Semua manusia memang bisa kamu hibur hingga tertawa, tapi kamu harus ingat kalau kamu manusia yang butuh dihibur juga.
***
Zigar sendiri. Tak ada yang menemaninya. "Anjir Cia, gua beneran di tinggalin kayaknya" Zigar tak berhentinya mendumal karena keberadaan Cia yang tak kunjung kembali. Apa Cia tak kasihan dengan sahabat lucunya ini yang penakut malah ditinggalkan begitu saja. Sahabat macam apa kamu Cia.
"Anjir siapa itu" Mata Zigar menatap ke arah seorang gadis yang baru keluar dari perpustakaan pojok. Zigar merinding melihat gadis tersebut. Tadi. Tadi masuk ke dalam perpustakaan pojok, Zigar sama sekali tidak melihat ada murid, tapi kenapa ada 1 orang yang keluar dari perpustakaan tersebut?
Bulu kuduk Zigar seketika berdiri, tapi Zigar juga penasaran apakah gadis yang tadi lewat itu benar benar manusia atau bukan.
Zigar lantas mengambil penghapus kelas yang selalu ia bawa di tas nya. Disclaimer, Zigar itu sekretaris kelas, jadi wajar dia membawa penghapus kelas. Sebenarnya penghapus kelas itu masih baru dan masih di segel dengan plastik, jdi tidak kotor.
Zigar berjalan mendekat ke arah belakang gadis itu, ketika sudah sampai beberapa langkah dibelakang gadis itu, Zigar langsung melempar penghapus tersebut hingga mengenai kepala gadis itu. Suara pantulan antara kepala dan penghapus terdengar nyaring, membuat Zigar meringis mendengar nya "Anjir beneran manusia Ucap Zigar.
Saya hendak berbalik untuk kabur, ternyata gadis itu sudah lebih dulu menendang perut Zigar membuat sang empu yang di tendang langsung teriak kesakitan.
"Anjir Lo cewek atau jelmaan cewek sih, tendangan Lo sakit banget anjirr" ucap Zigar sambil memegang perutnya. Zigar terduduk di lantai dan menatap gadis itu. Tatapan gadis itu hanya tatapan remeh "Gue gak paham sama konsep yang ada di otak Lo sampai bisa bisa nya lempar penghapus ke kepala orang" Ucap gadis itu sambil memegang penghapus milik Zigar.
Zigar tersenyum tanpa dosa "Tadi gue kira Lo itu setan, ternyata beneran lebih dari setan" Celetuk Zigar dengan senyum tanpa dosa yang masih tercetak di bibirnya.
Gadis itu hendak memukul Zigar, namun berhenti ketika Zigar menghindar dengan cepat "Kalo ketemu lagi, gue bakal pastiin lo jadi bubur" Ucap gadis itu penuh ancaman.
"Bubur nya di kepang apa di tendang?" Tanya Zigar.
***
BRAKK
Pintu di dobrak dengan keras membuat suara dentuman terdengar. Pelaku utama yang mendobrak pintu tersebut adalah Sean. Nafasnya tersengal-sengal karena tadi berlari tanpa henti mengikuti Cia yang seperti tidak ada lelahnya. Bahkan saat ini Cia berlari masuk ke dalam kelas yang sudah ada di pojok gedung. Cia berjalan pelan, matanya terus menatap ke arah langit langit kelas. Sean yang melihat itu langsung memeluk Cia, menenangkan Cia yang sekarang terisak tangis ketika melihat ke arah langit langit kelas.
Disana, Arjuna tergantung dengan keadaan yang sudah tidak bernyawa lagi. Seperti hal nya orang yang ganteng diri, seperti itulah kira kira gambarannya.
"Maafin Cia, maafin Cia, maafin Cia" hanya itu yang terus keluar dari mulut Cia. Ini sangat sakit bagi Cia. Cia memang tidak mengenal siapa Arjuna, tapi Cia merasa bersalah karena telat menolong Arjuna.
