Psychopath?

69 9 0
                                    

Apa didalamnya ada pisaunya, yah?, batin Feeya cemas.

Feeya menelan salivanya takut, ia berpikir bagaimana jika pisau itu sengaja dipersiapkan untuknya. Untuk menyakiti dirinya, tentunya. Sang lelaki yang dipikir Feeya seorang psikopat tersebut tampak berjalan perlahan kearahnya. Feeya memundurkan langkahnya siaga, perlahan berbalik, lalu berlari sekencang mungkin menjauh dari lelaki tersebut.

Gue ngga mau mati! Gue ngga mau mati! Gue ngga mau mati!, Kata-kata itulah yang terbenak dipikiran Feeya. Ya, ia sedang dilanda kepanikan yang sangat dahsyat saat ini. Air mata yang sedari tadi ia bendung kini sudah tak tertahankan lagi dan berakhir membanjiri pipinya, membuat segala pandangan dihadapannya mengabur dan menghalangi penglihatannya. Kejadian ini bagaikan adegan film horror yang sering Feeya tonton. Langit maghrib yang mendung seakan menjadi langit malam yang mengerikan baginya, dimana ia harus berjuang mempertahankan hidupnya dari seorang psikopat yang ingin membunuhnya. Ia bahkan tak tahu kemana ia berlari, yang ia tahu hanyalah bahwa ia sedang berada di sebuah gang yang entah dia saja pun tak tahu apa namanya dan dimana. Hingga, sebuah insiden terjadi, kaki Feeya tak sengaja tersandung retakan aspal jalanan hingga mengakibatkan dirinya terjatuh lumayan keras.

"Aaakhh...", ringisnya kesakitan. Beberapa detik kemudian Feeya merasakan bahwa lututnya berdarah dan terdapat luka memar yang lumayan besar. Dengan sekuat tenaga ia menahan rasa sakit dan memaksakan dirinya untuk terus berlari menjauh. Tak ada waktu lagi baginya untuk mengecek kondisi dirinya saat ini. Apalagi jika seseorang masih terdengar tengah mengejarnya sekarang. Psikopat itu tak boleh mendapatkan dirinya, ia harus segera kabur dari sini. Dengan tertatih-tatih ia berjalan demi menjauh dari lelaki itu. Namun, tiba-tiba seseorang berhasil meraih lengannya. Nafas Feeya tercekat, jantungnya terasa berhenti seketika. Ya Tuhan, ini pasti cowok itu, batin Feeya lemas. Lutut Feeya seakan tak mampu lagi menopang tubuhnya saking takutnya. Ia berakhir terduduk lemas dijalanan seraya memeluk dirinya ketakutan.

"Tolong jangan sakiti saya!", Ujar Feeya memohon seraya menangis sesenggukan.

"Fee, ini gue!"

Deg!

Feeya seketika terdiam, lalu mendongak kearah sumber suara itu berasal. Matanya masih sedikit mengabur untuk melihat sosok lelaki dihadapannya, ditambah lagi karena lelaki itu kini berdiri membelakangi lampu jalanan yang membuatnya tambah kesulitan mengenalinya. Hingga perlahan akhirnya ia dapat melihat jelas siapa lelaki itu.

"N-Nolla?" ujar Feeya tak percaya.

Nolla menghela nafasnya sebal, "Lo kenapa lari, sih? Gue pikir lo kenapa-kanapa makanya gue kejar."

Feeya terbelalak menunjuk Nolla tak percaya, "Ja-jadi yang tadi itu ... gu-gue ... lari dari ... elo?" ujarnya terbata.

Nolla mengernyitkan dahinya bingung atas apa yang dikatakan Feeya yang baginya terdengar aneh, "Lo bicara apaan, sih, Fee?" tanya Nolla heran.

Merasa malu atas apa yang sebenarnya terjadi, membuat Feeya menepuk-nepuk jidatnya seraya merutuki dirinya yang bodoh. Bagaimana bisa ia berpikiran begitu jauh hingga mengira bahwa lelaki asing berhoodie yang nyatanya adalah Nolla adalah seorang psikopat? Jika begini jadinya, bukankah ia hanya akan merugikan dirinya sendiri? Dan lihat, karena itu ia berakhir penuh luka seperti ini.

Oh Gusti, aku kok bego banget, sih.

"Um, anu ... ngga ada apa-apa kok hehe, lupain aja." Feeya hendak bangkit, namun ia merasakan rasa sakit yang luar biasa pada lututnya. "Aaww!" ringisnya pelan. Kakinya tak mampu menopang tubuhnya hingga membuatnya terjatuh ditanah.

Melihat Feeya yang terkulai jatuh, membuat Nolla berjongkok memeriksa kondisi Feeya, "Kaki lo kenapa? Kok bisa begini?" tanya Nolla setelah melihat lutut Feeya yang berdarah.

The Guy Who's On Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang