A Commotion

78 8 0
                                    


Dengan bersusah payah Feeya berusaha merangkak keluar dari dalam mobil. Lututnya yang terluka seakan menghambat dirinya untuk berjalan layaknya manusia seutuhnya. Feeya menggigit bibirnya sebal, tampaknya hal buruk ini akan berlangsung cukup lama, setidaknya ia butuh beberapa hari hingga kakinya benar-benar sembuh. Memikirkan bagaimana ia harus bersekolah besok membuatnya tambah frustasi. Belum lagi ia harus menghadapi hujaman pertanyaan dari kedua orang tuanya ketika anak semata wayangnya ini ditemukan dengan luka seperti ini. Membayangkannya membuat Feeya menghela nafas pasrah, tampaknya ia harus berbohong lagi pada orang tuanya.

"Nolla, makasih yah lo udah bersedia nganterin gue pulang." Ujar Feeya berterima kasih. 

Nasib baik kali ini Feeya diantar oleh Nolla hingga sampai kerumahnya. Jika tidak, entah apa yang akan terjadi selanjutnya pada diri Feeya. Apalagi, jika kedua orang tuanya tahu bahwa Feeya pergi dari rumah tanpa sempat mengunci pintu, bisa-bisa ia akan di sidang dan mendapat hukuman tidak diperbolehkan pergi selepas pulang sekolah. Oleh karenanya, Feeya memohon kepada Nolla agar diantar pulang secepatnya sebelum kedua orang tua Feeya sampai dirumah lebih dulu. Awalnya Nolla menolak karena dirinya terlalu malas dan memilih agar orang tua Feeya langsung yang menjemput Feeya kerumah Alven. Namun, karena Feeya bersikeras hingga meminta Alven sendiri yang mengantarnya pulang, akhirnya mau tak mau Nolla mengalah dan meminta Alven untuk meminjamkan mobilnya saja agar Nolla yang nantinya akan mengantar Feeya pulang.

Nolla menghela nafas jengah, "Iya, lain kali kalo mau berpergian itu liat-liat dulu, jangan asal pergi aja!" ujar Nolla memperingatkan.

Feeya merasa bersalah, "Iya iya, maaf."

"Yaudah, sana gih masuk, keburu nyokap bokap lu pulang." Ujar Nolla.

Feeya menoleh kebelakang, melihat rumahnya yang masih gelap gulita membuatnya sedikit bernafas lega, ini berarti kedua orang tuanya dipastikan belum sampai dirumah, "Iya deh, kalo gitu gue duluan yah," ujar Feeya berpamitan. "Hati-hati yah! Titip salam dan terima kasih gue ke Alven." Sambung Feeya yang kemudian diikuti anggukan kecil oleh Nolla. Melambaikan tangannya kepada Nolla, Feeya lalu melenggang masuk kedalam rumah. Tak lama setelah Feeya berada didalam rumah untuk menghidupkan lampu disetiap ruangan dirumahnya, ia pun mendengar suara mobil yang perlahan menjauh dari perkarangan rumahnya. Ternyata itu Nolla yang barusan pergi.

Setelah berbenah diri, Feeya lalu membaringkan tubuhnya dikasur empuk miliknya. Jam dinding menunjukkan pukul 21.15 WIB. Perlahan ia memejamkan matanya, mengenang setiap detik peristiwa yang ia alami hari ini. Mulai dari pertengakaran dirinya dengan Alfa, berlari-larian tidak jelas karena mengira Nolla adalah seorang psikopat jahat yang akan menyakitinya hingga membuatnya terjatuh dan penuh luka, hingga permintaan maafnya kepada Nolla karena telah bodoh menyatakan cintanya pada lelaki berparas tampan itu. Mengingat hal itu membuatnya bangkit dan duduk menatap kedua lututnya yang terbalut perban berwarna putih itu. Tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja, rasa cintanya yang begitu besar terhadap Nolla membuat dirinya tampak lemah, hingga ia terpaksa menyerah pada dirinya sendiri. Berharap suatu saat ia akan mendapatkan kebahagiaannya sendiri tanpa harus memberikan beban terhadap orang lain. Menemukan seseorang yang dapat menyukai dirinya tulus tanpa adanya paksaan. Berharap bahwa orang itu adalah Nolla? Apakah mungkin?

Feeya yang selama ini dikenal sebagai gadis periang dan ceria, ternyata hanyalah sebuah kedok untuk menutupi segala kesedihannya selama ini. Menemukan fakta bahwa ia diam-diam selalu menangis sendiri ditengah kesunyian malam adalah hal yang tak dapat orang lain percayai, bahkan bagi kedua orang tuanya. Ya, Feeya selalu pandai menutupi perasaannya, menyimpannya hingga menjadi rahasia yang hanya diketahui oleh dirinya dan Tuhan saja. Hingga orang lain tak dapat mempunyai cela mengetahui tentang siapa dirinya sebenarnya. Bahwa sesungguhnya dibalik senyuman bahagianya, ia tetap hanyalah seorang gadis remaja yang lemah.

The Guy Who's On Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang