Stand with You

74 15 1
                                    








Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Aku mengikat kuat-kuat selendang milik Pim yang aku pinjam tanpa izin. Bahannya licin tergelincir di rambutku yang lurus. Aku berulang kali mengikat ulang, memastikan tak satupun dapat melihat rambutku. Kepalaku harus dibungkus rapi---sebenarnya aku juga suka dengan fesyen tudung kepala. Walau kilaunya bisa aku redam, kepalaku masih menunduk dalam tak bisa menahan malu. Barangkali mestinya aku juga menutupi wajah dengan masker. Mukaku panas masih bisa merasakan kenyal bibir Jumpol merayap-rayap di bibirku. Perutku mengerut, sesuatu memenuhinya. Seperti ada kupu-kupu menari.

Aku tidak yakin, apakah selepas ini aku bisa berbicara normal dengan Off Jumpol.

"Jadi, kekuatanmu itu apa?" akhirnya Off berkata. Ranting di tangannya diayun-ayun pelan. Kami duduk bersebelahan, tapi rasanya seperti aku duduk di pangkuannya. Begitu dekat jarak kami, sampai aku bisa rasakan hangat kulit di balik kaus tipisnya. Padahal sekarang sudah memasuki musim gugur. Udara mulai dingin.

Pohon-pohon pinus menjulang tinggi menghalangi matahari. Bebek berenang di danau yang tenang. Nyanyiannya menggema diikuti anak-anak bebek. Katak-katak bercakap di tempat-tempat samar dari mata, terserupakan rerumputan basah.

Aku masih belum menjawab. Aku ingin menjadi daun kering saja, yang jatuh ringan di hamparan rumput basah, menanti hari sampai aku membusuk dan dimakan tumbuhan lalu mekar menjadi dandelion dan dafodil. Dan aku tidak perlu bertanggung jawab atas adanya kehadiranku.

"Gak apa-apa kalau mau dirahasiakan. Tapi aku harap, kalau terjadi sesuatu yang berbahaya, kamu kasih tahu aku. Yaaa... kita kan teman." Off mengangkat bahu acuh. Ranting itu dipatuk-patukan ke tanah bagaikan membuang rasa sedih ke sana.

"...mimisan..." jawabku ragu-ragu. Rasa takut bergumul di ujung jemariku, merayap cepat sampai aku mencengkram kuat-kuat ujung kaos.

Off berputar ke arahku dengan kerut di wajah, atau ya begitu kira-kira. Aku tak berani menatap wajahnya.

"Aku bisa bikin orang mimisan." Aku berterus terang. Suaraku gemetaran.

"W-wow..."

Aku tidak tahu raut seperti apa yang Off buat, tapi suaranya gagap. Dia pasti takut. Dia pasti pikir aku ini jahat. Dia pasti takut padaku. Aku ini monster.

"Kalau gitu... kenapa bisa kamu di bully?"

"Ha?"

"Kalau ada yang bully kamu, buat aja mereka mimisan sampai pingsan!"

The Day I Feel in Love ( OffGun )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang