Tanpa merasa malu dan risi, jemari Jendra dan Giselle saling beetatut satu sama lain. Senyum semringah tampak dari raut keduanya. Siapa pun yang melihatnya pasti tahu jika ada hubungan spesial di antara dua insan itu.
Jendra memasuki ruang santai yang memang disiapkan untuk para petinggi perusahaan jika ingin melepaskan diri sejenak dari penatnya pekerjaan bersama Giselle. Pria bermata sipit itu langsung meraup bibir merah muda Giselle dengan bibirnya. Nafsu mendominasinya. Sejak kehadiran Giselle, Jendra selalu memikirkan wanita itu, berfantasi tentangnya. Ia merasa hidupnya kembali bergairah.
Giselle mendorong tubuh kekar Jendra karena merasa sudah kewalahan dan kehabisan napas. Wanita itu menatap Jendra dengan penuh kekaguman dan cinta. Tangan kanannya terangkat dan perlahan membelai wajah pria di hadapannya.
"Meski sudah melakukannya ratusan kali, tetap saja aku terpesona dengan wajahmu," ucap Giselle lirih tanpa mengalihkan tatapan kagumnya. "Jika saat itu aku bertahan dan menetap, mungkin sekarang kita sudah menjadi pasangan bahagia."
Mata Giselle memerah. Bulir air mata itu jatuh begitu saja dari kedua manik hitamnya. "Aku mencintaimu, Jen. Dari dulu hingga sekarang, rasa itu tak pernah berubah. Aku menyesal karena dulu ninggalin kamu."
Giselle terisak pelan. Wanita itu sudah tak sanggup lagi menahan kesedihannya. Sejak kepindahannya ke US, Giselle merasa separuh jiwanya tertinggal di Indonesia. Ia tidak pernah menyangka jika perasaannya kepada Jendra akan sejauh ini.
Tanpa aba-aba, Jendra menarik Giselle ke dalam pelukannya. Tangannya mengusap kepala Giselle penuh sayang.
"Ssst, jangan menangis," ujar Jendra menenangkan. "Sekarang aku ada di sini. Bukankah kita sedang mencoba menebus waktu-waktu yang hilang dulu?"
Giselle mengangkat wajahnya, menatap Jendra dengan mata sembabnya. "Aku terlambat, Jen. Kamu telah termiliki. I want let you go, but I can't. Aku tak sanggup melihatmu bersamanya, Jen... Apa yang harus kulakukan?"
"Gi—"
"Bukankah Daddy sudah mengatakannya?" Giselle tiba-tiba bersemangat. Ia pun menghapus air mata yang tersisa di wajahnya. "Aku bersedia menjadi istri keduamu. Bagiku itu bukan masalah asal masih bisa bersamamu."
"Gi—"
"Ah, aku juga tidak mengajukan syarat apa pun." Giselle tampak terlalu antusias. "Kamu mau, kan, Jen? Aku tidak menginginkan pesta mewah. Yang kubutuhkan adalah selalu di sampingmu, setiap hari menikmati cinta yang akan kamu berikan. Kamu mau, kan?"
"Aku belum memutuskan, Gi."
Jawaban Jendra membuat bahu Giselle merosot. Raut wajahnya pun berubah sendu. Rasa kecewa jelas tampak di wajah sang wanita hingga membuat Jendra tak enak hati.
"Kenapa? Apa aku tak menarik lagi? Apakah hanya aku yang terlalu bahagia di sini, di antara kita berdua?"
"Bukan begitu, Gi...."
"Lalu apa?" Mata Giselle menajam, tetapi tetap tak bisa menyembunyikan raut sendunya. "Aku tidak keberatan jika tak ada ada lagi rasa cinta di hatimu. Aku hanya ingin bersamamu, Jen... memilikimu dengan bebas."
"Aku—"
"Tolong jangan menolakku, Jen. Please... aku bisa mati jika harus tanpamu lagi."
"Gi—"
"Jadikan aku yang kedua, Jen. Aku tidak akan mengganggumu dengan Karina." Giselle terlihat sangat serius. "Asal kamu tahu, aku hampir gila saat mendengar kabar pernikahanmu lima tahun lalu. Jika kamu menolakku kali ini, aku akan mati. Aku benar-benar akan mati, Jen."
Giselle kembali terisak. Kali ini suara tangisnya begitu memilukan hingga membuat hati Jendra terenyuh.
"Kenapa kamu jahat, Jen? Aku sudah memohon sampai seperti ini, kenapa kamu masih menolakku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Nana : Stuck on You (Akan Terbit)
RomanceCerita ini masuk daftar WattpadRomanceID bulan Maret 2023 kategori bittersweet of marriage. Blurb: Nana tidak pernah menyangka pernikahannya dengan Jendra yang sudah berjalan selama lima tahun harus mengalami guncangan sekeras ini. Keluarga Jendra y...