---
The Days I Feel in LoveBagian 1
"What's with this f*cking guy"---
Perkenalkan, Off Fucking Jumpol. Yaa... itu bukan nama tengah aslinya. Dia lebih tua dariku, dan tidak bersekolah karena... entahlah. Aku tidak tahu dan tidak mau tahu. Dia bekerja di toko kelontong milik ayahnya. Semua orang di Lawrenceville mengenal Off dan hampir semua pernah berbelanja di toko kelontongnya. Kami tidak punya banyak pilihan tempat buat berbelanja, saking sempitnya kota Lawrenceville.
Warga kota berbenturan tukar sapa setiap hari. Rasanya kami bisa hafal setiap nama keluarga warga kota, dan karena itu juga siapa yang tidak mengenal Off si makhluk kasat mata yang paling mudah dikenali dari gaya eksentriknya? Rambut keriting, sering mengenakan model celana ketinggalan jaman; jeans cutbray (ketat di bagian atas, longgar di bagian bawah), kemeja Hawaii belel dan... seringkali jalan-jalan tanpa sendal di atas aspal. Dia kasat mata karena anak-anak sebayaku tak mau berurusan dengannya. Kami akan berpura-pura tidak melihatnya, tapi itu jauh berbeda dengan para orang tua di Lawrenceville.
Begini, Off lebih tua dariku, tapi tidak cukup tua buat dikategorikan bapak-bapak. Hal anehnya, dia populer di kalangan para jompo yang suka berjalan-jalan lewat depan toko kelontongnya (gara-gara ini, dia sering diejek si Jompo, plesetan nama aslinya). Bahkan ibuku pernah bercerita yang kedengarannya dia menyukai Off. Ini terasa seperti... Off punya daya tarik di mata para orang tua. Gaya bicaranya pun seperti orang tua. Kalau ada lelucon lucu, dia bakal berkata "hahaha ngakak abieezz..." Cringe. Makanya anak-anak sebayaku tidak suka bergaul dengannya.
Itu belum apa-apa.
Kadang aku berpikir, alam semesta berkonspirasi dalam menebar ketidakadilan. Maksudku, lihatlah kota ini. Begitu kecil dan sesak. Tiap warga kota dipaksa berpapasan dengan orang yang tidak mau mereka temui. Dipaksa saling kenal satu sama lain. Dipaksa saling bertingkah ramah, saling bertingkah menyukai satu sama lain, dan dipaksa sering berpapasan dengan Off Fucking Jumpol.
Pada suatu hari, aku yakin itu salah satu hari sialku, saat hendak pulang, aku diikuti Mild dan para dayangnya. Hanya dengan melihat sosok mereka saja aku tahu sesuatu tak mengenakan pasti akan terjadi. Aku tahu, Mild tidak suka atas apa yang kulakukan di hari lalu ketika dia mimisan.
Di sekolah tadi, dia berkata kepadaku, "waktu kemarin, kamu ngetawain aku, ya?" dan karena aku tidak mau meladeninya, aku pergi. Barangkali, tindakan itu di matanya seperti mengacungkan bendera perang. Mungkin dia berpikir tingkahku itu seolah-olah menyiratkan: "sialan, kamu itu gak selevel denganku. Aku gak mau bicara sama kamu. Pergi sana!" Makanya dia mendatangiku sekarang sambil membawa antek-antek buat menyeretku ke rencana buruk.
Aku sudah menelan ludah bagai ritual persiapan sebelum diporakporandakan. Ludah yang kutelan karena gugup. Aku masih punya pikiran buat menyelamatkan diri, tapi walau aku lari kencang kabur dari mereka, aku tahu mereka bakal selalu temukan jalan buat mendorongku jatuh berguling-guling ke rencana mereka sampai babak belur. Nanti ketika kami berkumpul bersama Tay, Mild bakal memelototiku supaya aku mengarang cerita: "Oh, ini aku jatuh. Aku sangat ceroboh sampai terluka begini." dan Mild merespon, "mungkin kamu harus periksa matamu? Jatuhmu itu terlihat sangat parah..." kemudian kami tertawa sebelum ku remas otaknya sampai dia meringkih kesakitan lalu keluar darah dari hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day I Feel in Love ( OffGun )
FanfictionGun murid biasa yang jatuh hati kepada sahabat sendiri, Tay Tawan, tapi yang menyukai Gun justru Off si anak aneh se-kota Lawrenceville, dan Gun memiliki satu hal super rahasia yang membuat hidupnya kacau balau. SEASON 2 IS UP! Acknowledgement: Bany...