"Ini bukan salah Lo, sekarang bantu gue turunin mayat Arjuna, pake plastik itu biar nanti gaada sidik jari Lo ada di tubuhnya"
Cia terdiam, masih belum merespon apapun karena pikirannya tiba tiba kosong. Sean berdecak kesal, di saat seperti ini bukan waktunya untuk menyalahi diri sendiri. Saat ini mereka harus cepat cepat menuju rumah sakit, tapi untuk apa? Sean menatap mayat Arjuna yang masih menggantung. Mayar itu tidak memiliki luka sama sekali. Sean paham, orang yang membunuh Arjuna tidak akan meninggalkan luka kembali karena kesalahan yang sebelumnya terjadi di Anjani. Mereka tidak akan meninggalkan luka karena mungkin kejadian Anjani membuat mereka lebih hati-hati. Tapi, mereka ini siapa?
Pertama-tama Sean mengambil plastik yang untung saja ada di pojok kelas. Sean naik ke meja agar tingginya sampai ke tali tersebut. Sean memotong tali tersebut menggunakan pisau lipat yang selalu ia bawa, ketika tali itu di potong, tubuh Arjuna langsung ambruk ke lantai. Sean dengan cepat mengangkat tubuh Arjuna yang sudah tidak bernyawa itu. "Sekarang Lo panggil Zigar, gue yakin dia masih nyari Lo. Gue bakal tunggu di lantai 1. Suruh Zigar kesini buat bantu gue gotong Arjuna"
Kesadaran Cia kini sudah pulih, Cia mengangguk lalu berlari mencari keberadaan Zigar. Tapi sebelum keluar dri kelas tersebut, Cia terlintas di otaknya untuk menelpon Zigar saja. Benar, disaat keadaan panik seperti ini otak pasti ngeblank.
Dengan cepat Cia langsung menelpon Zigar, namun panggilan itu terus memanggil. Hingga telpon tersebut akhirnya tersambung.
"Cia Lo dimana? Lo gak ninggalin gue kan?"
"Zigar cepet dateng ke gedung IPS kelas paling pojok, ini urgent"
"Ehh kenapa emangnya?"
"Udah cepetan dateng Zigar, kalo gak Dateng besok badan Zigar gak bakalan utuh lagi"
"Iya iya"
Cia menutup telpon tersebut lalu kembali menghampiri Sean "Cia udah telpon Zigar, dia bakalan kesini. Sementara kita berdua aja yang bawa Kak Arjuna ke lantai bawah biar gak makan waktu"
Sean mengangguk setuju. Mereka berdua akhir menggotong Arjuna. Cia mengangkat bagian kaki Arjuna, dan Sean mengangkat tangan Arjuna lebih tepatnya Sena mengapit jari nya di belakang ketika Arjuna agar mudah untuk diangkat.
"Kenapa sekolah sepi banget? Dimana guru guru?" Tanya Sean sambil mengedarkan pandangannya.
Ini adalah pertanyaan yang sebelumnya ditanyakan Zizi pada waktu itu. "Ini ulah mereka" Jawab Cia tanpa menatap Sean. Matanya lebih fokus melihat ke jalan.
"Mereka? Guru?" Tanya Sean lagi. Hari ini Sean cukup mengeluarkan banyak kata, karena Sean cukup penasaran. "Ci, jelasin ke gue" Tanpa sadar, Sean menekan setiap kalimat bermakna jika Sean ingin sebuah penjelasan.
"Kakak yakin? Cia gak yakin kalau kakak denger cerita Ini, kakak bakal bantu Cia nanti"
***
Vote comment nya dong sayanggg<3
KAMU SEDANG MEMBACA
She Stupid!
Teen Fiction[Update setiap hari sampai tamat] "Kenapa kalian baru sadar sekarang? This game is almost over" Tidak ada hal yang bisa di percaya di dunia ini, begitupun juga Cia. Gadis bodoh yang kata orang sangat-sangat tidak bisa disebut memiliki akal. Tapi, a...