkan Sai duduk berhadapan dengan Hinata.

"Makasih ya Ino sudah di pesanin ice cream kesukaanku" Ucap Hinata.

"Siap bestie. Tapi jangan lupa bayar ya." Ucap Ino.

"Kok nggak di bayarin sih." Ucap Hinata.

"Kan kau lebih kaya dariku. Masa beli eskrim nggak bisa" ucap Ino.

Hinata berpura-pura dongkol. Hinata memakan eskrim vanilanya yang beporsi jumbo hingga habis.

"Jadi, ini belum di bayar semuanya kan?" Tanya Hinata.

"Belum, kenapa? Kau mau bayarin?" Tanya Ino.

"Mumpung aku lagi baik hati dan lagi banyak duit. Aku yang bayarin." Ucap Hinata lalu dia beranjak ke kasir.

Sai daritadi tidak memperhatikan obrolan Hinata dan Ino karena dia sedang memperhatikan segerombolan orang yang bertubuh kekar sedang berjalan ke arah cafe.

"Hinata ayo kabur!" Ucap Sai sambil menarik tangan Ino.

Sai terus menggengam tangan Ino tanpa memperhatikan siapa yang di tariknya.

Ino terus saja berteriak agar Sai melepaskannya. Akan Tetapi Sai tidak menyahut. Dia sepertinya sedang tuli dan bisu gara-gara panik.

Hinata kini kembali ke tempat duduknya. Tetapi di sana sudah kosong.

Brak!

Suara pintu cafe di buka. Oleh orang-orang kekar itu. Yang tak lain mereka adalah orang suruhan ayahnya.

"Shit, teman laknat. Awas ya kalian." Gumam Hinata sambil mengendap-endap berlari ke arah pintu belakang cafe.

Untung pemilik cafe ini mengenal Hinata. Jadi dia di maklumi. Jika, dia numpang lewat. Jika ada kerusakan maka, Hinata harus menggantinya.

Sebelum Hinata pergi dari cafe itu Hinata meninggalkan uang 10 juta di laci tersembunyi yang terletak dekat pintu belakang cafe. Laci itu hanya Hinata dan pemilik cafe saja yang tahu keberadaannya.

-TBC

Dont forget to clik star.

Jangan sungkan untuk berkomentar 🙂.

Banjarbaru,
29/5/22

•°10°• Pay Debt For Help [Sasuhina] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang