He's Back!

119 12 0
                                    

Di tengah suasana kelas yang ribut, matanya menatap tajam kearah kertas ulangan yang sedang ia pegang. Gemerutuk giginya kini seperti siap untuk memakan apapun yang ada dihadapannya. Sementara tangannya tak ada henti-hentinya memijit pelipisnya yang terasa pusing.

"Gimana? Puas kaga lo dengan hasil ulangan lo?" Tanya Devina yang sekaligus sahabatnya sejak memasuki SMA. Devina menopang pipinya dengan tangannya di atas meja sambil menaikkan kedua alisnya pada Feeya.

Feeya menyampakkan kertas ulangannya ke atas meja frustasi "Ga habis pikir gue, masa dari pertama kali kita ulangan, nilai gue kok gini-gini terus? Dendam kali tuh guru sama gue ya? begini amat sama gue"

Devina terkekeh, entah kenapa ia selalu lucu ketika melihat temannya ini marah "Eh, yang salah tuh bukan gurunya kali. Elu nya aja yang kaga pernah belajar pas pelajaran Matematika, huuu" Devina kali ini mengacak rambut Feeya gemas.

Feeya mengusap wajahnya sebal "Mau gimana lagi coba? Setiap tuh guru ngejelasin, ucapannya sama otak gue itu kaga pernah konek tau ga" terang Feeya. Banyak hal yang ada di dunia ini yang paling ia tidak sukai, terutama pelajaran Matematika. Terkadang ia sampai merutuki siapa orang menciptakan ilmu pasti ini.

Devina menggeleng, bukannya apa, terkadang ia kasihan melihat temannya ini. Setiap ulangan ataupun ujian, nilainya selalu di bawah rata-rata siswa yang ada di kelasnya. Meskipun berusaha bagaimanapun tetap saja dia masih menjadi yang terendah di banding teman-temannya yang lain.

Mungkin dia dikutuk.

"Buruan gih cari guru privat, tapi sebelum itu... lo harus temuin bu Siska dulu, minta remedial buat ulangan kemarin, entar nilai rapot bulanan lo ancur lagi. Lo mau?" Saran Devina.

Feeya menghela nafas pasrah, entah kenapa bebannya semakin berat dari hari ke hari. Yah namanya juga hidup. Mau ga mau harus dijalanin. "Iya deh, nanti gue coba nemuin bu Siska di kantor-eh lo udah sarapan belum? Kita bolos cari makanan yuk di kantin?" Ajak Feeya.

"Kebiasaan lo bolos pelajaran emang ga pernah berubah tau ga"

****

Bel istirahat berbunyi, yang mana disambut bahagia oleh semua murid di masing-masing kelas, termasuk Feeya. Setelah menahan lapar dari jam pelajaran pertama karena Devina yang diajak tidak jadi mau bolos akhirnya dengan terpaksa Feeya mengikutinya. Mangkok berisi bakso dan tetek bengeknya berhasil lenyap seketika dilahap oleh Feeya. Devina yang melihat Feeya sedari tadi hanya bisa menelan ludah seraya menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

Heran mengapa sahabatnya ini begitu rakus saat makan.

"Ga makan setahun lo? Begitu amat makannya" celetuk Devina saat melihat Feeya tengah menegak habis kuah bakso pesanannya.

Feeya mengelap mulutnya dengan tissue, lalu tersenyum ceria "Kenyang banget gue, Dev" ujarnya. "Makan pas lagi lapar enak banget yak?" Kali ini ia meneguk air mineral kemasan botol disebelahnya.

Devina menghela nafas malas "Lapar sih lapar, tapi liat kondisi juga kale, ga liat apa lo sedari tadi diliatin mulu sama orang karena lo makan kaya orang kesurupan?" Ujar Devina sembari menyangga dagunya menggunakan tangan kanannya di meja.

Feeya bersendawa kecil "Bodo amat, yang penting gue senang... dan gue kenyang!" sahut Feeya cuek. Dia memang ga pernah peduli dengan apa yang dilakukan orang lain, selagi dia tidak pernah ikut campur dalam urusan orang lain, baginya itu sudah cukup.

Devina berdecak seraya tersenyum kecil kearah Feeya "Gue jadi penasaran, gimana orang yang suatu saat nanti bakalan jadi pacar lo, Fee. Apa dia sama ya kaya lo?" Desis Devina antusias.

Feeya melirik Devina, lalu meresponnya dengan senyuman kecil "Mungkin tidak"

****

The Guy Who's On Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang