6. The Past (2)

400 54 1
                                    

Karina Putria, gadis kelas sebelah yang mampu membuat Jendra bertekuk lutut karena senyum manisnya. Sejak masa orientasi sekolah, Jendra memang sudah tertarik dengan sosok Karina yang selalu ceria dan ramah. Setelah tahu bahwa Karina adalah tetangga sebelah rumah Juan, saudara sepupunya, Jendra semakin bersemangat untuk bisa lebih dekat dengan gadis itu. Juan lah yang menjadi korbannya hingga remaja itu malas jika Jendra datang ke rumahnya hanya untuk membantunya mendekati Karina.

"Ju, temenin gue ke rumah Karina, yuk. Lo nganggur, kan?"

Juan memutar matanya malas mendengar permintaan Jendra. Bagaimana tidak, di akhir minggu yang seharusnya Juan menenangkan pikiran dengan menekuni hobinya, Jendra justru datang dan merengek meminta sesuatu yang menurutnya tidak penting.

"Kenapa harus sama gue, sih? Kan lo bisa ke sana sendiri. Tinggal melangkah doang," ujar Juan tanpa mengalihkan perhatiannya dari kamera yang sejak tadi diutak-atik.

Juan tidak begitu saja menuruti keinginan Jendra. Sepupunya itu sudah banyak ia bantu agar bisa lebih dekat kepada Nana. Tapi nasib Jendra saja yang jelek. Karina sama sekali tidak tertarik dengan pendekatan Jendra hingga membuatnya semakin frustrasi.

"Tapi kan Karina masih nyuekin gue. Mana berani gue ke sana sendirian. Ayo, dong, J ...."

"Ya usahalah ... coba kasih apa gitu. Jadi orang kok nggak kreatif."

Lama-lama rengekan Jendra membuat Juan kesal juga. Ia pun akhirnya bangkit dari posisi duduknya, meletakkan kamera berharganya du meja, lantas melangkahkan kaki keluar kamar dengan diikuti Jendra dengan semua rengekan dan bujukannya. Namun, langkah keduanya terhenti tepat di anak tangga paling bawah saat melihat sosok Karina tengah mengobrol dengan bunda Juan di ruang keluarga.

Jendra dan Juan terpaku mendengar suara tawa Karina yang begitu renyah memenuhi ruang keluarga. Gadis itu terlihat begitu bersinar dengan kulit putih dan rambut hitam panjang yang dikuncir kuda.

"Eh, Juan, Jendra. Ngapain kalian berdiri di situ?" Suara lembut bunda Juan menyadarkan lamunan kedua bujang yang memang sedari tadi hanya berdiri mematung.

Juan yang pertama kali sadar karena teguran sang bunda, langsung berjalan mendekat dan duduk di sofa, tepat di samping bundanya.

"Tumben Nana datang pagi-pagi," ujar Juan santai sambil menatap gadis yang menjabat sebagai tetangga sebelah rumahnya itu.

"Itu, loh, Nana bawa cheesecake kesukaan kamu sama adek." Bunda Lia menjawab ucapan Juan seraya menunjuk kardus yang diyakini berisi cheesecake.

Karina tersenyum kepada Juan. "Hari ini Nana dan Ibu lagi mencoba resep baru dan kebetulan ada pesanan. Jadi sekalian buat cheesecake karena Ibu ingat kamu dan Ji yang bucin banget."

Bunda Lia kembali tertawa mendengar ucapan Nana. "Bilang sama ibumu. Lain kali nggak perlu repot-repot. Ntar Juan sama Jibran keenakan dapat cheesecake gratis terus."

"Ibu sama Nana nggak masalah, kok, Bun. Malah Ibu seneng banget Juju sama Ji bucin banget sama cheesecake sederhana buatannya."

Bunda Lia, Juan, dan Nana terlarut dalam obrolan hingga melupakan sosok Jendra yang masih berdiri mematung, menyaksikan keakraban itu. Tanpa disadari, Jendra mengepalkan kedua tangannya. Entah mengapa, ia tidak menyukai pemandangan di hadapannya itu. Melihat Juan begitu akrab dengan Nana membuat Jendra cemburu. Ia merasa terkhianati setelah Juan menampik tebakan Jendra. Orang bodoh saja tahu jika tatapan yang diberikan Juan kepada Nana adalah cinta. Kenapa sepupunya itu mengelak dari perasaannya sendiri?

Dear Nana : Stuck on You (Akan Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang