16. Deep Talk with Jendra

507 55 20
                                    

Sembari nunggu proyek baru spesial tahun ini, baca dulu kisah Nana, yuk.
Ramaikan vote dan komentar, ya.
Jangan lupa follow biar tidak ketinggalan info.







Sejak keluar dari rumah Juan, tidak ada pembicaraan antara Nana dan Jendra. Meski begitu, Nana bisa melihat kemarahan dari suaminya itu. Rahang Jendra mengeras dengan mata yang berkilat tajam meski tak satu kata pun terucap dari mulutnya.

Nana tersentak terkejut saat Jendra membanting pintu mobil. Tanpa berkata-kata, Jendra meninggalkan Nana begitu saja dan memasuki rumah terlebih dahulu. Wanita bersurai hitam itu menghela napas panjang. Nana ingin menetapkan hati sejenak sebelum beranjak  memasuki rumah.

Terdengar suara pecahan benda dari dalam rumah. Nana pun bergegas beranjak dari dalam mobil, berjalan cepat memasuki rumah.

Betapa terkejutnya Nana, saat melihat ruang tengah sudah seperti kapal pecah. Banyak barang berserakan. Bahkan beberapa vas bunga kesayangannya hanya tersisa puing-puing.

"Ada apa, Mas?" Nana hendak mendekat kepada suaminya, tetapi suara teriakan suaminya itu menghentikannya.

"Diam di sana!" ujar Jendra dengan suara baritonnya yang tegas. "Jangan mendekat atau kamu akan terluka!"

Jendra terlihat berantakan dengan rambut acak-acakan dan kemeja yang sepenuhnya kusut. Jujur saja, Nana merasa sedih melihat suaminya seperti itu. Selama menikah dengan Nana, Jendra tidak pernah bertindak seemosional itu. Meski sangat keras kepala dan tidak mau kalah, selama ini Jendra tidak pernah kelepasan sampai seperti ini.

"Mas...."

"Diam di sana, Na. Kamu akan terluka jika mendekat."

Nana tersenyum meski matanya telah memerah karena marah. Ia paham maksud suaminya itu. Nana tidak diizinkan mendekat karena di sekitar Jendra ada banyak pecahan kaca. Suaminya itu tidak ingin Nana terluka karena pecahan vas.

Mengabaikan larangan Jendra, Nana mendekati suaminya itu dengan hati-hati. Setelah berada dalam jangkauannya, Nana merengkuh Jendra ke dalam pelukannya.

"Maafin Nana, Mas," ujar Nana parau. "Nana ngaku salah."

"Kenapa kamu begitu jahat, Na? Kenapa?"

"Maafin Nana."

"Juan mencintaimu, sejak dulu. Kenapa kamu nggak peka? Dia ingin ngehancurin rumah tangga kita. Juan ingin ngerebut kamu dariku."

"Maafin Nana, Mas." Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Nana. Ia sudah tidak berani berucap lagi.

"Kamu harus tahu kalau aku sangat mencintaimu, Na. Jangan pergi dariku... please, jangan tinggalkan aku."

Nana melepaskan pelukannya, lantas menggeleng ribut di hadapan Jendra. "Aku nggak akan ke mana-mana, Mas," ujar Nana meyakinkan. "Bukankah kita sudah berjanji di hadapan Tuhan untuk selalu bersama, saling setia, menerima semua kelebihan dan kekurangan satu sama lain? Kenapa Mas memiliki pikiran sempit seperti itu?"

Jendra merengkuh Nana ke dalam pelukannya. Jujur saja, kehadiran Juan membuatnya takut. Jendra takut belum bisa membahagiakan Nana seperti yang dulu dijanjikannya kepada Juan sebelum ia mempersunting wanita itu. Ia sangat takut kehilangan Nana, wanita yang sanggup menjungkir balikkan dunianya.

"Janji nggak ninggalin Mas."

Nana tersenyum di dalam pelukan Jendra. Meski terlihat keras di luar, hati suami Nana itu sangat rapuh. "Nana janji nggak akan ninggalin Mas Jendra. Meski semua orang meminta Nana pergi, Nana akan tetap bertahan sampai Mas Jendra sendiri yang menyuruh Nana pergi."

Jendra mengeratkan pelukannya. "I love you, Na."

"I love you too, Mas."

***

Dear Nana : Stuck on You (Akan Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang