The True Color

22 3 0
                                    

Hi, peeps... Its been awhile, huh?

Anyway... Enjoy! ❤❤







"A-ALFA!!!"

Mata Feeya terbelalak ketika menyaksikan Alfa dengan kondisi tak berdaya dihadapannya.

Berlutut dihadapannya, Feeya meraih tangan Alfa yang kini sedingin es. Lumuran darah ditubuh Alfa kini berpindah ke tangan Feeya.

"Alfa... Liat gue Fa..." bisik Feeya panik. Tampaknya Feeya sudah tidak dapat membendung emosinya lagi. Air mata itu pun mengalir begitu saja di pipinya.

Dengan nyawa yang hampir diujung tanduk, Alfa mencoba membuka matanya. Ia bahkan masih sempat tersenyum tipis dihadapan Feeya.

"Feeya..." desisnya pelan.

Hati Feeya terasa dicekik, berdenyut perih seolah kehilangan dayanya. Lelaki ini... Lelaki ini bahkan masih tersenyum untuknya, bahkan pada kondisi terpuruknya sekalipun.

Lidah Feeya terasa kelu barang mengeluarkan sepatah katapun. Tangannya bergetar menggenggam tangan Alfa. Air mata tiada henti menari-nari di kelopak matanya.

"Feeya..." desis Alfa kembali, menarik nafasnya dalam-dalam ia menatap Feeya layu. "Maaf..."

Feeya menggeleng cepat, seakan mengerti akan maksud ucapan yang diutarakan.

"Tapi, setidaknya semesta masih memberikan gue kesempatan untuk bisa bertemu lo ... bahkan jika itu untuk terakhir kalinya..." ujar Alfa. Seakan menjadi kejutan, untuk pertama kalinya, air mata tampak mengalir dari pelupuk matanya.

Feeya kini menangis sesenggukan. Untuk beberapa bulan belakangan ini mereka telah lama saling diam. Berharap bahwa tali ikatan itu kembali menyatu lagi. Namun, nahas, mereka malah dipertemukan di situasi terburuk.

Nestapa yang kini dirasakan seakan telah memenuhi sanubari keduanya.
Waktu pun terus berjalan--sejalan dengan jam dinding yang berdetak diantara keheningan, seakan memecahkan kesunyian di malam hari yang tragis.

"Lo ... Lo harus ke rumah sakit sekarang, Fa." pinta Feeya.

Alfa menggelengkan kepalanya pelan, "Ga perlu, Fee. Gue masih bisa bertahan sebentar lagi.." sahutnya pelan.

Feeya tidak yakin untuk berapa lama lagi Alfa bisa bertahan. Dilihat dari kondisinya babak belur.

Tangan bergetar Feeya bergerak menangkup wajah Alfa, "Siapa? Siapa yang ngelakuin ini sama lo, Fa? Gimana bisa lo sampai begini, huh?" cecar Feeya. Sesenggukan.

Alfa menggelengkan kepalanya, dahi Feeya bertaut curiga.

"Jang-jangan bilang... B-Bayu?"

Alfa meraih tangan Feeya, menggenggamnya erat seraya memejamkan matanya.

"Tangan lo selalu hangat, sama kaya almarhumah bunda gue dulu." gumamnya mengenang.

Pada detik itu, Feeya mulai merasakan sesuatu didalam dirinya terbolak-balik.

Ada sesuatu pada lelaki ini yang tidak pernah ia telisik sebelumnya. Tentang siapa sebenarnya lelaki dihadapannya ini.

Alfa menatap langit-langit rumah seraya mengenang kembali sosok yang paling berharga dikehidupannya.

Alfa menghela nafasnya berat, "Bunda gue, malaikat baik yang sengaja diturunkan Tuhan untuk gue, dengan keji telah dihabisi oleh suaminya sendiri." Kenangnya pahit, yang mana sontak membuat Feeya terkejut bukan kepalang.

"Keparat yang tak lain adalah ayah gue sendiri itu sempat beradu argumen dengan bunda. Alasannya, Ayah gue yang pemabuk dan gila judi menjadi alasan utama bunda gue untuk meminta cerai darinya," sambungnya. "Setiap hari, bunda gue selalu mendapat perlakuan kejam darinya. Ayah gue selalu menyebut bunda gue dengan sebutan tidak baik, dipermalukan, hingga dipukuli habis-habisan hingga kakinya tidak dapat berjalan selama seminggu lamanya. Hal itu selalu terjadi berulang-ulang sepanjang hari." terangnya lagi, suara Alfa kini terdengar bergetar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Guy Who's On Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang