08. Saksi

1.7K 105 0
                                    

Ingin berjumpa lagi duduk berdua, bertukar cerita lalu pulang bersama.

***

Hari ini adalah hari Senin, hari di mana banyak umpatan kasar yang diberikan dari banyak siswa di seluruh Indonesia untuk hari Senin. Padahal, hari Senin itu tidak pernah berbuat salah, padahal dia cuma hari Emang dia bisa ngelakuin kesalahan sampai kalian segitu nggak sukanya sama hari Senin.

Sama halnya dengan siswa yang lain Zizi dan Zigar pun tidak menyukai hari Senin. Lihatlah bagaimana mereka berdua berjalan malas memasuki gerbang sekolah, padahal di samping Cia yang tersenyum lebar. "Kalian kenapa sih lemes banget? Kita harus semangat dong" ucap Cia kepada Zizi dan Zigar.

"Lo aja Ci, jangan ajak-ajak gue" ucap Zizi.

Mereka bertiga akhirnya memasuki kawasan sekolah, namun seperti ada yang aneh. Semua murid menatap mereka bertiga dengan pandangan yang tidak suka, bahkan ada yang terang-terangan berucap kasar kepada mereka bertiga sambil lewat di hadapan mereka. "Mereka semua kenapa sih?" tanya Cia pada Zizi. Dia merasa tak nyaman dengan pandangan tajam ke arahnya, apalagi terdengar bisik-bisik tak enak di telinganya.

"Udah, nggak usah dipeduliin mereka" ucap Zizi sambil menarik tangan Cia.

Mereka bertiga berjalan dengan santai di koridor meskipun banyak tatapan yang tak menyukai mereka. Mereka bingung mengapa semua orang yang ada di sekolah menatap tajam mereka bertiga.

"Pasti ada info yang gak beres" ucap Zizi pelan. Langsung saja Zizi mencari keberadaan mading, karena di sanalah info-info seputar sekolah diberikan. "Ci, kita cari mading" ucap Zizi, Cia langsung mengangguk paham dan mengikuti jalan Zizi dari belakang diikuti Zigar juga.

Mereka bertiga akhirnya sampai di depan mading. Mereka bertiga melihat ke arah Mading yang menampilkan sebuah foto yang sangat Zizi dan Cia kenal. Itu adalah foto mereka berdua dengan seorang gadis yang beberapa hari lalu ditemukan dengan banyak luka-luka di sekujur tubuhnya. Foto itu diambil ketika mereka berada di tangga sedang menggotong gadis tersebut. Terlihat di foto tersebut, wajah Dia terlihat panik dengan Zizi yang bibirnya seolah sedang berbicara. "Siapa yang fotoin ini Ci? Bukannya waktu itu sekolah sepi banget?" Tanya Zizi dengan cepat.

"Cia nggak tahu"

Di dalam mading tersebut terdapat sebuah artikel yang bertuliskan

Kabar sekolah hari ini

Sekolah kita sudah beberapa kali kehilangan banyak murid yang bunuh diri. Seperti halnya beberapa waktu lalu kita kehilangan teman kita yang diketahui sedang bunuh diri. Namun, sebelumnya kami belum menemui pelaku utama mengapa murid tersebut melakukan bunuh diri. Kami mencari tahu siapa pelaku sebenarnya yang membuat para murid beasiswa tersebut ingin bunuh diri. Dan akhirnya, pihak sekolah menemukan bukti kuat jika terdapat pembullyan hingga mengakibatkan bunuh diri. Ternyata pelaku utamanya adalah dua gadis yang ada di dalam foto tersebut. Alicia Tiffany (16 tahun) dan Azizah Putri (16 tahun) diketahui sedang menyeret salah satu murid yang sudah terluka parah. Diduga jika kedua murid tersebut melakukan pembullyan yang tanpa sengaja ketahuan oleh salah satu murid

"Anjir, siapa yang membuat berita kayak gini. Ini nggak seperti apa yang terjadi" ucap Zizi kesal.

"Zi, Ci, lo dipanggil ke ruang BK" ucap salah satu murid yang datang menghampiri mereka berdua kemudian langsung pergi tanpa mau menatap mereka berdua.

"Gue ikut" ucap zigar.

