Who do you think you are?
Runnin' 'round leaving scars
Collecting your jar of hearts
Tearing love apartAngin berembus dari arah kanan mereka berdua yang sedang duduk di bangku taman, tepat di depan danau kecil yang airnya sudah berwarna hijau pekat layaknya cendol.
"Maaf."
Satu kata itu terus berulang-ulang dilontarkan oleh Awan, seorang laki-laki dengan tubuh dibalut jacket bomber warna navy.
"Mau sampe kapan ngomong maaf mulu, gue yang denger aja bosen," lirik Adira, perempuan yang duduk di bangku taman itu, persis di sebelah Awan. Tanpa menoleh sedikitpun.
"Ya gue minta maaf, gue ga tahu harus gimana, soalnya--"
"Soalnya cewek itu balik lagi ke lo, dan voilaaa lo masih cinta sama dia ternyata. Klise, Wan asal lo tahu," Adira memotong kalimat Awan.
"Kalo aja gue nggak jatuh cinta sama lo, pasti ga bakalan seribet ini. Masalahnya, dengan begonya gue percaya aja lagi sama lo, dan jatuh cinta sama lo. Kampret," Adira menambahkan sambil sesekali mengusap kasar air mata yang mengalir tanpa diduga sembari menatap nyalang Awan.
"Maaf."
"Sekali lagi lo bilang maaf, gue dorong lo ke danau!"
Adira sungguh kesal. Mengapa ia jadi ada di posisi sulit seperti ini?
"Gue ga tahu kalo dia tiba-tiba kesini. Dia nyamperin gue dan ngasih jawaban atas pertanyaan yang enam bulan lalu gue tanya ke dia."
"Dan lo dengan bodohnya nembak gue sebelum tahu jawaban dia. Ga perlu lo perjelas semua Awan, gue juga udah tahu arahnya mau kemana."
"Ya gue capek nunggu waktu itu, gue pikir dia ga akan nerima gue sampai kapanpun. Lagian respon dia waktu gue kasih perhatian juga flat aja."
"Terus sekarang nyatanya dia dateng, jawabannya nerima lo. Kesimpulannya gitu kan?"
Awan mengangguk pasrah. Mengetahui realita bahwa mantan gebetannya yang sempat ia tembak cinta, kini kembali kepadanya dan memberi jawaban 'ya' membuat Awan sungguh bingung. Sisi mencintai mantan gebetannya ternyata masih cukup berapi-api hingga sekarang. Tak terbunuh oleh waktu yang telah terlewati.
"Gue ternyata masih cinta sama dia. Selama ini gue nunggu dia, tanpa gue sadari. Tiap jalan sama lo, entah kenapa gue selalu bayangin kalo dia yang lagi jalan sama gue."
Adira semakin sakit hati. Awan justru tak punya hati.
"Miris banget betapa begonya gue sekarang, ya. Kalo aja bisa muter balik waktu, gue mending puter balik satu tahun yang lalu. Terus ngubah takdir biar ga usah ketemu dan kenal sama lo sekalian."
Adira ingin mengata-ngatai Awan dan menonjoknya kalau perlu. Tapi, Adira tidak mau mengotori ucapan dan perbuatannya demi satu cowok yang sangat amat tidak tau diri ini.
"Yaudahlah, mau gimana lagi. Lo lanjut aja sama dia. Toh, kalian sama-sama suka kan. Kita selesai aja. Anggep aja selama ini lo ga pernah kenal sama gue."
Awan bingung harus merespon apa selain,
"Tapi, kita masih bisa temenan kan, Dir?"Adira semakin naik pitam.
"Kurang jelas apa lagi ucapan gue tadi. Lo masih bisa tanya begitu? Lo pikir lo siapa, Wan?"
Adira melangkah pergi buru-buru, sebelum hilang kendali dan menjadikan Awan samsaknya. Nasib Adira tragis. Cinta pertamanya ternyata selesai sesakit dan sesingkat ini. Sialan.
You're gonna catch a cold
From the ice inside your soul
So don't come back for me
Who do you think you are?- E N D -