"Enggak, ini masalah kita berdua, Zigar nggak usah ikutan" Ucap Cia dengan datar.

Zizi menatap ke arah Cia. Perubahan wajah Cia terlalu cepat, bahkan saat ini Cia terlihat sangat marah. Zizi dapat melihat dari matanya Cia.

"Kita bisa ngatasin ini kok Gar, tenang aja" Ucap Zizi sambil memeluk pundak Zigar.

Zigar tersenyum "Gue percaya sama kalian"

***

Sean memarkirkan motornya di tempat biasa. Sean turun dari motornya dan mencabut kunci motor yang masih tercantum. Hari ini Sean datang lebih siang karena Sean bangun kesiangan, mana satu itu Sean telat 15 menit dari yang biasa Sean datang ke sekolah.

Dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya, Airpods yang terpasang di telinga nya. Sean seolah tak peduli lagi dengan bagaimana berisiknya keadaan sekolah saat ini.

Tanpa terasa, ternyata Sean sudah masuk ke dalam kelasnya. Sean dapat melihat saat ini kelasnya terlihat sangat ramai sekali. Bahkan suara orang orang dapat terdengar di telinga nya, samar samar Sean dapat mendengar nama Cia disebut.

"Yan, hari ini guru gak ngajar sampe istirahat pertama, upacara juga gak di laksanain buat hari ini" Ucap seorang pria yang duduk di meja paling depan kelas.

"Kenapa?" Tanya Sean.

"Lo gak liat mading sekolah?" Tanya pria itu.

Sean menggeleng sebagai jawaban "Sebentar, nih gue dapet dari grup info sekolah" Ucap pria itu.

Sean menatap ponsel milik pria itu, menatap tajam ponsel tersebut sambil membaca satu persatu kalimat yang ada di dalamnya. Sean mengerutkan alisnya ketika membaca informasi tersebut. Kenapa beritanya seperti ini?

"Ini benar?" Tanya Sean sambil menatap pria itu.

Pria itu mengangguk "Benerlah, ya kali grup info sekolah kasih berita hoax" Jawab pria itu.

"Terus gimana?" Tanya Sean lagi.

"Gimana apa? 2 cewek itu? Mereka sekarang lagi di panggil ke ruang BK buat di tanya kebenarannya meskipun ini udah bener bener terbukti kalo mereka yang lakuin" Jawab pria itu sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku seragam nya "Tumben Lo kepo EH SEAN LO MAU KEMANA?" Pria itu berteriak ketika dengan tiba tiba Sean berlari keluar kelas.

***

"Ini bukan salah kita, Bu" Zizi berulang kali mengucapkan kata itu, namun para guru sekolah tak percaya dengan ucapan Zizi.

Ruangan BK saat ini terlihat sangat sesak, apalagi banyak para guru yang ada di dalam ruangan. Menurut mereka, kasus ini adalah kasus terbesar dalam sejarah SMA cakrawala.

"Kalian gak punya bukti yang kuat kalo kalian itu bersalah. Kalian gak punya saksi sebagai bukti kuat. Kalian masih di bawah umur, jadi belum bisa untuk masuk ke penjara" Jelas salah seorang guru yang duduk di hadapan Cia dan Zizi.

Posisinya adalah Cia dan Zizi duduk tepat di hadapan guru BK yang hanya dibatasi meja kantor. Selebihnya, para guru yang ada di sana duduk di sofa yang di sediakan.

"Saya punya bukti dan saksi" Cia yang dari tadi diam kini membuka suara, dia tersenyum menyeringai. Zizi menatap ke arah Cia yang terlihat santai dengan senyum yang tidak pudar. Kenapa Cia seperti orang yang berbeda?

"Bisa tunjukan bukti dan juga seorang saksinya?" Tanya guru BK tersebut.

Cia tersenyum, kepalanya ia tengokkan kearah pintu, menatap pintu tersebut. Semuanya mengikuti arah pandang Cia yang mengarah ke pintu masuk BK.

Pintu terbuka, dan masuklah Sean tanpa mengetuk pintu tersebut.

"Kak Sean adalah saksi mata kami, visum yang akan keluar nantinya adalah bukti kami"

***

jangan lupa...

-Vote
-coment<3

She Stupid! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang